SIKEP
Sinopsis
Saminisme, sejak awal kemunculannya (tahun 1990-an) cenderung ditafsir kontroversial dan keliru. Ia pernah dianggap sebagai ajaran kebatinan. Sekedar agama baru yang tidak menganggu dan tidak akan bertahan lama. Kemunculannya juga pernah dituduh erat kaitannya dengan latar belakang ekonomi rakyat yang sangat menderita lantaran penjajahan. Pemerintah Kolonial Belanda juga pernah yakin, ajaran ini menguat tersebab oleh sakit hatinya para petani kaya pemilik tanah yang belakangan tergeser status dan kelasnya oleh aparat desa.
Dari dimensi perlawanan terhadap kolonial; menariknya Saminisme mengajarkan perjuangan tanpa kekerasan. Saat mereka melakukan penolakan terhadap unsur luar yang hendak mengganggu, mereka bersenjatakan bahasa. Kata-kata menjadi perisai yang menjaga kedaulatan keyakinan dan kehidupan mereka. Juga keyakinan ajaran yang mewajibkan orang memperlakukan orang lain sama dan sederajat; sama rasa, sama rata di antara sesama.
Lakon ini mengungkapkan beberapa hal penting ajaran Samin Surontiko (berikut variasinya) berdasar sejumlah versi dan data. Juga proses perkembangannya dari waktu ke waktu (sejak kemunculannya) hingga menjelang berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda.
ADEGAN I
DI LUAR, MUSIK DANGDUT KOPLO. MENGIRINGI PENONTON MASUK KE RUANG PERTUNJUKAN. DI DALAM, SUASANA MALAM PEDESAAN KENTARA DARI SUARA-SUARA SERANGGA. DI BAGIAN BELAKANG LAMAT-LAMAT GAMBARAN HUTAN JATI YANG LEBAT.
PARA PEMAIN MEMPERSIAPKAN KOSTUME (IKET PUTIH, CELANA & BAJU KOMPRANG HITAM) SERTA PROPERTY (GAGANG CANGKUL). BEBERAPA HILIR MUDIK MELINTAS RUANGAN. MASING-MASING PEMAIN MENEMPATI “BASE KAMP” NYA; 3 DI SISI KANAN DAN 3 DI KIRI PANGGUNG.
MC MENGUMUMKAN PERTUNJUKAN HENDAK DIMULAI. MUSIK DANGDUT DI LUAR PELAN-PELAN MATI. SUARA-SUARA SERANGGA MENDOMINASI. PEMAIN MENEMPATKAN DIRI DI TENGAH PANGGUNG DENGAN BLOCKING ADEGAN “PISOWANAN” ALA KETHOPRAKAN. MASING-MASING PEMAIN MENGGUNAKAN “IKET” DENGAN CARA DAN POSISI BERBEDA. ADA YANG DIPAKAI DI KEPALA SEBAGAIMANA MESTINYA, ADA YANG SEKEDAR DI TALIKAN. ADA YANG DILILITKAN DI BADAN. ADA YANG DIJADIKAN TAS DI PUNGGUNG, JADI SURBAN DLL.
NARATOR II DUDUK BERWIBAWA MENJADI CENTER. SAMIN I BERSILA MENGHADAPNYA DI SAMPING KIRI, SAMIN II, III & IV BERSILA DI SAMPING KANAN. NARATOR I BERDIRI DI BELAKANG. SECARA KESELURUHAN POSISI MEREKA TERTIB DAN RAPI.
001. NARATOR I
Bermula dari sebuah desa di Randublatung, Blora. Lahir lelaki, yang menurut dokumen resmi bernama,
002. NARATOR II
(MEMANGGIL) Samin Surontiko!
003. SAMIN I
Yo, aku Kohar. Raden Kohar. Lair taun 1859 ing Ploso Kedhiren. Bapakku Raden Surowijoyo; yo Samin Sepuh, anak Kyai Keti ing Rajegwesi. Buyutku, panguasa Kabupaten Sumoroto Raden Mas Adipati Brotodiningrat, yo Pangeran Kusumaningayu.
004. NARATOR I
Sawah Samin 3 bahu,
005. NARATOR II
Sawah kering 1 bahu,
006. NARATOR I
Berikut 6 ekor lembu. Anak kedua dari 5 laki-laki bersaudara.
007. NARATOR I
Sejak kecil gemar gambaran pewayangan. (TIBA-TIBA MELONCAT DAN MALIH KARAKTER PENDEKAR YANG GAGAH)
008. NARATOR I & II
Mencintai keadilan, mengalah demi kemenangan tertunda serta mengagungkan prihatin dan,..
009. SAMIN I
Tapabrata.
010. NARATOR I
Itulah kenapa ia merasa,
011. SAMIN I
(BERDIRI BAK WERKUDARA) Waaaa,…. Werkudara!
012. NARATOR II
Tak ada yang beda, semua dianggap saudara saat bicara.
013. SAMIN I
Yo, aku Kohar.
014. SAMIN I, II, III, IV
Raden Kohar.
015. SAMIN II
Ya Samin, sami-sami amin. Amin saat, Raden Surowijoyo merampok orang kaya untuk rakyat miskin di desa.
016. SAMIN III
Amin, lantaran kecewaan mendalam membawanya ke gelanggang perjudian.
017. SAMIN I
Madeg bromocorah, ngrampok lan hasile kanggo ragad “Tiyang Sami-sami”,…
018. SAMIN IV
(MENYAHUT, MELANJUTKAN) Di desa! Amin, saat dia himpun para berandalan di Rajegwesi yang membuat kalang kabut Gupermen dan petinggi.
019. SAMIN II
Amin, saat turunan ningrat itu menampik politik untuk meminang klenik. (MEMUTAR POSISI DUDUKNYA DAN SEOLAH SEDANG BERDOA SAMBIL MEMBAKAR KEMENYAN)
020. NARATOR I & II
Selain bertani, Samin rajin semedi. (TIBA-TIBA BERUBAH MENJADI ORANG-ORANG YANG SEOLAH SEDANG MENGINTIP SUATU KEJADIAN) Menurut cerita, ia mendapat wangsit agar membongkar tempat dekat semedinya.
021. SAMIN II
Gundukan tanah dia dudah.
022. SAMIN IIi
Sebuah buku tua ia dedah.
023. SAMIN I
Samin, nyoba ngeduk makrifah.
024. SAMIN IV
Hingga tingkahnya berubah.
025. SAMIN II
Mata merah!
026. SAMIN I
Menunduk jika berjalan.
027. SAMIN III
Menolak beradu pandang!
PARA PEMAIN SEREMPAK BERSALTO DENGAN GAYA & ARAH YANG BERBEDA. LALU, SEMUA TOKOH SAMIN BERANJAK DAN BERJALAN DENGAN KARAKTER DAN KECEPATAN YANG BERBEDA-BEDA, HINGGA MENEMPATI POSISI BERURUTAN MEMBENTUK GARISVDIAGONAL DI PANGGUNG.
028. SAMIN II
Buku itu, menemani kemana ia pergi!
029. SAMIN III
Berisi ajaran;
030. SAMIN I
(TENANG DAN KHITMAD, DI POJOK KANAN BAGIAN BELAKANGAN PANGGUNG) Urip kang sampurno lan kang cilaka.
031. NARATOR II
Serupa Kalimasada milik Prabu Darmakusuma, Raja Ngamarta.
032. NARATOR I & II
(NADA KERAS DAN TINGGI) Itulah kenapa ia juga merasa Puntadewa, jujur dan penyayang sesama.
MUSIK SUASANA KRATON. NARATOR I & II MERUBAH KARAKTER DENGAN CARA MERUBAH POSISI DAN CARA PEMAKAIAN “IKET”. MEREKA SEOLAH BERPERAN SEBAGAI RAKYAT YANG TENGAH MENGHADAP DENGAN HORMAT PADA RAJA AMARTA.
RAJA AMARTA DIPERANKAN OLEH SAMIN IV, YANG MERUBAH KARAKTER DAN MEMBENAHI “IKET”NYA MENJADI SEMACAM MAHKOTA.
033. SAMIN III
(JADI NARATOR MENYAPA PENONTON) Ya, aku Samin Anom. (LALU BERJALAN MERUBAH KARAKTER MENJADI PENGIKUT SAMIN)
034. SAMIN II
Yo Surontika. (BERJALAN BERPUTAR, MERUBAH KARAKTER JADI TOKOH PENDUDUK)
035. SAMIN IV
Yo Surosentika. (BERJALAN BERPUTAR MERUBAH KARAKTER MENJADI PENGIKUT SAMIN)
036. NARATOR I & II
(MENGUCAPKAN SECARA BERULANG DAN SUSUL MENYUSUL) Jamus Kalimasada pedomanku, Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, dan Serat Lampahing Urip menuntunku. (LALU MELINTAS, MERUBAH KARAKTER MENJADI PENGIKUT SAMIN)
ADEGAN II
PARA PENGIKUT SAMIN BERKUMPUL DI SUDUT KIRI BAGIAN DEPAN PANGGUNG PERTUNJUKAN. MEREKA DUDUK BERSILA SEOLAH TENGAH MENERIMA ILMU & WEJANGAN DARI SAMIN.
DI BELAKANG PANGGUNG BAGIAN KANAN, SAMIN TENGAH MEMBEBER AJARAN; MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG DILONTARKAN OLEH TOKOH PENDUDUK.
037. PENDUDUK
Ndika agamane napa?
038. SAMIN I
Agama Adam. Agama iku gaman, adam pangucape, man gaman lanang! Sing duwe gaman yo mung wong lanang!
039. PENDUDUK
(CENGAR-CENGIR MENAFSIR KATA “GAMAN” DAN “WONG LANANG” DENGAN JOROK) Mestine gadah agama niku rak kedah sembahyang?
040. SAMIN I
Sembahyang sakmestine. Kumpul karo bojone.
041. PENDUDUK
Lha ten pundi le sembahyang?
042. SAMIN I
Senthong.
043. PENDUDUK
(KAGET) Pundi?
044. SAMIN I
Senthong.
045. PENDUDUK
(SENYUM NGERES) Pundi?
046. SAMIN I
Senthong! Sembahyang ki mesem, terus nggrayang. Kuwi sebabe sajrone agama ana rasa. Rasa sejatine rasa.
047. PENDUDUK
(TERTAWA GELI, SAMBIL MEMPERAGAKAN KATA-KATA SAMIN DENGAN JOROK) Nek ngaten, Sampeyan niki mboten percaya Gusti Allah?
048. SAMIN I
Ya percaya, yen cangkeme kandha! (MENUNJUK KE ARAH MULUT PENDUDUK). Wong Gusti Allah iku ya awake dewe. Kuwi kabeh gumantung pangucape.
049. NARATOR I & II, SAMIN II & IV
(BERTERIAK JAUH SAMBIL MENUNJUK KEDUA TANGAN KE LANGIT) Tuhaaan,…. Engkau batas dunia barat, timur, selatan, dan utara!
SELANJUTNYA SEMUA PEMAIN BERGERAK PERLAHAN DAN MENGALIR, MEMBENTUK KE ADEGAN BERIKUTNYA.
ADEGAN III
MUSIK SYAHDU. NARATOR I DIPOSISIKAN SEBAGAI MAYAT YANG DITUTUPI KAIN (DARI SEMUA “IKET” PARA PEMAIN). KEMUDIAN DI USUNG KE PEKUBURAN. NARATOR II BERPERAN SEBAGAI PEMIMPIN ARAK-ARAKAN YANG BERJALAN DI DEPAN SAMBIL MENGUCAPKAN DIALOG. 4 PEMAIN LAIN MENGANGKAT MAYAT ITU SAMBIL MENGUCAPKAN DIALOG.
ARAK-ARAKAN DIMULAI DARI PANGGUNG KIRI DEPAN MENUJU PANGGUNG BELAKANG BAGIAN KIRI. DIALOG-DIALOG DIUCAPKAN PARA TOKOH BERSAMAAN, TIMBUL TENGGELAM. MERUPA SERANGKAIAN DOA YANG KHITMAD. SEMUA GERAKAN DILAKUKAN MENGALIR & PERLAHAN.
050. NARATOR I
Mengaji perjanjian, manusia adalah pesuruh tuhan, di jagad kehidupan, agar mencipta keindahan. Sakit, sehat, sedih dan gembira, kewajaran tanpa keluhan.
051. NARATOR II
Hidup hanya bertirai darah, daging dan tulang. Tapi hidup sejati mampu menghidupi semesta raya. Ada Wisesa sang wakil tuhan, membangun rumah bernama badan, tanda kehadiran.
052. SAMIN II
Orang mesti paham kehidupan, sebab sekali hidup untuk selamanya. Anak muda yang mati, ia titipkan hidup pada yang hidup. Bayi lahir menangis; nyawa berjumpa raga. Orang tidak mati, cuma berganti pakaian. Tidak mati, tapi berkumpul dengan yang hidup. Sebaik-baik manusia, sekali jadi manusia selamanya manusia.
053. SAMIN I, III & IV
(MENGGUMAM BERULANG-ULANG SEPERTI MANTRA. MELATARI DIALOG) Manunggaling kawulo gusti, kadya rangka manjing curiga; pamor sejati.
MAYAT DILETAKKAN, LANTAS SEMUA DUDUK BERSILA DI SEKELILING.
054. SAMIN III
Rehne kowe wis salin sandangan, kowe tak tandur ono kene. Sak burine njaluk slamet, asale saka Adam malih dadi Adam. (SELANJUTNYA SEPERTI MEMIMPIN DOA)
055. NARATOR I, II & SAMIN I, II, IV
Hamiiiin,…
056. SAMIN III
Saka Betal Makmur neng betal mukaram sak jengkal….
057. NARATOR I, II & SAMIN I, II, IV
Hamiiiin,…
058. SAMIN III
Saka Betal Mukaram neng Betal Mukadas ugo sak jengkal….
059. NARATOR I, II & SAMIN I, II, IV
Hamiiiin,…
060. SAMIN III
Dadi, triloka kuwi telung jengkal.
BERUBAH MENJADI ADEGAN PIWULANGAN. SAMIN I BERPERAN SEBAGAI GURU, LAINNYA SEBAGAI MURID.
061. SAMIN I
Jangan kesasar seperti Jamadagni yang ingin menitis pada bayi. Untung saat maut menjemput, ia beringsut agar tak sia-sia ketlisut di rahim wanita. Ia ingin meninggalkan dunia tanpa dirangket triloka. (MENUNJUK SAMIN IV)
062. SAMIN IV
(MENJAWAB TUNJUKAN ITU SEPERTI MENJAWAB PENDADARAN) Surga, neraka dikabarkan tuhan. Sedang tuhan ada dalam ucapan. Jika baik ucapanmu, surga kabarmu. Jika buruk ucapanmu, neraka kabarmu. Surga neraka; ucapanmu tempatnya.
SAMIN I MEMUTAR DUDUKNYA LANTAS MENUNJUK NARATOR II
063. NARATOR II
(MENJAWAB CEPAT) Pangucap saka 5, bundelane ana 7. Lan pangucap saka 9, bundelane ana 7.
SAMIN I MENUNJUK SAMIN IV
064. SAMIN II
(MENYAHUT, MENGUCAP CEPAT) Bicara dari angka 5, sudahilah pada bilangan ke 7. Bicara dari 9, turun dan diamlah pada angka 7.
065. SAMIN I
(BERANJAK DAN BERJALAN KE ARAH KANAN. SEOLAH ADA SEKELOMPOK PENGIKUT LAIN DI SANA) Aja drengki srei,
066. SAMIN II
(IKUT BERANJAK. SEOLAH ASISTEN, MENERJEMAHKAN DENGAN KOCAK) Anti jahat-laknat,
067. SAMIN I
Tukar padu,
068. SAMIN II
(MENYAHUT) Bertengkar-berkelahi,
069. SAMIN I
Dahpen kemeren.
070. SAMIN II
(MENYAHUT) Usil dan iri hati.
071. SAMIN I
Aja kutil jumput,
072. SAMIN II
(MENYAHUT YAKIN, TAPI MACET) Anti ngutil,…. Eee,… ehm,… (CLINGUKAN KE MURID YANG LAIN).
073. SAMIN III
(BANTU MENJAWAB DARI JAUH) Njambret!
174. SAMIN II
Yak! Anti ngutil jambret!
075. SAMIN I
Bedhog nyolong.
076. SAMIN II
(MENYAHUT) Maling-nyopet.
077. SAMIN I
(KEMBALI KE ARAH SEMULA DAN BERHENTI DI TENGAH PANGGUNG) Apa maneh kutil jumput, bedhog nyolong.
078. SAMIN II
(MENGIKUTI) Jangankan ngutil-njambret, maling-nyopet,
079. SAMIN I
Nemok-nemokake wae emoh!
080. SAMIN II
(MENYAHUT) Menemukan saja pantangan!
081. SAMIN I
Riya sepada, aja mbedak-mbedakake.
082. SAMIN II
(MENYAHUT) Dan pantang membeda-bedakan sesama!
YANG LAIN MANGGUT-MANGGUT, SEBENTAR SALING BERBISIK TANDA MEMAHAMI AJARAN YANG DIBERIKAN.
083. SAMIN IV
(BERANJAK MENUJU KE TENGAH PANGGUNG JUGA) Lakonana sabar trokal, sabare di eling-eling, trokale dilakoni.
084. SAMIN III
(DIUCAPKAN BERSAMAAN DENGAN DIALOG 107) Sabar dan tawakal. Menjaga kesabaran, tawakal dilakukan (BERANJAK MENGIKUTI).
KINI SAMIN I, II, III & IV, STATIS DI TENGAH PANGGUNG. MEMBENTUK ADEGAN LAIKNYA YANG ADA DI GAMBAR WAYANG BEBER.
085. NARATOR II
(BERANJAK MENUJU KE TENGAH. SEOLAH MENERANGKAN ADEGAN WAYANG BEBER ITU SAMBIL BERDIALOG). Kaya Gajah Sena lan Werkudara. Kang golek sandang pangan yo sedulur papat, lima pancer. Sukma, sebagai mandor harus mengawasi para kuli. Teguh pada kekuasaan untuk mengatur anak buahnya.
ADEGAN IV
MUSIK MAGIS & RITMIS. SEMUA GERAKAN PEMAIN MENGALIR PERLAHAN. NARATOR I YANG SEMULA JADI MAYAT DAN TERSELUBUNG SEJUMLAH “IKET”, PERLAHAN BERGERAK DALAM TUMPUKAN “IKET” DAN BERUBAH KARAKTER. IA MELEPAS CELANA KOMPRANGNYA HINGGA TINGGAL TIYED WARNA KULIT.
SAMIN IV BERGERAK MEMBELAKANGI PENONTON, MELEPAS CELANA KOMPRANGNYA (TINGGAL TIYED) DAN MEMAKAINYA UNTUK PENUTUP KEPALA.
PEMAIN LAIN MELAKUKAN HAL YANG SAMA. SEREMPAK MEREKA BERJALAN MENGENDAP DAN MEMBUNGKUK MENUJU BELAKANG PANGGUNG BAGIAN TENGAH. DI SANA MEREKA MEMBENTUK POSE MENYERUPAI MEKAR BUNGA. MELATARI ADEGAN BERIKUT.
NARATOR I MENJADI GADIS, SAMIN IV MEMERANKAN PERJAKA. MEREKA SALINGMENCARI SAMBIL BERDIALOG BERGANTIAN.
086. GADIS (NARATOR I)
(DALAM POSISI BERBARING) Hyang antoroyono,... Hyang antoroyono,….
087. JEJAKA (SAMIN IV)
Hyang antoroyono,….. (MENCARI. SETENGAH BERLARI KE SANA KE MARI)
088. GADIS (NARATOR I)
Adam mulanya,…. Menurunkan Buddha akhirnya,….
089. JEJAKA (SAMIN IV)
Lelaki berkewajiban rabi. (MENEMUKAN GADIS DAN MEMBUKA SELUBUNG “IKET” SERTA MELEMPARKANNYA KE ATAS).
090. GADIS (NARATOR I)
Jejaka siap siaga,… Sikap berumah tangga. (MENGENAKAN CELANA KOMPRANGNYA SEBAGAI PENUTUP KEPALA)
091. JEJAKA (SAMIN IV)
Meminang, wanita yang dicintai. (MELOMPATI GADIS LANTAS BERGULING BEBERAPA KALI KE TENGAH PANGGUNG)
092. GADIS (NARATOR I)
Pangeran kesuma,….. Kesumaningayu,… (MENCARI, BERPUTAR, BERJALAN MUNDUR & MENGENDAP. KE ARAH TENGAH PANGGUNG)
093. JEJAKA (SAMIN IV)
Sebagaimana Adam, hingga akhir. (BERPUTAR BERJALAN MUNDUR KE TENGAH)
094. GADIS (NARATOR I)
Pertama lelaki, kedua wanita.
095. JEJAKA (SAMIN IV)
Wong Sikep, paham jati diri
096. GADIS (NARATOR I)
Menyatukan azimat. (BERSAMAAN DENGAN DI ALOG TERAKHIR JEJAKA)
GADIS & JEJAKA MELAKONI RITUAL PERKAWINAN. DILATARBELAKANGI PEMAIN LAIN YANG BERPOSE MEKAR BUNGA SAMBIL MENGUCAPKAN DIALOG BERSAMA.
097. MEKAR BUNGA (NARATOR II, SAMIN I, II, III)
Gladi diri dengan kebajikan, agar perkawinan berbuah tatanan. Tatanan yang membangun tingkatan kebenaran. Meski tersampar, terantuk, tersepak hingga mendapat anak sempurna.
SEPI SEJENAK. SAMIN I BERUBAH PERAN MENJADI GURU. IA KEMBALI MENGENAKAN CELANA YANG SEMULA BERFUNGSI SEBAGAI PENUTUP KEPALA. PEMAIN LAIN YANG JADI MURID, MENGIKUTI GERAK GERIKNYA. KEMUDIAN BERJALAN (KELILING PANGGUNG) SEPERTI ROMBONGAN PENGEMBARA.
098. SAMIN I
Semua itu bisa sempurna, asal orang mau melatih diri samadi. Cara batin memahami mati. Merasakan kematian di dalam kehidupan. Agar bisa menghalau godaan yang menghalang jalanan saat hendak bersatu dengan Tuhan.
PARA MURID MENGIYAKAN. ADA YANG SALING BERBISIK ADA YANG MANGGUT-MANGGUT.
SAMIN II TIBA-TIBA MENGAMBIL TEMPAT PALING BELAKANG DAN BERUBAH KARAKTER MENJADI NARATOR.
099. NARATOR (SAMIN II)
Diantara nyala ratusan obor,…
LAINNYA MERUBAH KARAKTER SEBAGAI BARISAN PASUKAN BELANDA YANG MENUJU SUATU TEMPAT. KAKI-KAKI BERDERAP.
100. NARATOR (SAMIN II)
Malam Senin Pahing 11 Juli 1901, di lapangan Desa Kasiman, Samin bicara tentang kejatmikaan; sikap tenang, teduh dan mandiri.
KINI PEMAIN LAIN MERUBAH KARAKTER SEBAGAI SEROMBONGAN PENGIKUT SAMIN YANG MENYEBAR MEMBAWA OBOR (MENGGUNAKAN PROPERTY GAGANG CANGKUL)
101. PENGIKUT (SAMIN IV)
Jatmika berkehendak, berlandasan pengabdian diri.
102. PENGIKUT (NARATOR I)
Jatmika beribadah, disertai pengabdian kepada sesama.
103. PENGIKUT (SAMIN I)
Jatmika bermawas diri, menimbang batin demi keseimbangan diri dengan lingkungan.
104. PENGIKUT (NARATOR I)
Jatmika mengatasi bencana, yang terjadi lantaran cobaan khalik dan makhluknya.
105. PENGIKUT (NARATOR III)
Jatmika sebagai pegangan budi pekerti.
106. PARA PENGIKUT
(SAMBIL MERUBAH OBOR MENJADI ALAT UNTUK MENCANGKUL, MEREKA MENGUCAPKAN DIALOG BERULANG-ULANG) Wong Sikep kang kukuh karepe. Wong Sikep kang duwe sikap lan tanggung jawab. Wong Sikep kang ngekep ajaran Kyai Samin turun-temurun.
107. NARATOR (SAMIN II)
Hari berawal dari timur sebagai kawitan, berkhir di barat sebagai wekasan. Di antara keduanya adalah masa terang, rina yang mewajibkan Wong Sikep bekerja.
PARA PENGIKUT KIAN SEMANGAT MENCANGKUL DAN MENGUCAPKAN DIALOGNYA.
108. NARATOR (SAMIN II)
Jangan berdagang! Karena ia berselingkuh dengan cara mengicuh. Karena ia berkerabat dengan penipuan. Karena ia bersahabat dengan perselisihan.
SEMUA BERHENTI MENCANGKUL DAN MENYAMBUT DENGAN SENYUMAN SAAT SAMIN DATANG
109. SAMIN I
Sing sapa nandur bakal ngunduh. Nandur pari, mesti ngunduh pari. Nandur jagung mesti ngunduh jagung. Ora ono adate yen nandur pari tukul jagung, lan nandur jagung tukul pari.
ADEGAN V
TIBA-TIBA, NARATOR I & II LARI DI TEMPAT SAMBIL MEMANGGUL GAGANG CANGKUL LAIKNYA SENAPAN. DERAP KAKI MEREKA YANG SEREMPAK MENUNTUN IRAMA DIALOGNYA
110. NARATOR I
Umur 30 an ia mulai menyebarkan ajarannya kepada orang-orang sedesa. Ia bahkan mampu memikat banyak orang dari desa-desa lainnya.
111. NARATOR II
Van Der Plas menulis laporan tentang ceramah-ceramah Samin Surontiko yang biasanya dilakukan di lapangan atau balai desa.
NARATOR I & II BERLARI MUNDUR KE PANGUNG BAGIAN KANAN, DIMANA TELAH ADA PEMAIN LAIN YANG MELAKUKAN HENTAKAN KAKI; LARI DI TEMPAT DENGAN MEMANGGUL GAGANG CANGKUL. PEMAIN SAMIN II MEMAINKAN VAN DER PLAS.
112. VAN DER PLAS (SAMIN II)
Laporan saya ditulis berdasar atas apa yang disampaikan oleh Mantri Polisi dan Asisten Wedana, malam Kamis Legi, 7 Pebruari 1889 di Lapangan Desa Bapangan. Saat ia berceramah tentang Kerajaan Amartapura dengan Prabu Dharmakusuma alias Puntadewa, raja titisan Batara Dharma sang Dewa Keadilan.
HENTAKAN KAKI BERHENTI. TIDAK ADA GERAKAN. SEPI. LALU PERLAHAN PARA PEMAIN BERUBAH KARAKTER SEBAGAI PENGIKUT SAMIN. MEMPERLAKUKAN GAGANG CANGKUL SEBAGAI OBOR LANTAS MENGUCAPKAN DIALOG SEPERTI MANTRA SECARA BERSAMA.
113. SAMIN I
Gur tameh eling bilih sira kabeh horak sanes turun Pandhawa lan uwis nyipati kabrokalan kerandah Majapahit sakengkakrage wadya mungsuh, mulo sakuwit liyen kala niro Puntadewa titip Tanah Jawa maranghing Sunan Kalijaga. Hiku maklumat tuwila kajantak.
DILATAR BELAKANGI DIALOG DI ATAS, SAMIN II CERAMAH.
114. SAMIN II
(SEPERTI ORATOR) Jadi jelas! Kalian wong sikep tidak lain adalah anak cucu Pandawa. Tepatnya keturunan Prabu Puntadewa saudara tertua yang memiliki budi luhur tanpa pamrih. Pada jaman Majapahit, kalian sudah tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Maka, sewaktu para Pandawa difitnah dan dikucilkan, Prabu Puntadewa menitipkan keselamatan tanah Jawa kepada Sunan Kalijaga. Dan kalian, wong sikep adalah ahli waris tanah Jawa!
PEMAN SAMIN IV BERUBAH JADI PANGREH. LAPOR KEPADA BELANDA (DIMAINKAN SAMIN I).
115. PANGREH PRAJA (SAMIN IV)
Berbahaya Ndara Tuan! Ceramah-ceramah itu berbahaya, dan akan akan mengganggu ketentraman umum!
116. BELANDA (SAMIN I)
Jangan berlebihan! Ajaran Samin cuma ajaran kebatinan. Hanya agama baru yang tidak mengganggu. Saat ini Nederland sedang sibuk terlibat Perang Pasifik. Kami bergabung dengan Sekutu. Berharap mendapat hasil dan keuntungan jika mereka menang. Tak ada waktu memikirkan ajaran-ajaran begitu!
117. NARATOR I & II
Januari 1903 Residen Rembang (yang membawahi Blora) melaporkan;
118. RESIDEN REMBANG (DIMAINKAN SAMIN II)
Di Blora dan Bojonegoro ada 772 orang Samin di 34 desa. Orang-orang dari Ngawi dan Grobogan yang berbatasan dengan Blora juga datang untuk belajar.
SAMBIL MEMERANKAN ORANG-ORANG YANG HENDAK BERGURU KEPADA SAMIN, PARA PEMAIN BERGEGAS MENUJU BASE KAMP NYA MASING-MASING DI KIRI DAN KANAN PANGGUNG. KECUALI NARATOR II & I YANG BERMAIN SEBAGAI PENARIK PAJAK DAN WONG SIKEP.
119. PETUGAS PAJAK
Jadi, kamu masih utang 90 sen pada negara.
120. WONG SIKEP
Utang? Kapan? Untuk apa? Aku nggak pernah utang pada negara!
121. PETUGAS PAJAK
Nah, kalau gitu kamu harus mbayar pajak!
122. WONG SIKEP
Wong sikep nggak kenal pajak.
123. PETUGAS PAJAK
Kamu ini edan atau ngedan?
124. WONG SIKEP
Nggak! Aku nggak edan atau ngedan!
125. PETUGAS PAJAK
He,.. kamu dulu biasanya rak mbayar pajak tho? Kenapa sekarang malah mbangkang??
126. WONG SIKEP
Dulu itu dulu, sekarang itu sekarang! Kenapa negara terus-terusan minta uang?
127. PETUGAS PAJAK
O, lha pekok! Negara itu, minta uang juga untuk penduduk pribumi. Kalau negara nggak punya cukup uang, maka tidak akan mampu merawat jalan dan jembatan! Mudheng?!
128. WONG SIKEP
O, begitu tho?! Begini aja. Kalau nurut kamu keadaan jalan dan jembatan itu mengganggu kami, akan kami perbaiki sendiri. Piye?
129. PETUGAS PAJAK
Maksudmu?
130. WONG SIKEP
Yo itu tadi! Kalau jalan dan jembatan rusak, biar kami perbaiki sendiri. Negara nggak usah repot-repot!
131. PETUGAS PAJAK
Terus, pajake?
132. WONG SIKEP
Lha buat apa lagi ada pajak?
133. PETUGAS PAJAK
O, pokil! Jadi genahe, kamu nggak mau mbayar pajak, tho?
134. WONG SIKEP
Wong Sikep tidak kenal pajak!
135. PETUGAS PAJAK
O,lha dasar Samin!!
ADEGAN VI
SUARA-SUARA. KENTHONGAN- KENTHONGAN. RIUH. NARATOR I MEMAINKAN PAMONG BERDIRI DI PANGGUNG BAGIAN KIRI. PEMAIN LAINNYA MEMAINKAN WONG-WONG SIKEP.
136. PAMONG
Kerja bakti!! Gugur gunung! Ayo! Cepet!
WONG-WONG SIKEP DATANG
137. WONG-WONG SIKEP
(SAMBIL MENYORONG-NYORONGKAN CANGKUL MEREKA KE PAMONG)
Ki, pacul ki,…
Nyoh, yen butuh pacul!
Iki paculku,…
138. PAMONG
(JENGKEL) Goblok! Dipaculke!
WONG-WONG SIKEP MENGAYUNKAN CANGKUL SEKALI. LANTAS DIAM
139. PAMONG
Oalah,… pekok! Macul kok ya mung pisan?!
140. WONG-WONG SIKEP
Lho, sing penting rak wis macul?!
Jare kon macul?!
Sepisan iki wis cukup!
141. PAMONG
Eiss, embuh! Pekok kabeh! Watu! Watu!
142. WONG-WONG SIKEP
Lha pacule?
143. PAMONG
Diselehke kok,.. pekok! Eiss, embuh! Pekok kabeh! Watu! Watu!
WONG-WONG SIKEP MELETAKKAN CANGKUL LANTAS MENYEBAR MENCARI BATU. SETELAH KETEMU MEREKA MENUNJUKNYA.
144. WONG-WONG SIKEP
Iki watu.
Iki ya watu.
Kae yo watu!
145. PAMONG
(JENGKEL) Goblok!! Diangkat!
WONG-WONG SIKEP MASING-MASING MENGANGKAT BATU LANTAS DIAM DI TEMPAT.
146. PAMONG
(JENGKEL) Lha kok mung diangkat?! Pindah, pindah!!
WONG WONG SIKEP MELETAKKAN BATU, LALU BERPINDAH TEMPAT. DIAM DI PANGGUNG DEPAN SEBELAH KANAN.
147. PAMONG
(JENGKEL SANGAT) O, lha asu kabeh! Pindah kuwi karo nggawa watu! Watune digawa! Ngene, tak ajari!
WONG-WONG SIKEP DIAM. SALING BERPANDANGAN. PAMONG MEMBERI CONTOH. IA MENGANGKAT BATU BESAR KE TENGAH PANGGUNG SAMBIL TERUS MENGOCEH.
148. PAMONG
Iki watu! (SAMBIL MENUNJUK BATU) Diangkat! Terus digawa pindah! (MEMBAWA BATU SAMBIL PINDAH TEMPAT). Yen wis, diselehke kook.., pekok! Watune iki diselehke! Tangane diculne! (MELEPAS BATU HINGGA JATUH MENGENAI KAKI SENDIRI. KESAKITAN) Waduh! Wedus! Asu! Watu, asu!!
WONG-WONG SIKEP MELIHAT KEJADIAN ITU DENGAN TENANG. NYARIS TANPA EKSPRESI. LANTAS SALING BERPANDANGAN ANTARA MEREKA, DAN MENGGELENG.
ADEGAN VII
149. NARATOR II
Mereka juga membangkang pada pamong desa.
PAMONG (DIMAINKAN OLEH PEMAIN SAMIN II) MEMINTA PAJAK TANAH KEPADA WONG SIKEP (DIMAINKAN OLEH PEMAIN SAMIN IV).
150. PAMONG
Iki pekarangane sapa? (SAMBIL MENUNJUK TANAH DI POJOK KIRI DEPAN)
151. WONG SIKEP
(DATANG) Pekaranganku!
152. PAMONG
Mbayar pajak!
153. WONG SIKEP
(TENGKURAP DI TANAH, BERTERIAK KERAS) Kanggo!
154. PAMONG
Mbandak glasaran, blaik! Mbayar pajak!!
155. WONG SIKEP
(BERBALIK) Iki lemahe sapa?
156. PAMONG
Yo lemahmu!!
157. WONG SIKEP
Lemahe sapa??
158. PAMONG
Lemahmu, su!! Mulane mbayar pajak!!
159. SEDULUR
Lemah-lemahe dewe kok dikon mbayar pajak.
170. PAMONG
O,… dasar wong ora bisa basa! Ora jawa!!
ADEGAN TIBA-TIBA BERUBAH MENJADI KOMPOSISI GERAK YANG DILAKUKAN OLEH SEMUA PEMAIN. MEREKA KADANG SEREMPAK KADANG BERURUTAN, MENGEKSPLORASI GERAK-GERAK TENGKURAP, SALTO, MELONCAT, MENENDANG. DI TENGAH KOMPOSISI GERAK ITU, PARA PEMAIN SECARA BERSAMA-SAMA KADANG BERTERIAK “KANGGO”, ATAU MENYISIPKAN TEMBANG DOLANAN YANG PERNAH POPULER DI SEKITARAN BLORA MASA LAMPAU.
171. TEMBANG DOLANAN
Nang onang thir
Kolak jenang dadi nenthir
Kebo Branggah lebokno
Kebo Brojol wetokno
ADEGAN KOMPOSISI GERAK ITU DIAKHIRI DENGAN POSISI SELURUH PEMAIN YANG TIDUR TELENTANG DI TENGAH PANGGUNG. SEPI.
TIBA-TIBA (DALAM POSISI TELENTANG) NARATOR II MENGANGKAT KAKI DAN MENJADIKANNYA TOKOH YANG BERBICARA.
172. NARATOR II
Tahun 1905 pengikut Samin mulai menarik diri dari kehidupan desanya.
PEMAIN LAIN MENGIKUTINYA. SELANJUTNYA ADEGAN DILAKUKAN DENGAN MENGANGKAT KAKI. KAKI-KAKI MEMAINKAN TOKOH-TOKOH YANG BERBICARA.
173. WONG SIKEP (SAMIN I)
Jadi sekarang, buat apa mengandangkan ternak kita di kandang desa, bersama ternak lainnya?
174. WONG SIKEP (SAMIN III)
Nggak ada gunanya! Juga setor padi di lumbung desa, nggak perlu lagi, Lur!
175. WONG SIKEP (SAMIN IV)
Betul! Saatnya kita bersikap! Aku menolak membayar pajak!
176. WONG SIKEP (SAMIN II)
Tapi kalau nyumbang, boleh tho, Lur?
SAMBIL MENYORONGKAN KAKINYA KE WAJAH WONG SIKEP (SAMIN II)
177. WONG SIKEP (SAMIN III)
Itu beda! (SAMBIL MENANGKIS SERANGAN KAKI ITU DENGAN TANGAN, IA BANGUN. DENGAN TANGAN PULA IA MEMAINKAN TOKOHNYA)
PEMAIN LAIN IKUT BANGUN. SELANJUTNYA ADEGAN DILAKUKAN DENGAN MENGANGKAT TANGAN. TANGAN-TANGAN MEMAINKAN TOKOH-TOKOH YANG BERBICARA.
178. WONG SIKEP (SAMIN I)
Iya, beda! Menyumbang itu sifatnya sukarela. Kalau Sedulur lagi punya, sumbang banyak.
179. WONG SIKEP (SAMIN III)
Kalau lagi nggak ada, nggak, nggak apa-apa!
180. WONG SIKEP (SAMIN IV)
Bener, Lur! Semua yang berbau pemerintah, segala yang ada hubungannya dengan Londho tidak sesuai dengan ajaran kita! Dan, wajib kita singkiri!
181. WONG-WONG SIKEP
Bener itu! Bener!
Cocok-cocok!!
Setuju!!
NARATOR II & I BERGANTIAN BERMAIN SEBAGAI SAMIN. PEMAIN LAIN, TETAP MEMAINKAN WONG-WONG SIKEP DENGAN PERMAINAN TANGAN HINGGA ADEGAN INI SELESAI.
182. SAMIN (NARATOR II)
(MENGAMBIL TEMPAT TINGGI, MENENANGKAN. LANTAS BERPIDATO SEOLAH DI LAPANGAN & HADAPAN BANYAK ORANG) Sedulur-sedulur! Aku memang sudah berhenti membayar pajak. Tapi tidak kusarankan sedulur-sedulur berbuat begitu! Jalan masih panjang. Sedulur-sedulur belum bersih, belum saatnya.
183. SAMIN (NARATOR I)
(BERDIRI DAN BERMAIN SEBAGAI SAMIN. PERMAINAN DENGAN TANGAN SELESAI) Barang kalian bisa disita! Kalian bisa dihina, dilecehkan dan dikucilkan! Bahkan dipenjara, hingga dibunuh atau buang! Semua itu, menuntut pengorbanan yang besar, berat dan tidak gampang! (BERJALAN KE KIRI)
184. SAMIN (NARATOR II)
(IKUT BERDIRI, BERJALAN KE KANAN) Ini jalan kebenaran. Jalan sunyi yang menggandeng keyakinan dan keteguhan.
185. SAMIN (NARATOR I & II).
Dengan jiwa bersih aku melamar perdamaian, untuk bercerai dengan kekerasan.
ADEGAN VIII
186. NARATOR I & II (PEMAIN SAMIN IV & III)
Tahun 1906,..
187. SAMIN I
Surokamidin anakku, Karsiyah mantuku! (BERJALAN KE PANGGUNG BAGIAN BELAKANG)
188. KAMIDIN & KARSIYAH (PEMAIN NARATOR II & I)
Saya, Pak! (DI TEPI KANAN & KIRI PANGGUNG MENGHADAP BELAKANG)
189. SAMIN I
Diwulang sedulur-sedulur Rembang Selatan!
KAMIDIN & KARSIYAH BERPUTAR DI TEMPAT, MENGHADAP DEPAN
190. NARATOR I & II
(KERAS) Tahun 1907,…
191. KONTROLIR (PEMAIN SAMIN III)
Selaku Kontrolir Belanda, saya mendengar bahwa tanggal 1 Maret Wong Sikep akan memberontak. Saya lalu minta kepada atasan untuk mengirimkan; Pasukan, Tuan!
192. BELANDA (PEMAIN SAMIN I)
Permintaan ditolak!
193. SAMIN IV
(BERJALAN MELINGKAR DI PANGGUNG BAGIAN DEPAN, DIIKUTI KONTROLIR) Lalu dia sendiri yang menangkapi sejumlah orang yang lagi slametan di Kedungtuban! Dia menduga acara itu sengaja diadakan untuk merencanakan pemberontakan! (BERHENTI) Aneh. Aku dibiarkan waktu itu.
194. KONTROLIR (PEMAIN SAMIN III)
(BERJALAN MELINGKAR DI PANGGUNG BAGIAN DEPAN, DIIKUTI SAMIN IV) 8 Nopember 1907, kamu mewisuda diri sebagai Ratu Adil Tanah Jawa dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam!
195. SAMIN IV
Tetapi 40 hari kemudian,.. (BERONTAK, DITANGKAP KONTROLIR) aku ditangkap Raden Pranolo; Ndoro Seten yang menjadi Asisten Wedono di Randublatung. DIDUDUKAN DI PANGGUNG TENGAH BAGIAN DEPAN, DENGAN TANGAN SEOLAH TERIKAT KE BELAKANG.
KONTROLIR MENGAMBIL KAIN “IKET’ NYA DAN MEMASANGNYA DI DADA LAIKNYA DASI APARAT HUKUM DI PENGADILAN, LALU KEMBALI BERJAGA-JAGA DI BELAKANGAN SAMIN IV.
196. NARATOR (DIMAINKAN SAMIN II)
Setelah diperiksa oleh kontrolir belanda, kemudian ia ditahan semalam di bekas tobong pembakaran batu gamping. (IKUT MENJAGA DI BELAKANG SAMIN IV)
197. SAMIN IV
(DALAM & DENDAM) Baru keesokan harinya aku dibawa ke Rembang untuk diperiksa. Pertama kali memeriksa Raden Pranolo berkata.
198. PRANOLO (PEMAIN SAMIN I)
Kyai Samin! Kitab ira durung tumanen aneng kalbu! (BERDASI “IKET” DAN GAGAH BERJALAN KE DEPAN)
199. NARATOR I & II
(MENGENDAP PERLAHAN) Wajah Samin lusuh.
200. NARATOR II
Seperti pesakitan,
201. NARATOR I
Tangannya diikat,
202. NARATOR II
Rambutnya digunduli.
BERDIRI AGAK SERONG KE KANAN, DI DEPAN SAMIN IV
203. PRANOLO
Apakah kamu rasul?
204. SAMIN II
(DATAR) Tidak!!
205. PRANOLO
Nabi?
206. SAMIN II
(DALAM) Tidak!
207. PRANOLO
(MENGHAMPIRI SAMIN, BERJONGKOK DAN MENDONGAKKAN KEPALANYA) Atau Ratu Adil barangkali?
208. SAMIN II
(LEBIH DALAM) Tidak!!
TIBA-TIBA SEMUA PEMAIN BERJAJAR RAPI, BERUBAH PERAN MENJADI MAJELIS HAKIM YANG MEMBACAKAN VONIS DI PERSIDANGAN SECARA KOMPAK. MEREKA BERDIRI SOMBONG DAN MEMBACA SURAT KEPUTUSAN DENGAN DIALEK BELANDA.
209. HAKIM-HAKIM
Hari ini 21 Desember 1907, Samin Surontiko bersama 8 pengikutnya, yang namanya terlampir berikut ini, diputuskan,…
210. HAKIM (NARATOR I)
Diselong!
211. HAKIM-HAKIM
Ke Padang, Bengkulu dan Menado!
BALIK KANAN DAN BERBARIS TEGAP KE PANGGUNG BAGIAN BELAKANG, LANTAS BALIK KANAN LAGI MENGHADAP PENONTON.
212. HAKIM-HAKIM
Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No 32 tahun 1907!
MUSIK ETNIK DALAM IRAMA KONSTAN. SATU PERSATU PEMAIN BERUBAH PERAN SAMBIL MERUBAH FUNGSI DASI MENJADI “IKET” DI KEPALA. MEMBENTUK BARISAN DI PANGGUNG BAGIAN KIRI.
213. SINGOTIRTO
(DINGIN) Singotirto yo Saridjan, 37 taun, saka Desa Tanduran, Panolan.
214. KARTOGONO
(TEGAS) Kartogolo, 50 taun, saka Desa Kejiwen.
215. RONODIKROMO
(BERANI) Ronodikromo yo Randi, 32 taun, saka Desa Gondel, Panolan.
216. SOREDJO
(MERENGEK) Soredjo yo Sakidin, 38 taun, saka Desa Plosorejo, Randublatung, su!
217. SARPAN
(GEMETARAN) Sarpan, 45 taun, saka Nglumpang Desa Gembyungan, Randublatung.
218. SUROWIRYO
(TERIAK, BERONTAK) Surowiryo yo Saru! 32 taun, saka Desa Medalem, Randublatung!
219. TOKROMO
(SEPERTI DIPUKULI) Aduh, aduh! Iyo, iyo! Tokromo yo Sagiman! Wedus! 55 tahun, dari Desa Tanduran, Distrik Panolan
220. TOWIKROMO
(DALAM, MANTAP) Towikromo yo Sakidin, 40 taun, saka Dukuh Tenglik, Ploso Kedhiren, Distrik Randublatung.
ADEGAN IX
PARA PEMAIN MEMBUAT KOMPOSISI GERAK YANG MENGGAMBARKAN KONDISI PENJARA/ PEMBUANGAN. DENGAN MEMANFAATKAN “IKET” YANG BISA BERUBAH-UBAH BENTUK MENJADI SEGITIGA, SEGI EMPAT DLL.
DI TENGAH-TENGAH ADEGAN KOMPOSISI, TERSISIP YEL-YEL YANG DIUCAPKAN DENGAN KOMPAK DAN JELAS
221. YEL-YEL
Kembang jambu karuk
Tangan ngathung njaluk
Omah cilik pinggir ratan cakruk
Pitik cilik kuthuk
Kopi lembut bubuk
LALU PADA AKHIR KOMPOSISI SEMUA PEMAIN MEMANFAATKAN “IKET” UNTUK MEMPERKUAT TOKOH YANG HENDAK DIPERANKANNYA. “IKET” ITU BERUBAH. MENJADI KAIN (JARIT) YANG DIKENAKAN PANGREH, MENJADI JUBAH PETINGGI BELANDA MENJADI DASI DLL.
SEMBARI MEMBENAHI KOSTUME DI PANGGUNG, PARA PEMAIN BERJALAN BERPUTAR SAMBIL MENERIAKKAN YEL-YEL BERULANG-ULANG
222. YEL-YEL
Aja wedi kebo bule siwer matane!
SETELAH SEMUA PEMAIN SIAP, ADEGAN DI MULAI. PETINGGI BELANDA BERDEBAT DENGAN PARA PANGREH.
223. PETINGGI BELANDA
Pasal 47 itu pasti akan melemahkan perjuangan para ekstrimis. Memisahkan pengikut dari pimpinannya! Bukankah itu cara ampuh menumpas radikalisme pribumi? Ingat, Diponegoro, Imam Bonjol, Kyai Mojo!
224. PANGREH I
Tapi Tuan, gerakan Samin bersifat pasip. Tidak radikal. Mereka tak punya rasa takut pada akibat yang akan diterima karena melawan Belanda. Apalagi, mereka mengikuti ajaran itu secara sukarela, bukan dorongan emosi saja. Meski pemimpin sudah diciduk, gerakan itu tidak gampang remuk.
225. PANGREH II
Tujuan Ndoro Tuan, tujuan! Tujuan gerakan itu bukan hanya tujuan pemimpinnya, tetapi tujuan bersama!
226. PETINGGI BELANDA
Tujuan bersama? Omong kosong apa, itu? Kalian tahu, gerakan itu lebih distir oleh kelompok petani kaya pemilik tanah yang terganggu kehormatannya. Karena sejak 1906 peraturan pemerintah justru memberi nilai tertinggi kepada kepala desa. Hingga warga utama pemilik tanah seperti Samin itu, tak lagi menduduki tempat istimewa. Ini masalah persaingan status!
227. PANGREH II
Maaf Tuan, bukankah pajak yang terlalu menekan dan peraturan yang menyita tanah-tanah nganggur menjadi hak Pemerintah ikut berpengaruh?
228. PETINGGI BELANDA
Itu sudah terjadi lama, toch? Sejak pemerintah memberlakukan Agrarische Wet; Undang-undang Agraria; 9 April 1870, toch? And itu peraturan bagus! Bertujuan memanfaatkan woeste gronden; tanah-tanah yang tak diolah, untuk memberi jalan masuk modal perkebunan dari Eropa dengan cara erfpacht
229. PANGREH PRAJA III
Apa Ndoro Tuan?
230. PETINGGI BELANDA
Erfpacht! (PANGREH BINGUNG) Sewa, goblog! Undang-undang itu disusul peraturan soal eksploitasi hutan di Jawa dan Madura 1874, juga ordonansi lainnya, toch tidak bermasalah?
231. PANGREH III
(MENJILAT) Oh, iya,.. Benar Tuan! Berdasarkan Agrarische Wet 1870, tidak salah kalau pemerintah melakukan pematokan tanah.
232. PANGREH II
(MEMBANTAH) Itulah yang saya khawatirkan, Rakamas. Pengikut Samin menganggap pemerintah sewenang-wenang, karena telah merampas tanah-tanah mereka!
233. PANGREH III
Kita mendengar anggapan ngawur itu, Dimas. Maka mulai tahun 1900 kita kerahkan mandor hutan untuk bicara aturan dan hukuman bagi yang melanggar. Secara bertahap, para mandor juga mulai melakukan pembatasan bagi rakyat dalam pemanfaatan hutan. Mengambil kayu harus ijin mandor atau polisi hutan! Jelas sekali, Dimas.
234. PANGREH I
(MENENTANG) Keyakinan ajaran mereka “Lemah pada duwe, banyu pada duwe, kayu pada duwe”. Saya menduga masalah ini belum ditangani dengan tepat, Rakamas.
235. PANGREH III
(JENGKEL) Belum tepat piye tho Dimas? Woro-woro hukum pajak juga dilakukan sblm pemerintah menarik pajak untuk tanah, air dan ternak. Tapi, wong Samin malah nyepelekne, mbrengkele! Padahal, semua itu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat! Kesejahteraan kita bersama!
236. PETINGGI BELANDA
Tepat! Kesejahteraan rakyat, kesejahteraan kita bersama! Mana ada pemerintah yang ingin rakyatnya tidak sejahtera? Ha,…?!
237. PANGREH III
(MENJILAT) Mana ada pemerintah kok, ingin rakyatnya lemah, lungkrah, letih, lesu?? Minumlah Mbok Darmi! Eh, susu Mbok Darmi! Aduh, kliru maneh! Minumlah susu sapi Mbok Darmi!
SEMUA KAGET DAN MERESPON SEBENTAR. ANTARA GELI & SUNGKAN.
238. PETINGGI BELANDA
(MARAH) Godverdhom zect!
239. PANGREH PRAJA I
(SEGERA SERIUS) Maaf, Tuan, maaf,… Maksud saya, Kesejahteraan rakyat, kesejahteraan kita bersama! Kalau rakyat sejahtera, pemasukan bertambah. Kalau rakyat lemah, pemasukan payah!
240. PETINGGI BELANDA
Hehe… Benar, kowe orang! And ngomong soal sejahtera, asal kalian ingat!
ADEGAN ITU TIBA-TIBA TERHENTI. MUSIK TEGANG. NARATOR BERDIRI DI TEPI PANGGUNG KIRI.
241. NARATOR I
Tahun 1901 Ratu Wilhelmina mengumumkan suatu penyelidikan tentang kesejahteraan di Jawa. Sejak itu “politik etis” yang berakar pada masalah kemanusiaan dan keuntungan ekonomi resmi disahkan. Ratu menyebut 3 prinsip dasar, yaitu educatie, emigratie dan irrigatie.
ADEGAN KEMBALI DILANJUTKAN.
242. PETINGGI BELANDA
Itu proyek besar! Butuh dana yang tidak sedikit! Hutang Pemerintah Belanda sampai 40 juta gulden. Sehingga untuk selanjutnya, Batavia tidak boleh hutang kalau ingin meningkatkan pengeluaran.
MUSIK TEGANG LEBIH MENEKAN. ADEGAN TERHENTI LAGI. LAMPU PANGGUNG FOKUS PADA PARA NARATOR YANG MUNCUL DI TEPIAN PANGGUNG KIRI, KANAN & BELAKANG
243. NARATOR II
(DI PANGGUNG BAGIAN KANAN) Politik etis berjalan dalam lingkungan ekonomi yang berubah cepat. Penaklukan ke luar Jawa memperluas kekuasaan Belanda. Lalu daerah itu menjadi lebih penting daripada Jawa, dalam pembangunan ekonomi baru.
244. NARATOR III
(MUNCUL DARI BELAKANG BERJALAN KE DEPAN) Lewat perusahaan swasta, produksi meningkat cepat. Bergesernya kegiatan ekonomi ke luar Jawa, menimbulkan kesulitan kebijakan. Investasi dan komoditi ekspor kebanyakan ada di luar Jawa. Tetapi masalah kesejahteraan yang besar tuntutannya terhadap “hutang kehormatan”, ada di Jawa.
245. NARATOR I
Teorinya, program di Jawa di subsidi luar Jawa, untuk menghindari kenaikan pajak di Jawa. Kenyataannya, politik etis berjalan sendiri-sendiri. Hingga ketika keuangan Belanda dikuras Perang Dunia I, maka pajak orang Indonesia terpaksa naik sangat tinggi.
MUSIK BERHENTI. SUASANA MENCEKAM. MUNCUL SAMIN I DARI BELAKANG MENUJU TENGAH PANGGUNG
246. SAMIN I
Akibatnya, di Blora, muncul kredit desa, lumbung desa, pengurus perairan, sekolah. Semua dibebankan kepada pribumi. Bagi yang kaya, tidak masalah. Tetapi bagi yang miskin, itu berat. Untuk lepas dari beban itu para petani mencari perlindungan. Dan ceramah-ceramah saya mampu mengobati petani yang ingin bebas dari ketidakpastian.
PARA PEMAIN LAIN BINGUNG & KAGET SAAT PEMAIN SAMIN MENGUCAPKAN DIALOG. TERJADI KOMPLAIN DAN DEBAT. SEMULA ANALITIS, SAMPAI DEBAT KUSIR. PANGKAL PERDEBATAN; SEMESTINYA DI ADEGAN INI TOKOH SAMIN TIDAK MUNCUL DULU.
PEMUSIK & CREW LAIN IKUT BERDEBAT, SALING MENYALAHKAN; LANTARAN PARA PEMAIN YANG DIANGGAP KURANG SERIUSDAN TIDAKPROFESIONAL.
TUKANG LAMPU JENGKEL, MEMATIKAN LAMPU. DALAM GELAP SEMUA MENGUMPAT TUKANG LAMPU. TUKANG LAMPU MEMBANTAH NGGAK MAU KALAH. PERDEBATAN LAGI. SEMUA SALING MENYALAHKAN.
SAAT AKHIRNYA SEMUA MENYADARI UNTUK MELANJUTKAN PENTAS, INILAH ADEGAN SELANJUTNYA.
247. PANGREH III
(PANIK) Sekarang masalahnya, Tuan. Sekarang! Aturan-aturan yang membuat kondisi tidak menentu itu jadi cara mereka mengikatkan diri. Bersatu karena menghadapi keadaan yang sama, pengalaman sama. Bersatu antara petani kaya dan petani miskin!
248. PETINGGI BELANDA
(MULAI JENGKEL) Heh,… gerakan itu tidak muncul dari kepahitan bersama, tujuan bersama! Itu dimulai dari kekecewaan elite, lalu rakyat mendukungnya. Jadi, kalau pimpinan elitnya kita buang, selesai masalah!
249. PANGREH II
Tuan, ketika Samin ditangkap, hanya ada satu orang yang menyerang Asisten Wedono Kedungtuban. Sesudah itu kehidupan berjalan seperti biasa. Artinya, mereka tidak punya kebiasaan memuja seseorang.
250. PANGREH I
(MENDUKUNG) Itu sejalan dengan ajaran mereka; semua manusia sama! Sama kelahirannya, sama kebutuhannya dan sama tujuannya. Tidak ada sebab yang mewajibkan orang membeda-bedakan manusia. Semua manusia adalah saudara. Sedulur!
251. PANGREH III
Karena itu mereka tidak mengenal tingkatan berbahasa Jawa seperti, ngoko, madya, krama?
252. PANGREH I
Tepat! Tak mengherankan kalau para Samin itu tidak pernah mengagung-agungkan pemimpinnya. Yang mereka agungkan adalah sikap hidup yang dikatakan sebagai “akhlak terpuji”.
253. PETINGGI BELANDA
(SINIS) Haha,…. Akhlak terpuji? Haha,… Barang apa itu? Apa kowe orang bisa tunjukkan pada ike? Macam apa itu yang namanya Akhlak terpuji? Seperti roti atau mirip-mirip tai?
254. PANGREH PRAJA I
Astaghfirullah, tuan! Nyebut,.. nyebut,…. Dosa Tuan,…
255. PETINGGI BELANDA
Apa itu ngebut? And apa pula itu, dosa? Apakah ia centeng atau babu si akhlak terpuji tadi? Tuan-tuan, bahwa petani pemilik tanah! (TEGANG & LANTANG) Bukan proletar tani, yang menjadi motor, itu diperjelas dengan timbulnya faktor keagamaan yang memperkuat gerakan. Hahaha,…. Akhlak terpuji? Ya! Apa yang mereka bilang Agama Adam hanya pembenaran religi dari pemilik tanah dalam melakukan kerja tani. Agama Adam mempertahankan pandangan hidup tanpa mesias. Tidak ada tuhan sebagai entitas sendiri. Tuhan, penyelamat, adalah diri sendiri. Dan diri sendiri adalah unsur yang terus menerus akan memelihara keakraban dengan alam. Pertanian adalah “perkawinan” manusia dengan alam. Tuan bilang “akhlak terpuji”? Ike bilang pembenaran!
256. PANGREH I
(MENENTANG) Saya bilang, itu sikap hidup total suatu kebudayaan, Tuan!
257. PETINGGI BELANDA
(MELOTOT, MENDEKAT) Heh?! Maksud Tuan??
258. PANGREH I
(MENENTANG) Samin pernah mengaku dengan tegas, bahwa ia bukanlah rasul, nabi atau ratu adil.
259. PETINGGI BELANDA
(LEBIH MARAH) Tapi di depan pengikutnya, juga saat penobatannya, ia tak pernah menolak! Bahkan, kowe orang sempat mendengar, bahwa mulai Bulan Suro, 14 Pebruari 1907 akan datang jaman baru? Jaman di mana orang tidak perlu lagi bayar pajak, dan kayu jati dapat diambil semaunya dari hutan?? (MEMBUANG MUKA) Godverdomh zecht!!
260. PANGREH II
Memang Ndoro Tuan. (MENCOBA MELERAI, MEREDAKAN SUASANA) Sebagaimana gerakan lain, ia sering dihubungkan dengan harapan akan datangnya jaman emas, jaman gemilang, jaman sama rata sama rasa, jaman ratu adil!
261. PANGREH I
(BERONTAK) Tapi sekali lagi! Saya yakin Samin hanyalah satu bagian dari suatu kebudayaan yang sudah jadi dan memiliki cita-citanya sendiri!
262. PETINGGI BELANDA
(LEBIH MARAH) Cita-cita untuk memberontak kepada Hindia Belanda?? Melawan pemerintahan yang sah?!!
263. PANGREH I
(LEPAS KONTROL) Perlawanan mereka hanya bagian dari sikap pihak luar yang hendak mengganggu mereka Tuan!
264. PETINGGI BELANDA
(MARAH SANGAT) Polisi!!! Tangkap, mata-mata ini!
POLISI (DIMAINKAN OLEH NARATOR I & 2) DATANG. MENANGKAP DAN MENYERET PANGREH I KELUAR PERMAINAN, MENUJU PANGGUNG DEPAN BAGIAN KANAN. PANGREH II & III TIBA-TIBA JUGA BERUBAH KARAKTER (LEWAT PERUBAHAN “IKET”) MENJADI POLISI.
265. PANGREH I
(MERONTA, MEMBELA DIRI) Tuan,… Tuan,… saya hanya mengatakan pandangan saya, pikiran saya. Tuan,… saya sedang berusaha mengingatkan Tuan. Saya bukan mata-mata. Saya,… (KEPADA PANGREH LAINNYA) Tolong Kang, Den Mas, Lek,.. tolong saya,… Bilang pada Ndoro Tuan, saya bukan mata-mata,… saya,…. (MENJAUH)
PANGREH DAN 2 POLISI MENJAUH. BEBERAPA KALI PARA POLISI MEMUKUL PANGREH. SUARANYA SAMAR-SAMAR MENJAUH.
DI PENGGUNG BAGIAN TENGAH LAMPU FOKUS PADA PEMAIN PETINGGI BELANDA, YANG PADA BAGIAN SELANJUTNYA JUGA (BERMAIN GANDA) MEMAINKAN TOKOH JASPER SEKALIGUS (MONOLOG).
266. PETINGGI BELANDA
Jasper!
267. JASPER
(DATANG) Saya Tuan.
268. PETINGGI BELANDA
Sebagai Residen Tuban, kuperintahkan Ye untuk menyelidiki gerakan itu. Tugas utamamu adalah membongkar latar belakang ekonomi gerakan ini.
269. JASPER
Jasper berangkat, Tuan… (PERGI. NAIK KUDA. DISIMBOLKAN DENGAN “IKET” YANG DIGERAKKAN BAGAI EKOR KUDA DI BELAKANG TUBUHNYA).
SEMUA PEMAIN BERKUMPUL DI POJOK DEPAN BAGIAN KANAN. ADEGAN SELANJUTNYA SEPERTI SEKELOMPOK ORANG YANG LATIHAN MEMBACA NASKAH DRAMA DENGAN DUDUK SANTAI LESEHAN. HANYA ADA SATU NASKAH DRAMA DIBACA BERPUTAR, BERGANTIAN.
270. PANGREH II
(TAKUT-TAKUT) Ampun Tuan! Bukankah dari keterangan awal dapat kita simpulkan, bahwa ajaran Samin tidak semata-mata bersifat ekonomis saja?
271. PANGREH PRAJA III
(SANTUN SEKALI) Maaf, nuwun sewu,… Tepat Ndoro, kalau pemberontakan ini hanya karena ekonomi, mustahil ia bertahan lama. Gerakan ini juga tidak akan mempunyai pengikut di luar daerah itu, Tuan. Nuwun sewu, Ndoro Tuan.
272. PETINGGI BELANDA
Tapi ada laporan mengatakan, bahwa penyebarannya di Rembang mulai mati sesudah Samin dibuang. Benar??
273. PANGREH III
Tidak mati sama sekali, Tuan. Bahkan, pada saat ini diperkirakan jumlah Wong Sikep meningkat menjadi 3000 orang! (LANTAS MEMBUANG NASKAH ITU)
PARA PEMAIN LAIN BINGUNG DAN MARAH KEPADA PANGREH III. LANTARAN TIDAK TAHU ADEGAN APA USAI ITU. TIDAK INGAT, SIAPA YANG MESTI MENGUCAPKAN DIALOG SETELAH ITU. PANGREH III BALIK MENUNTUT, SEMUA PEMAIN HARUS SUDAH HAPAL DAN SIAP BERMAIN. MEREKA BERDEBAT KERAS.
TIBA-TIBA…
274. NARATOR I
(KUAT DAN TEGAS) Tahun 1908 orang yang namanya Wongsoredjo menyebarkan ajaran Samin di daerah Jiwan dekat Madiun.
PARA PEMAIN SEGERA MEMAINKAN ADEGAN DENGAN SERIUS. NARATOR II MENJADI WONGSOREJO. PEMAIN LAIN MENJADI PENGIKUTNYA.
275. WONGSOREDJO
Sedulur-sedulur, kalian tak perlu membayar pajak atau melakukan kerja bhakti apapun!
276. PENGIKUT 1
Tapi, mereka sering memerintah dengan memaksa, Pak.
277. WONGSOREDJO
Kata-kata. Kita bantah dengan kata-kata!
278. PENGIKUT 2
Mereka bisa marah dan main kasar, Kang.
279. WONGSOREDJO
Kita membangkang!
280. PENGIKUT 3
Kalau mereka menggunakan senjata?
281. WONGSOREDJO
Jangan khawatir, Lur! Tidak usah takut apalagi bingung. Kalau kalian melakoni keyakinan ini dengan benar, kalian tak akan mempan dibacok pedang Belanda atau senjata tajam lainnya.
TIBA-TIBA SALAH SEORANG PENGIKUT MERUBAH KOSTUMNYA DAN MENJADI BELANDA. SELANJUTNYA ADEGAN BERPINDAH-PINDAH TEMPAT. DARI DEPAN, POJOK, SAMPING & BELAKANG.
282. BELANDA
Provokator! Tangkap ia!! Penjarakan bersama 2 kawannya!
ADEGAN PENANGKAPAN DISIAPKAN. TERHENTI.
283. NARATOR I
Tahun 1911 menantu Samin, Surohidin bersama muridnya; Pak Engkrak, menyebarkan ajaran itu di Kabupaten Grobogan.
ADEGAN PENANGKAPAN TADI BERLANJUT. TERHENTI.
284. SEMUA PEMAIN.
Pendemi!!
285. NARATOR II
Penyebaran lain berkembang dari rumah Karsijah Pati!
286. NARATOR I
Di Kabupaten Bojonegoro, di Desa Tapelan, Samin sudah punya pengikut sejak tahun 1890!
ADEGAN PENANGKAPAN TADI BERLANJUT. TERHENTI.
287. WONG SIKEP
Kami menolak membayar pajak, karena tanah ini milik penggarap. Wong sikep weruh teke dewe!
288. WONG-WONG SIKEP
Sarujuk!
Sarujuk!! Sarujuk!
289. NARATOR II
Mereka itulah yang sejak tahun 1912 menyewa tanah di tepi Bengawan Solo.
290. NARATOR I
Tapi sekarang tahun 1914!
291. NARATOR II
Tahun di mana di pengasingan, Samin menulis wasiat sebelum salin sandangan.
ADEGAN PENANGKAPAN TADI BERLANJUT, NAMUN BERUBAH MENJADI ADEGAN PROSES MENINGGALNYA SAMIN DI PENGASINGAN. SAMIN DI KERUMUNI PENGIKUTNYA YANG BERUSAHA TABAH SESUAI AJARANNYA. ADEGAN TERJADI FOKUS DI TENGAH PANGGUNG.
292. SAMIN I
Nagaranta niskala anduga arum
Apraja wulwikaning gati
Gen ngaub miwah sumungku
Rukun warga tan ana blekuthu
293. NARATOR I & II
Rehne kowe wis salin sandangan, kowe tak tandur ono kene. Sak burine njaluk slamet, asale saka Adam malih dadi Adam.
SEPI SEJENAK
LALU LAMPU PANGGUNG PERLAHAN MERATA. ADEGAN DI ATAS BUYAR. PARA PEMAIN MELAKUKAN KOMPOSISI GERAK; MENGEKSPLORASI BAJU KOMPRANG YANG MEREKA LEPAS DAN DIGUNAKAN UNTUK MEMPERKUAT GERAKAN. SIMBOL DARI PENYEBARAN GERAKAN SAMIN YANG KIAN MELUAS DAN AJARANNYA YANG KIAN MENGAKAR
SELANJUTNYA, SEMUA PEMAIN MEMAKAI BAJU KOMPRANG ITU SEBAGAI CELANA. 2 LUBANG LENGAN MASUK KE KEDUA KAKI, UJUNG BAJU DITALIKAN DI PINGGANG. “IKET” TERPAKAI KENCANG DI KEPALA. KAOS OBLONG DI BADAN. PEMAIN JUGA MENGAMBIL GAGANG CANGKUL DI BASE KAMP NYA MASING-MASING UNTUK PROPERTY ADEGAN-ADEGAN SELANJUTNYA.
294. PRODJODIKROMO (DIPERANKAN NARATOR I)
Sedulur-sedulur Balerejo, aku Projodikromo! Mengabarkan, di berbagai daerah pajak terus naik, lebih tinggi! Dan akan lebih tinggi lagi, juga di Madiun ini!! Jadi pandai-pandailah bicara dengan aparat pemerintah!
PEMAIN LAIN MENJADI PENEBANG KAYU DI HUTAN, MELATARI ADEGAN. (GAGANG CANGKUL MENJADI KAMPAK)
295. NARATOR II
Tahun 1916 dilaporkan terjadi penyebaran di daerah Kudus.
PEMAIN LAIN MELATARI ADEGAN, DENGAN MENJADI PASUKAN BELANDA. (GAGANG CANGKUL MENJADI SENAPAN)
296. JASPER
Jasper menghadap, Tuan.
ADEGAN PENANGKAPAN BUBAR.
297. PETINGGI BELANDA
Asisten Residen Tuban, apa yang bisa Tuan laporkan?
298. JASPER
Seluruhnya, ada 2.305 keluarga Samin tahun 1917 ini Tuan. Termasuk 1.701 di Blora, 283 di Bojonegoro. Sisanya tersebar di Pati, Rembang, Kudus dan Ngawi.
299. PETINGGI BELANDA
Cuma itu?
PEMAIN LAIN MELATARI ADEGAN, MENJADI PETANI.
300. NARATOR I
Variasi dari gerakan Samin tercatat dipimpin Samat petani Pati, sejak 1914. Pengikutnya yakin bahwa tanah hanya digadaikan kepada Belanda. Tanah itu akan dikembalikan kepada pribumi, kalau Ratu Adil sudah datang dari Timur dan Barat.
301. PETINGGI BELANDA
Kapan itu, kata mereka?
302. NARATOR II
(MENJAWAB) Menurut catatan, kira-kira akan terjadi tahun 30 an. Ditandai dengan berdirinya sebuah kerajaan atas dasar persamaan derajat!
303. PETINGGI BELANDA
Tukang mimpi! Catat! Tukang mimpi!
SEPI DAN TEGANG.
KEMUDIAN SEMUA PEMAIN MELATARI ADEGAN DENGAN MEMUKUL-MUKULKAN GAGANG CANGKUL KE LANTAI MENYERUPAI ORANG MENUMBUK PADI ATAU MENANAM JAGUNG. SUARA KETUKAN GAGANG CANGKUL KE LANTAI ITU MENJADI TEMPO PERMAINAN YANG KIAN CEPAT DAN TINGGI.
SAMBIL MELAKUKAN ITU MEREKA BERARAK KE ARAH PANGGUNG KIRI BAGIAN DEPAN. DI MANA ADEGAN “SENDANG SANUR” BERLANGSUNG. SENDANG SANUR (DIMAINKAN SAMIN III) PIDATO DENGAN KERAS DAN TEGAS.
304. SENDANG SANUR
Kalian catat! Inilah aku Karsiyah anak Surontiko, yang tinggal di Kajen, Pati Utara. Hari ini menyatakan sebagai Pangeran Sendang Sanur! Catat! Kalian tidak perlu membayar pajak! Catat! Kalian juga tak perlu takut, kepada aparat dan mantri polisi. Catat! Mereka cuma badut-badut yang diberi peran dan sandangan oleh penjajah Belanda. Catat! Badut-badut! Catat!
305. WONG-WONG SIKEP
Wong Sikep, weruh teke dewe! (SAMBIL MENGACUNGKAN GAGANG CANGKUL KE ATAS)
306. NARATOR I
Catatan di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan. Pajak, tak mereka bayarkan.
SEPI, TIDAK ADA AKTIVITAS GERAKAN DI PANGGUNG. LAMPU FOKUS. MUSIK TEGANG. SUASANA MENCEKAM.
307. NARATOR (DIUCAPKAN OLEH PEMAIN SAMIN II)
Karena itu, teror dan penangkapan terhadap para pengikut Samin makin gencar dilakukan pemerintah Belanda.
LALU PARA PEMAIN MENYEBAR KE SELURUH BAGIAN PANGGUNG DAN MELAKUKAN ADEGAN KOMPOSISI GERAK DENGAN MAMANFAATKAN GAGANG CANGKUL YANG BERUBAH-UBAH FUNGSI JADI SENAPAN, SAMURAI, TEROPONG DLL. MENGGAMBARKAN TEKANAN YANG DILAKUKAN BERBAGAI JAMAN TERHADAP AJARAN SAMIN.
ADEGAN KOMPOSISI ITU BERMULA DENGAN SERIUS DAN TEGANG. NAMUN, MENDEKATI SELESAI BERUBAH MENJADI ARTIFISIAL, KOCAK DAN KOMIKAL.
BAHKAN, SAAT PENTAS HAMPIR USAI, ADEGAN ITU BERUBAH MENJADI SEOLAH SEROMBONGAN ANAK-ANAK YANG TENGAH BERMAIN-MAIN. ADA YANG KEJAR-KEJARAN, TEMBAK-TEMBAKAN DLL. ADA YANG MENANGIS, TERTAWA, KETAKUTAN DLL.
LAGU DANGDUT KOPLO TERDENGAR. LAMPU PANGGUNG TERANG BERNEDERANG. PARA PEMAIN YANG BERKARAKTER ANAK-ANAK USAI BERMAIN. MEREKA BERLARIAN KE LUAR PENTAS.
SELESAI.
Pelangi-Mojosongo, Solo 14 Juni 2009.
BAH
Sinopsis
Pemerintah pusat akan mengadakan kunjungan di suatu desa yang menjadi langganan banjir. Berbagai sikap warga mengemuka. Ada yang antusias menerima dengan berbagai harapan. Ada yang biasa-biasa saja, lantaran sudah terbiasa dengan banjir. Ada pula yang apatis, menolak lantaran menduga tak akan terjadi perubahan apa-apa, sebagaimana kebiasaan lama; sekedar ditampung usulannya.
Warga yang antusias menerima rata-rata dari kalangan petani yang berharap jika pemerintah pusat berkeinginan menyelesaikan masalah banjirt, kehidupan mereka akan membaik, seiring dengan sistim tanam yang tidak akan terganggu banjir, dan bisa lebih dari sekali masa tanam. Juga, tak perlu menanggung kerugian saat banjir tiba-tiba datang. Apalagi, belakangan mereka kewalahan memprediksi datangnya banjir, lewat pranoto mangsa, pertnada hewan dan impian. Sedang ramalan cuaca yang berteknologi canggih di koran dan televisi tak pernah menunjuk pada desa mereka.
Warga yang menanggapi biasa-biasa saja sebagian besar berasal dari kalangan pekerja/buruh urban yang bekerja di kota. Mereka ini menganggap banjir sebagai hal yang biasa datang dan pergi sejak mereka kecil. Dan, kini, lantaran tempat kerja mereka di kota dan tidak terpengaruh dengan masalah banjir, mereka bersikap biasa saja soal kunjungan pejabat pusat itu. Apalagi, mereka sudah paham benar dengan tabiat pejabat yang mendekati rakyat saat perlu dukungan saja. Pengetahuan soal itu kerap mereka baca dari koran dan majalah, informasi di televisi, juga dari obrolan dengan sesama buruh di kota. Apalagi sudah sejak lama, mereka pulang balik diangkut oleh bis karyawan milik perusahaan. Meski, jika banjir datang mereka harus mengeluarkan sedikit ongkos transport tambahan untuk keluar dari desa hingga sampai ke bis jemputan. Tidak masalah. Toh kunjungan pejabat, biasanya tak menyelesaikan masalah. Ada kunjungan nggak apa-apa, tidak juga nggak apa-apa. Begitu pikir mereka, sekadar sebagai dinamika.
Warga yang menolak sebagian besar adalah warga yang tak lagi punya harapan hidup di desa itu, namun tak mampu keluar/ mencari kehidupan di tempat lain, lantaran pengetahuan dan ketrampilan yang kurang. Nasib kehidupan mereka mengalir saja. Jika datang banjir, mereka sibuk ngobyek dengan pura-pura mengelola bantuan banjir, termasuk mempromosikan perlunya bantuan kepada korban banjir. Jika tak ada banjir, mereka menjadi buruh tani di desa lain. Itulah kenapa, entah baik banjir ataupun tidak bisa menjelma berkah semua. Tanpa campur tangan dan perubahan apapun, hidup mereka sudah mengalir.
ADEGAN I
BU PALA SEDANG NAPENI BERAS DI BERANDA. NAMPAK PAK PALA DATANG NAIK SEPEDA MOTOR. PARKIR DAN BERGEGAS. MENENTENG TAS BUTUT.
001. Pak Pala
Geger Bune, geger,… (HILIR MUDIK)
002. Bu Pala
(KAGET) Oalah,… geger apa tho Pak? Geger apa?? (MENARUH TAMPAH. IKUT HILIR MUDIK) Pulang-pulang kok gegar geger,….
003. Pak Pala
Lha kamu ndak ngerti, kok! Wis,… ribut ini nanti bakale. Ribut!!
004. Bu Pala
Lhadalah! Geger aja belum rampung, kok sudah ribut! Nanti terus gawat, hebat, bejat, babat-babat, mak klebat; nggeblag!! Modirrr….
005. Pak Pala
Modar! Kok, modirr,.. (DUDUK)
006. Bu Pala
Iya, Modar! (IKUT DUDUK)
007. Pak Pala
Lha kamu ndak ngerti, kok!
(BERDIRI, HILIR MUDIK LAGI, GEMAS & JENGKEL) Iiih,…
008. Bu Pala
(IKUT BERDIRI) Lha, kalau ngerti yo nggak bakal nanya! Ini ada apa?
009. Pak Pala
(BERBALIK) Malah takon; “Ini ada apa?” (MENDEKAT) Piye tho, kamu ini??? Genah geger, ribut gitu kok! (MENJAUH)
010. Bu Pala
Apane yang geger? Apanya yang ribut? Genah suasana tentram dan damai gini, nok! Sampeyan itu sing ora nggenah! Bikin geger, ribut sendiri. Mrana-mrene bingung karepe dewe, kayak kelangan pupuk sak beruk!
011. Pak Pala
Lha kamu ndak ngerti, kok! (MENGHEMPASKAN TUBUH, DUDUK) Ini lebih dari itu. Kalau kelangan pupuk aja sudah biasa! Nadyan dicolong ton-tonan, truk-trukan, biasa!
012. Bu Pala
Lha opo?? Angger bingung kok pikun ndak bisa ngomong! Bingung karepe dewe! Mulo tenang yo, Pak… Tenang dulu, sareh dulu. Nyruput kopi apa ngombe teh sik. Terus ngomong yang cetho, baru geger!
013. Pak Pala
(BINGUNG LAGI) Lha itu, geger! Bingung!! (MAU BERDIRI)
014. Bu Pala
(MENARIK TUBUH PAK PALA DAN MENDUDUKKANNYA DENGAN PAKSA. LANTAS GEDRUK BUMI TIGA KALI. MEMBENTAK) Wis tho! Cukup! (KACAK PINGGANG DAN CINCING JARIT).
015. Pak Pala
(MAU BICARA) Ehm,… eh,.. e,… (HENDAK BERDIRI)
016. Bu Pala
(MENARIK DAN MENDUDUKKANNYA LAGI) Cepp!!!
SENYAP. PAK PALA TERENGAH-ENGAH. LALU ISENG MEMAIN-MAINKAN TASNYA. PERLAHAN BU PALA MENGAMBIL TAMPAH BERISI BERAS. MEMBAWANYA MASUK KE DALAM RUMAH.
MUSIK.
SENDIRI PAK PALA MEMANDANG KOSONG. SEPERTI MEMBAYANGKAN BERBAGAI KEJADIAN DI MASA LALU. KEMUDIAN MATANYA BERKACA-KACA. BIBIRNYA GEMETAR SEPERTI HENDAK BERKATA-KATA. BU PALA MUNCUL MEMBAWA SECANGKIR MINUMAN. ENTAH TEH, ENTAH KOPI. TAPI IA TERTAHAN BERDIRI DI DEPAN PINTU. MENGAMATI SUAMINYA.
017. Pak Pala
(BICARA SENDIRI. LIRIH) Kamu nggak tahu kok, Bune. Bakal geger lagi ini,.. ribut-ribut lagi… Seperti dulu-dulu. Seperti yang sudah-sudah. Nggak rampung lagi. Mangkrak! Sudah bacut udreg-udregan sik, babat-babatan sik,.. terus beliau mak klebat … Minggat! Aku yang nggeblag,…
018. Bu Pala
(MENDEKAT) Siapa? Beliau itu siapa??
019. Pak Pala
Yo, Bapak-bapak pejabat itu tho!
020. Bu Pala
(KAGET. BAKI DAN CANGKIR BERISI MINUMAN LEPAS DARI TANGANNYA) Maksudmu, akan ada kunjungan dari kota lagi?
021. Pak Pala
Lha iyo! Dari tadi, itu yang mau kuomongkan.
022. Bu Pala
(TIBA-TIBA MARAH BESAR) Oalah, Pakne,…Pakne… Geger iki, ribut iki! (LARI KE SANA KE MARI) Kok ora kasihan ro aku tho Paaak, Pak…. ! (MENANGIS)
023. Pak Pala
(BINGUNG) Lho, kok malah aku…
024. Bu Pala
Mau apa mereka? Mau menguras kita lagi? Mau memeras penduduk desa ini lagi? (HISTERIS) Belum puas tho, mereka bikin repot dengan kunjungan-kunjungan selama ini??
025. Pak Pala
(BINGUNG) Lho, lha aku juga repot lho Bu. Tekanan batin!
026. Bu Pala
Mana harus ngopeni, makani, nyangoni, tanpa hasil yang pasti. Cuma kasih pengarahan, ceramah, ceramah, ceramah! (MENIRUKAN PIDATO PEJABAT) Seluruh warga desa harus menjaga kebersihan lingkungan. Jangan membuang sampah sembarangan, apalagi di selokan dan kali. Ingat ini sudah musim hujan. Jangan sampai kotoran membuat air tidak lancar. Bisa banjir. Mengerti?
027. Pak Pala
(BINGUNG. BICARA PADA DIRI SENDIRI) Waduh, mulai lagi. Piye tho iki...
028. Bu Pala
(MELOTOT) Mengerti?? (MENDEKAT) Ngertos, Pak??
029. Pak Pala
(CELINGUKAN. BICARA SENDIRI) Weleh, main tenan, iki. (MENIRUKAN PENDUDUK) Inggih, Bapak. Ngertos!
030. Bu Pala
(MASIH MENIRUKAN PEJABAT) Kalau sudah begitu, siapa yang rugi?
031. Pak Pala
(MASIH MENIRUKAN PENDUDUK) Kami, Bapak Pejabat…
032. Bu Pala
(MASIH MENIRUKAN PEJABAT) Bukan hanya kalian!! Pemerintah juga rugi. Harus mengeluarkan anggaran tambahan untuk menanggulangi bencana dan membantu korban. Rapat-rapat dan kunjungan! Belum ongkos pengiriman bantuan, belum ongkos tambahan pegawai, belum, belum dan belum. Paham?
033. Pak Pala
(MENGGELENG. LANTAS MENIRUKAN PENDUDUK LAINNYA) Maaf Bapak, kalau disuruh milih, kami milih nggak kebanjiran Pak.
034. Bu Pala
(MASIH MENIRUKAN PEJABAT) Yang namanya bencana itu, kalau sudah datang, wajib diterima! Tidak bisa dihindari, apalagi ditolak. Sudah tidak bisa memilih tidak!
035. Pak Pala
(MENIRUKAN PENDUDUK LAINNYA LAGI) Kalau begitu, kami milih banjir yang gedhe saja Pak.
036. Bu Pala
(MASIH MENIRUKAN PEJABAT) Lho, kamu ini aneh? Kok malah milih banjir gedhe ki, lir-nya gimana??
037. Pak Pala
Kalau banjir gedhe khan jelas?! Berapa yang keli, berapa yang mati. Berapa rumah terbenam. Berapa yang hilang,..
038. Pak Pala
(PENDUDUK LAIN MENYAHUT) Benar Pak! Jadi jelas yang diberitakan. Jelas pula berapa bantuan yang dibutuhkan.
BU PALA AGAK BINGUNG SAAT PAK PALA BERPERAN GANDA.
039. Pak Pala
Kalau banjir kecil nggak ada korban. Paling gatelen kena dami kumkuman! Nggak ada rumah terbenam, nggak ada tragedi diberitakan. Maka, nggak ada bantuan yang datang!
040. Bu Pala
Kok bisa?
041. Pak Pala
Yang namanya bencana itu khan harus ada korban, Pak?! Padahal kalau banjir kecil, nggak ada korban. Rumah paling terbenam sedengkul atau sepinggang. Nggak ada yang hilang! Nggak ada yang ngungsi. Apa yang mau didata? Apa yang mau dibantu? Wong kehidupan berjalan normal. Nggak ada perubahan! Kecuali,..
042. Bu Pala
(MENYAHUT SEBAGAI PENDUDUK LAIN) Kecuali, kami dikepung air berbulan-bulan. (MENAKUT-NAKUTI) Kami jadi manusia rawa. Bapak jadi buayanya...haha.. (BERDENDANG) …Lendut akeh iwake, baya gendut akeh pakane…
PAK PALA BINGUNG, PERANNYA DIREBUT BU PALA.
043. Pak Pala
(AGAK TAKUT JUGA) Bu,… jangan yang aneh-aneh tho,…
044. Bu Pala
(TAK PEDULI, MELANJUTKAN) Bahaya penyakit mengancam, kesibukan jadi lamban. Ongkos hidup naik, pemasukan tak bertambah…ah,..ah,..ah…
045. Pak Pala
(MEREBUT PERAN. DAN MENIRU BU PALA) Ah,..ah,...ah,.. Yang kerja, yang sekolah, yang pergi dari rumah,… Ah! Butuh uang lebih,… ih,..ih,..ih,..
046. Bu Pala
(MEMOTONG) Ih,…ih,..ih,… (KESULITAN KATA-KATA) Aih,..aih,…aih,… (BINGUNG CELINGUKAN) Au,.. Au,...au,...
047. Pak Pala
(MENYAHUT) Aaauu,… Kegiatan sehari-hari terganggu. Bahkan ada yang harus berhenti dulu. Yang tani juga! Tak bisa kerja!
048. Bu Pala
(MENYAHUT) Karena sawah ladang terendam semua!
SEPI SEJENAK
049. Pak Pala
(MENJADI PENDUDUK BIASA LAGI) Begini, Pak. Sebagai petani, kami sudah mengenal watak wateging banjir di sini. Wong kami ini pelanggan banjir yang baik, kok.
050. Bu Pala
(MENIRU PENDUDUK BIASA JUGA) Kami sudah terbiasa dengan banjir yang sulit surutnya, berikut berbagai penyakit yang nungul menjelang kepergiannya.
PAK PALA BINGUNG SEJENAK. BU PALA MENUNGGU.
051. Pak Pala
(TIBA-TIBA MEMERANKAN PEJABAT) Lho?! Banjir kok, biasa
BU PALA BENGONG, MENUNGGU. PAK PALA TERPAKSA MEMERANKAN PENDUDUK LAGI.
052. Pak Pala
(PENDUDUK LAIN LAGI) Lha memang begitu, kok. (MENYEPAK BU PALA SEBAGAI KODE UNTUK MEMERANKAN PENDUDUK LAIN).
053. Bu Pala
(KAGET) Oh, iya Pak. Anu,…eh,..e,.. anu,.. sejak mbah-mbah bahkan buyut kami, banjir sudah sering mengunjungi. Kalau misalnya, mereka beranak pinak kayak menungsa, mungkin banjir yang sekarang datang ini adalah cucu atau buyutnya banjir yang dulu datang ke mbah-mbah kami itu. Makanya, mereka hapal daerah ini. Nggak pernah, keblasuk ke daerah lain gitu. Yo tho Lek?!
054. Pak Pala
Eh, iyo, iyo! Bener kuwi!
055. Bu Pala
(MELANJUTKAN) E,… ternyata, sejak indil-indil dulu mereka sudah sering ngikut bertamu ke sini!
056. Pak Pala
Iya Pak! Dan mereka betah sekali. Seperti berkunjung ke sanak saudara. Memang, mereka nggak perlu disuguhi jajanan dan makanan. Tapi kami khan jadi terganggu, Pak?! Nggak bisa bebas kerja gitu, lho!
057. Bu Pala
Apalagi mereka glimpungan di mana-mana. Di dapur, di kamar tidur, ruang tamu, di kebon dan pelataran. Kami nggak bisa bebas bergerak. Mau,... (TERTAHAN SEBENTAR. BIKIN KODE BERSETUBUH DENGAN ISYARAT TANGAN).. ihik-ihik saja sampai nggak ada tempat!
058. Pak Pala
Huss,…. (MEMBIKIN ISYARAT MALU)
059. Bu Pala
(MENGALIHKAN TOPIK PEMBICARAAN) Karena nggak bisa bebas bekerja, penghasilan kami menurun.
060. Pak Pala
Padahal Pak, sekali datang mereka betah nginap berbulan-bulan. Kadang 3 atau 4 bulan, baru mau pulang. Itupun males-malesan. Terakhir kemarin malah sampai setengah tahun!
061. Bu Pala
(NYELETUK SEBAGAI BANJIR) Habis, kalian tuan rumah yang ramah bagi kami sih!
062. Pak Pala
(KEBINGUNGAN) Sopo kuwi mau?!
063. Bu Pala
(AGAK CENGENGESAN) Para banjir, Pak!
064. Pak Pala
Huss! (MEMBERI ISYARAT TELUNJUK DI BIBIR). Jadi, kami para petani milih banjir besar, karena dibantu membersihkan tanaman padi yang baru tumbuh separo lantas kelelep si banjir itu Pak! Begitu surut, tinggal nyangkuli sedikit terus nanam. Nggak perlu repot ngurusi padi yang bosok tadi. Lagi pula, banjir besar membawa lumpur yang membuat tanah lebih gembur dan subur.
065. Bu Pala
(SEBAGAI PEJABAT) O,… begitu. (MANGGUT-MANGGUT. LALU BERUBAH PERAN SEBAGAI PENDUDUK) Beda kalau banjirnya kecil, Pak! Sudah padi yang mati nggak hilang, nggak dapat tambahan lumpur, ruginya sama saja. Malah lebih rekoso kalau mau nanam lagi. Dan yang penting,.. (MEMBERI ISYARAT KE PAK PALA)
066. Pak Pala & Bu Pala
(SEBAGAI PENDUDUK) Nggak ada bantuan datang!!
067. Pak Pala & Bu Pala
(SEBAGAI PEJABAT) We, lhadalah! Kok kompak men tho, kalian?
068. Pak Pala
(CENGENGESAN) Hehe… latihan kok, Pak…
069. Bu Pala
(GUYON, AGAK SOPAN) Hihi,… Iya Pak, latihan. Lagi pula, skenarionya khan begitu, Pak,… kompak!! (NJAWIL PAK PALA) Bapak juga!
070. Pak Pala & Bu Pala
(SEBAGAI PEJABAT) Heh! Juga apa?!
071. Pak Pala & Bu Pala
(SEBAGAI PENDUDUK) Kommpaaak…!!
072. Pak Pala
(SEBAGAI PEJABAT) Aah,… aku kan pejabat,… Harus kompak dhong!
073. Bu Pala
(SEBAGAI PEJABAT) Kan sutradara juga?!
074. Pak Pala
Hush,… jangan guyon! Situasi gawat kok, malah cengengesan!
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA TEGAS DAN TEGES PETUGAS KEMANAN DESA, MEMANGGIL PAK PALA DARI JAUH. MUSIK.
ADEGAN II
PAK PALA DAN BU PALA MEMANDANG MEREKA YANG DATANG. BU PALA MASIH MEMERANKAN PEJABAT, PAK PALA SEBAGAI PENDUDUK. TEGAS DAN TEGES TERENGAH-ENGAH.
075. Teges
(KEPADA PAK PALA) Kojur Pak, kojur…
076. Tegas
Iya Pak, kojurrr bangettt…
077. Bu Pala
Warga dari mana ini?
078. Pak Pala
Dari desa ini juga, Pak!
079. Bu Pala
Kenapa datang terlambat? (MARAH) Ini pertemuan penting! Kok malah pating dlajig! Nggak tahu aturan, nyag-nyagan sembarangan! Sudah telat, masih gembar-gembor ora karuan! Mana Pak Pala?!
TEGAS DAN TEGES BINGUNG, CELINGUKAN
080. Teges
(KEPADA PAK PALA) Pak,…
081. Tegas
(KEPADA BU PALA) Bu,…
082. Bu Pala
Ba-bu, ba-bu! Babumu, opo?!
083. Tegas
(MENGKERET) Lho, ini ada apa tho, Bu?
084. Bu Pala
(MENDEKAT) Ini ada apa,… Plilak-plilik, pringas-pringis, ngeces!! Tahu nggak kamu?! Situasai lagi gawat, genting! Kita ini sedang membicarakan masalah penting!
085. Tegas
(MELIHAT & MENDEKAT PAK PALA) Dospundi tho ini, Pak?
086. Pak Pala
(RIKUH & BINGUNG) Anu Gas,… ehm,.. e…
087. Teges
(KE PAK PALA) Ibu kenapa tho, Pak? Kesambet Mbah Blumbang njih, Pak?!
088. Pak Pala
Teges! Cangkemmu, ki lho!
089. Teges
Nuwun sewu, Pak!
090. Pak Pala
Dijogo yen ngomong!
091. Bu Pala
Mana Pak Pala?! (MENINGGALKAN TEGAS YANG KETAKUTAN, GEMETAR DAN NGOMPOL
092. Pak Pala
Dhawuh, Pak!
TEGES & TEGAS BISIK-BISIK
093. Teges
Piye tho ki, kang?
094. Tegas
(SAMBIL SIBUK MEMERIKSA OMPOL DI CELANANYA) Ha embuh! Nggak mudheng, aku.
095. Teges
(KE PAK PALA) Pak Pala, ini,….
096. Pak Pala
(MENYAHUT) Sttt, Teges, Tegas,…. (MEMBERI ISYARAT AGAR TENANG DAN NURUT SAJA)
097. Teges
(MENGANGGUK) Ok!
098. Tegas
Ok, bangett!
099. Bu Pala
(MELANJUTKAN) Ada apa ini?
100. Pak Pala
Saya juga nggak tahu Pak. Boleh saya tanya mereka Pak?
101. Bu Pala
Silahkan. Tapi sebaiknya, bubarkan dulu pertemuan ini. Kapan-kapan di sambung! Wis ora moot, aku!
102. Pak Pala
Injih, Pak. (BALIK KANAN, SEOLAH PIDATO DI HADAPAN SELURUH WARGA DESA). Sedulur-sedulur, berhubung dengan adanya sesuatu hal yang tidak bisa kita selesaikan sekarang, pertemuan sementara kita cukupkan sekian! Segala sesuatu yang belum diputuskan hari ini akan ditampung! Kapan-kapan di sambung. Matur nuwun. Wasssalamu’alaikum Wr. Wb.
103. Semua
Wa’alaikum salam Wr. Wb
104. Pak Pala
(KEPADA BU PALA) Monggo, Pak.
BU PALA PERGI. PAK PALA HENDAK MENGIKUTI TAPI SEBENTAR TERTAHAN MENOLEH KEPADA TEGAS DAN TEGES.
105. Pak Pala
Tegas! Teges! Ssst,… (KODE UNTUK MENGIKUTI GERAK-GERIKNYA)
106. Teges
Siap,…!
107. Tegas
Siap bangettt!
TEGAS DAN TEGES MENGIKUTI. SEOLAH KELUAR DARI RUANGAN. BU PALA MENGHILANG. PAK PALA, TEGAS DAN TEGES TINGGAL.
108. Teges
Bu Pala kenapa, tho Pak?
109. Pak Pala
Aishh! Nggak usah digagas. Begitulah kalau kekencengen le mikir.
110. Tegas
Kok medeni bangett gitu, Pak?
111. Pak Pala
Sudah beberapa hari ini, kalau tegang yo begitu. Saking gilo-ne sama pejabat-pejabat yang seenak udele bertamu ke desa kita ini. Dia tahu, bagaimana niba tangiku nyiapkan anggaran kunjungan itu. Untuk persiapan, jamuan, “njamoni”, nranspoti, nyangoni! Dia itu jengkel, tekanan batin! Masih harus sibuk mbantu nglayani, nyiapkan uba rampe-ne. Sampai ikut nanggung malu ke warga. Nggak bisa menolak, sampai ngrambyang pikire!
112. Teges
Sudah diobati, Pak?
113. Pak Pala
Diobati piye?! Wong badannya seger kuwasaran ngono, kok.
114. Teges
Ya,… coba dibawa ke puskesmas atau dokter di kota no, Pak!
115. Pak Pala
(JENGKEL KE TEGES) Terus, ngomong piye? Pak Puskesmas, Pak Dokter, ini istri saya sakit gini! (MEMBUAT TANDA DENGAN JARI MIRING DI DAHI)
TEGES MUNDUR. SALAH TINGKAH.
116. Tegas
(MAJU. MENYAHUT TANPA BEBAN) Dibawa ke Mbah Kempros aja Pak! Thog cerrr!!
117. Pak Pala
(MAKIN JENGKEL) Terus??
118. Tegas
(SERIUS) Yo terus ngomong,.. (MENIRUKAN PAK PALA) Mbah Kempros, ini istri saya, sakit gini,…!
SEPI SEJENAK. PAK PALA MENAHAN MARAH BERDIRI DI TENGAH. TEGAS TIDAK PAHAM. TEGES TAKUT KE PAK PALA, JENGKEL PADA TEGAS.
119. Teges
Gas! Tegas! Sstt,… (BERKALI-KALI MEMBERI KODE KEMARAHAN PAK PALA)
120. Tegas
(KE TEGES, SETENGAH BISIK) Opo? Lampu? Lampu opo? Nggak ada lampunya, kok. Setrumnya? O,… mata? Matane Pak Pala? Klilipen? Disebul?? Yo nggak berani, no! Wong lagi marah gitu, kok…
PAK PALA MENOLEH KE TEGES. TEGES SALAH TINGKAH. TEGAS JUGA.
121. Pak Pala
Kampret! (MENJAUH) Teges, Tegas!
122. Teges
Injih, Pak! (MENDEKAT)
123. Tegas
Injih bangett, Pak! (MENYUSUL)
124. Pak Pala
Bojoku itu saking jerone le mikir. Dalam!
125. Tegas
Yo dibedah, Pak! Dioperasi dalamnya,…
126. Pak Pala
Tidak segampang itu. Butuh ketlatenan, perawatan yang lama dan mahal. Kalau kubawa ke mana-mana nanti orang tahu. Apa kata warga? Makanya, lebih baik tak awat-awati dewe, kujaga sendiri. Yang penting nggak diajak ngomong soal pejabat dan kunjungan. Selama nggak ngomongne soal itu, beres!!
127. Teges
Waduh, repot Pak!
128.Tegas
Repot bangett! Apalagi Bapak, Pak Pala! Mbok dibawa ke rumah sakit di kota, Pak. Atau ke tempat saudara Bapak lainnya gitu,…
129. Pak Pala
Lalu, apa yang harus kubilang ke warga, ke orang-orang?
130. Tegas
Ya, Bu Pala sementara ngungsi!
131. Teges
Ngungsi dari opo? Banjir berkali-kali aja nggak butuh ngungsi, kok. Ini nggak ada banjir nggak ada bencana, kok tiba-tiba ngungsi. Uthegmu ki, lho Gas, nengndi??
132. Tegas
Yo, ke tempat saudara no! terus bilang plesir, gitu.
133. Teges
Berkunjung ke saudara kok lama. Plesir kok bulanan! Lha terus Pak Pala, sopo sing nglayani? Omah, sopo yang ngurusi??
134. Tegas
Dikontrakne, no!
135. Teges
Pak Pala tinggal di mana?
136. Tegas
Kantor, no! Opo anu,… nunut aku??
137. Pak Pala
Kalau aku nunut kamu, kamu tidur di mana Gas, hemm?
138. Tegas
Gampang Pak itu. Gampang bangett! Saya bisa tidur di njogan, di luar atau di kamar Joko.
139. Pak Pala
Joko? Anakmu??
140. Tegas
Kebo, Pak! Kebo Saya! Kyai Joko Digdaya.
PAK PALA TERSENYUM GELI. TEGES NGAKAK DAN MENIMPALI.
141. Teges
(KEPADA PAK PALA) Digdaya, karena nggak ada kebo wedok yang mau dia kawini. (MELENGUH) Emaouu,… Baru didekati pada lari... Habis, ngasak kayak yang punya!
142. Tegas
Huss!!
143. Pak Pala
(KE TEGAS) Kok nganjurkan supaya mbawa Bu Pala ke tempat saudara? Kowe ngerti, sedulurku pira? (TEGAS MENGGELENG) Aku ini anak tunggal; ontang-anting! Kawin dengan bojoku, ontang-anting juga! Kok, saudara, saudara!
144. Tegas
Tak kira masih punya saudara kok Pak. Ra ketang jauh. Eh, anu saja, Pak,… Bapak mundur dari Pak Pala!
145. Teges
Hus! Ngawur! Nyalonnya saja susah, ngrogoh duit banyak kok!
146. Tegas
Kalau ndak jadi Pala kan nggak ngurus soal banjir, soal pejabat dan kunjungan yang bikin Bu Pala kenceng? Ya tho?!
147. Teges
Tapi tetap saja akan nggagas soal itu. Seluruh warga desa kita, seumur-umur sudah pasti mikir soal itu! Soal banjir, soal bantuan! Tidak hanya Pak Pala atau aparat saja! Semua!!
148. Tegas
Yo pindah no! Mundur dari Pala, terus pindah jauh, kemana! Yang penting nggak di sini!
149. Teges
Itu lebih ngawur.
150. Tegas
Ngawur bangett??
151. Teges
Lha iyess, no!! Lha wong Pak Pala itu cikal bakale di sini. Turun temurun sejak gantung siwur, udheg-udheg, wareng, canggah, buyut, putu, lahir dan sumare neng kene. Sawah ladang, panguripane di sini! Tanah tumpah darahe, sak dhumuk bathuk sak nyari bumi dibelani kok! Pindah piye?
152. Pak Pala
Wis wis Ges,… ndak malah ndadra ke mana-mana. Sekarang yang penting, aku pesen wanti-wanti, cuma kita bertiga yang tahu masalah ini. Ngerti?
153. Tegas
Bangett, Pak!
TEGES MENGANGGUK
154. Pak Pala
Tenan, lho?!
155. Tegas
Tenin bangett, Pak!
156. Teges
Injih! Estu, Pak. Estu! Swerrr!!! (BIKIN TANDA SUMPAH DENGAN JARI)
157. Pak Pala
Kuminta kalian menyimpan wadi ini dengan rapet! Jangan sampai orang lain atau warga desa tahu. Kalau ada yang tahu apalagi sampai ke Bapak-bapak Pejabat, bisa gawat kita semua! Gonjang-ganjing kabeh! Kepentingan dan ketenangan desa terganggu. Paham?!
158. Teges
Injih, Pak!
159. Tegas
Injih bangettt!
160. Pak Pala
Sekarang, kalian ngomong. Ada apa, sampai geger lemper playon ke sini?
TEGES TIBA-TIBA PANIK. SEPERTI BARU SAJA DIINGATKAN PADA SATU MASALAH YANG GAWAT.
161. Teges
Waduh, hiya Pak! Gawat Pak, gawat! Warga Tan Mblumbang dan Lon Mblumbang pada siap-siap Pak!
162. Pak Pala
Siap apa?
163. Tegas
(TANPA BEBAN) Siap tempur, Pak! Asyik! Mereka dah siaga dengan pacul, arit dan linggis! Apik, Pak! Kayak mau karnapal pitulasan!
164. Teges
Hus! Cangkemmu!
165. Tegas
Lha rak iyo, tho?!
166. Teges
Iiyo,.. tapi bukan untuk karnapal!
167. Pak Pala
Lha untuk apa?
168. Teges
Tempur, Pak!
169. Tegas
Lha iyo tempur tho?!
170. Pak Pala
(KEPADA TEGAS) Tempur melawan siapa?
171. Tegas
(CLINGUKAN, KEPADA TEGES) Sopo Ges?
172. Teges
Tempur antar mereka Pak!
173. Teges
Lhaaa… bener itu, Pak! Tempur antara Tan Mblumbang dan Lon Mblumbang!
174. Pak Pala
(KEPADA TEGAS) Gara-garanya?
175. Tegas
(KEMINTER) Yo anu, Pak,… Gara-garanya,… (CLINGUKAN, KEPADA TEGES) Opo, Ges,…?
PAK PALA MENJENDUL KEPALA TEGAS. LANTAS BERBALIK KE TEGES.
176. Teges
Mereka beda pendapat soal kunjungan Bapak-bapak Pejabat yang akan datang ini, Pak!
177. Tegas
Oh, iya! Mereka juga beda pendapat soal bagaimana ngatasi banjir….
178. Teges
Betul, Pak! Dari beda pendapat soal banjir, cara nanganinya, sampai beda pendapat soal apa yang akan disampaikan kepada Bapak Pejabat. Nggak ketemu! Lalu, mereka beda pendapat soal apakah kunjungan Bapak Pejabat itu diterima atau nggak. Nggak ketemu juga!! Terus…
179. Tegas
Cancut! Budhalan, goro-goro…!! (SEOLAH KOMANDAN PASUKAN, MEMBERI ABA-ABA) Para tamtomo! Lumaksono, magito-gitoooo,….!!!
180. Semua
Tandyo….!!!
ADEGAN III
MUSIK RANCAK. ADEGAN BERUBAH BUDHALAN. DUA KELOMPOK WARGA SEDANG BERHADAP-HADAPAN. ADA KOMPOSISI FORMASI PASUKAN. ADA TARIAN MASSAL. ADA KOMANDAN PASUKAN YANG SALING SALING SESUMBAR DENGAN TETEMBANGAN. ADA PARA ANGGOTA PASUKAN YANG SESEKALI BERSERU DAN BERSORAK. MERIAH!
181. Komandan Tan Mblumbang
Hidup Tan Mblumbang!
182. Koor Tan Mblumbang
(BERSAHUTAN) Hidup! Hidup!! Hidup!!!
KOMPOSISI FORMASI PASUKAN TAN BLUMBANG
183. Komandan Lon Mblumbang
Merdeka Lon Mblumbang!
184. Koor Lon Mblumbang
(BERSAHUTAN) Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!
KOMPOSISI FORMASI PASUKAN LON BLUMBANG
MUSIK MENAIKKAN TEMPO. MASUK KE INTRO TEMBANG/SESUMBAR
185. Komandan Tan Mblumbang
Nggak paham keadaan, nggak nrimo berkah tuhan.
Sejarah membuktikan, banjir tak terelakkan.
186. Koor Tan Mblumbang
Kan…, kan kan kan kan, kan!
187. Komandan Lon Mblumbang
Ra mangan pendidikan, nggak ngaca pengalaman.
Didalam kehidupan, slalu berkemungkinan
188. Koor Lon Mblumbang
Nan…, nan nan nan nan, nan!
189. Komandan Tan Mblumbang
Bapak simbokmu lahir di sini, darah buyutmu wutah di sini.
Mereka pasrah selama ini, tak mengeluh tak nganeh-nganehi.
190. Koor Tan Mblumbang
I…, i i i i, i!
191. Komandan Lon Mblumbang
Mereka yang lahir bisa mati, kami yang bayi berubah tinggi.
Beda pikiran tak menyalahi, asalkan punya argumentasi.
192. Koor Lon Mblumbang
I…, i i i i, i!
MUSIK
193. Koor Tan Mblumbang
Ais kesuwen, ndang pras pres ae!
Banjir yo ben wae, kali mbludhag jarne!
Pengin aman keruk wae, pengin resik diborongne!
194. Komandan Tan Mblumbang
E…, e e e e, e!
195. Koor Lon Mblumbang
Ais mengkosik, ja grusa-grusu!
Cari sebab dulu, aja waton mlayu!
Ngeruk gedhe ongkosmu, ugo mbulet prosesmu!
196. Komandan Lon Mblumbang
U…, u u u u!
MUSIK
197. Koor Tan Mblumbang
Kan ada pemerintah? Buat apa mereka dipilih? Buat apa mereka digaji?
198. Koor Lon Mblumbang
Pemerintah itu rumit! Yang mikir sendiri! Yang ngomong sendiri! Yang kerja sendiri!
199. Koor Tan Mblumbang
Pokoke keruk saja!
Banjir pasti sirna. Ikan tambah jumlahnya. Prahu bisa berguna.
Ke pasar naik prahu, ke kota naik prahu, sekolah naik prahu, yang-yangan naik prahu, sunatan naik prahu, semua naik prahu.
Pokoke keruk saja!
200. Koor Lon Mblumbang
Tapi, bisakah memelihara?
Gawe rumpon sembarangan, mempercepat pendangkalan.
Njarah tanah bantaran, menyebabkan penyempitan.
Buang sampah sak udhele, penyebab cetek kaline.
201. Koor Tan Mblumbang
Pokoke keruk wae!
202. Koor Lon Mblumbang
Apa siap resikone?
Tanahmu di bantaran, bisa kena pengerukan.
Tanahmu di bantaran , dibruki lemah kerukan
Apa siap resikone?
203. Koor Tan Mblumbang
Wah, mengko disik!
204. Koor Lon Mblumbang
Lebih baik tataki sendiri, mandiri.
205. Komandan Tan Mblumbang
Wa, angel itu!
206. Komandan Lon Mblumbang
Gampang, asal mau!
207. Koor Lon Mblumbang
Lebih baik tataki sendiri, mandiri.
Sambil dipetani, dititeni.
Mana tanah rendah, mana dataran tinggi.
Ndi wong lanang, ndi wong wedhok
Tua, enom, baliq, bayi.
Waras, lara, cacat, sehat.
Prahu, lesung, dhebog, tali.
208. Koor Tan Mblumbang
Arep gugur gunung, kerja bhakti?
Gawe mushola opo mbangun wc umum?
209. Koor Lon Mblumbang
Menganalisa, meneliti.
Kalau banjir, semua terkendali.
Mana yang kelep, mana yang keli.
Mana yang aman, mana yang ngungsi
Mana yang sampah, mana yang fungsi.
210. Koor Tan Mblumbang
Wis, malah repot!
Ora gatuk, ra sarujuk!
211. Koor Lon Mblumbang
Jane gampang, sederhana.
Ojo ngawur marga emosi!
212. Koor Tan Mblumbang
Dari tadi ngomong wae, kapan padune!
Bacut kobong atine, di ece, dibodokne!
213. Koor Lon Mblumbang
Kami nggak ngajak kelahi, kita runding piye apike.
Tapi kalau dimulai, kami pantang mbalekne!
KOMPOSISI GERAK. PERKELAHIAN ANTARA DUA KOMANDAN. DUA KELOMPOK WARGA JADI LATAR BELAKANG YANG MENYATU.
KOMPOSISI GERAK. PERKELAHIAN ANTARA DUA KELOMPOK WARGA. DUA KOMANDAN JADI LATAR BELAKANG YANG MENYATU.
ADEGAN IV
BANJIR BANDANG. SUARA AIR DERAS MENGALIR. KENTONGAN. ORANG BERTERIAK. ADA YANG MENGABARKAN, ADA YANG MINTA TOLONG
DI SEBUAH WUWUNGAN RUMAH.
214. Mbah Kempros
(MENGGERUTU) Bola-bali dha ngeyel! Dielingne nggak mau. Nggak paham ajarane leluhur. Ra percaya karo wong tuwa.
215. Alex
Halah! Sudah kebacut kayak gini, baru muna-muni Sampeyan itu Mbah,… Mbah!
216. Mbah Kempros
Baru munai-muni piye? Sudah sejak dulu juweh! Nganti lambeku nggambleh! Kiro-kiro kalau bukan Gusti Alah sing gawe, cangkemku ki mungkin wis suwek dulu-dulu, kok!
217. Alex
Juweh piye…? Wong tiap kumpulan Sampeyan ngomonge nggak jelas! Nggak berdasar!
218. Mbah Kempros
Lha dha nggak mendengarkan! Mulo yo le, Alex, kalau ada yang usul itu yo dihargai. Didengarkan! Ora! Malah dha digeguyu! Dianggep srimulatan! Thoprak humor gratis! Rasah nanggap, rasah mbayar teka dewe! Malah ada yang ngomong, lucune ngungkuli DPR! (MENIRUKAN ORANG LAIN) Mbah-mbah, Sampeyan ojo nyaleg! Mengko yen dadi, malah kalah kabeh DPR kae. (MEMERANKAN DIRINYA) Kalah opo le? (MENIRUKAN ORANG LAIN) Kalah lucu!! (MEMERANKAN DIRI LAGI) Wong ngomong wigati, kok malah dha diplesetne!
219. Alex
Wigati piye? Wong di rapat kok sukanya ngomong ngimpi, wangsit, ramalan! Irasional!
220. Mbah Kempros
Iis! Trasional! Trasi opo kuwi? Bahane sangka opo, Lex?
221. Alex
Iwak kutuk, diblebet dami, terus dipendem lumpur sesasi. Dijemur rong minggu, lebokne anco, terus dibregne Sampeyan!
222. Mbah Kempros
Kirik boleng! Takoni tenan kok!
223. Alex
Sampeyan ki lho! Gobog-ke ki diresiki! Didengarkan kalau ada orang ngomong! Senenge protes minta didengarkan, giliran aku ngomong nggak diperhatikan!
224. Mbah Kempros
Genah tak dengarkan nok! Trasional tho?! Trasi tho?!
225. Alex
Trasi nggo nyumpeli kuping Sampeyan itu!
226. Mbah Kempros
Sapi semper!!
227. Alex
Irasional! I-ra-si-o-nal!!
228. Mbah Kempros
Lha iyo, opo kuwi?
229. Alex
Nggak logis, nggak masuk akal! O-r-a mu-lih na-lar!
230. Mbah Kempros
Lha, kalau ngomong cetho gitu yo mudheng aku. Iso dirungokne!
231. Alex
Dasar, jadul!
232. Mbah Kempros
Sopo sing nggandul? Genah kebanjiran nongkrong neng wuwungan gini kok, nggandul!
233. Alex
Jadul! Jaman dulu! Sampeyan itu!!
234. Mbah Kempros
Alah! Ra ono yang jaman dulu kayak aku ini, opo yo bakal ono sing jasek tho le,…le!
235. Alex
Apa Mbah??
236. Mbah Kempros
Jasek! Jaman sekarang! Ngono kok, senenge nyepelekne!
237. Alex
Nggak nyepelekne, Mbah!
238. Mbah Kempros
Lha itu, ngomong yen omonganku ra penting, ra mulih nalar!
239. Alex
Lha Sampeyan memang nggak mulih nalar kok! Di rapat kok ngomongne yang sifatnya pribadi. Pengalaman pribadi, yang nggak bisa dipahami orang lain.
240. Mbah Kempros
Pribadi piye, tho?? Itu ngelmu leluhur le! Pranata mangsa itu ngelmu wajibe manungsa Jawa, termasuk aku lan kowe kuwi! Juga wong sak desane dewe! Malah dha nggeguyu!
241. Alex
Ngguyu no! Wong masalah banjir kok, dihubungkan dengan yang nggak nalar! Ini sudah jaman maju Mbah! Jaman Golabilasi! Soal banjir, musim, cuaca dah ada alat canggihnya!
242. Mbah Kempros
(MENYEPELEKAN) Alat canggih opo…! Sopo yang punya?
243. Alex
Pemerintah no! Yang ngatur pemerintah, yang ngumumkan hasilnya juga pemerintah! Mulo, sok nonton tipi maca koran! Dah pernah dengar metrologi dan geopisika, rung?
244. Mbah Kempros
Opo maneh kuwi? Lha kok aku nggak tahu?
245. Alex
Alat ngramal cuaca!
246. Mbah Kempros
(MENYEPELEKAN) Opo yo sempat, ngramal soal desa kita? Soal banjir di desa kita?
247. Alex
(GLAGEPAN) Lha, soal itu, anu,.. ehm,..
248. Mbah Kempros
(MENYAHUT) Kalau desa kita yo diramal, kok ra teratasi sejak dulu? Kok kaya dibiarkan saja, hayo?? Apa ya disebutke, desa kita bakal kebanjiran sak omah duwure! Baru garing setelah limang sasi! Opo diomongke gitu, le? Kalau ono alat itu, kok nggak dicegah datangnya banjir ini? Kok warga kita nggak dikasih tahu, supaya bisa siap-siap??
249. Alex
(SEKENANYA) Em,.. anu…e...Lha banyak yang ngeyel kayak Mbah Kempros itu, kok!
250. Mbah Kempros
Ora ngeyel! Ini namanya berpendapat! Panemu terus, nguda rasa! Lha kalau nggak ada yang ngingatkan soal itu?! Pemerintah nggak ngomong, alat itu juga nggak crito piye bakale desane dewe, opo salah aku ngomong soal kuwi?? Ngelingne? Malah da ngguyu!
251. Alex
Yo ngguyu no! Mongsok, neng Jawa kok ada tahun kebo, tahun klabang, tahun yuyu! Kayak singkek-singkek, bikin ngekek! Kalau singkek ada tahun monyet, tahun tikus, tahun kelinci, njuk disate,…. uenak, lumrah!
252. Mbah Kempros
Buktine, saiki?! Bener tho, omongku dulu?! Ini tahunnya tahun kebo! Bakal ada banjir gedhe yang lama surutnya! Beda dengan tahun yuyu yang meskipun banjir, tapi nggak kebangeten. Beda juga dengan tahun klabang, yang sulit air meski musim penghujan.
253. Alex
Halah! Begitu sudah banjir gini, baru bicara jelas!
254. Mbah Kempros
Lho, nggak jelas piye tho Lex? Sing ra jelas ki pemerintahmu sing neng koran lan tipi kuwi! Rak trewaca tho, ngomongku?! (SEOLAH DI RAPAT, DI DEPAN ORANG BANYAK) Kalau sedulur-sedulur sudah nggak paham, nggak percaya pranata mangsa, silahkan belajar ilmu yang ndek-ndekan dulu! Ngelmu titen! (KE KARAKTERNYA) Itu ngelmune wong Jawa ugo! E,.. lha kok malah dha semakin kekel ngakaknya!!
255. Alex
Gimana nggak ngakak, tho Mbah! Wong sudah jaman canggih kayak gini! Koran, listrik, tipi dah lama masuk desa! Coblosan dah ganti contrengan! Pinternet juga sudah ada, kok ngomong ngelmu titen!
256. Mbah kempros
Pinternet?
257. Alex
Haiyya! Itu konpinter sing pinter banget! Paling pinter! Apa-apa tahu! Semua masalah dan impornasi ada di sana! Makanya namanya Pinternet! Lha kok Sampeyan ngajak mundur; sinau ngelmu titen saka kewan! Klabang, keong, rayap,…
258. Mbah Kempros
Buktine?? Sudah lama tak omongi, tahunnya tahun kebo. Gek kewan-kewan pada keluar sebelum waktunya! Keong saba pirang-pirang. Rayap mubal pindahan, klabang dha budhalan! E,.. lha kok malah dha jejogedan, dlajigan!! (MENIRUKAN ORANG LAIN) Kebeneran Mbah! Iso makan sate keong gedhen! (MENIRU LAINNYA) Nggak usah beli obat rayap, malah sudah pada keluar. Tinggal disiram minyak, apa oli! Bablas rayape!! (MENIRU LAINNYA LAGI) Arwanaku sing seneng Mbah! Tiap hari makan klabang bergizi! Aku juga seneng. Ngirit ongkos pakan! Nggak usah beli, klabang pada datang!
259. Alex
Nyatane yo gitu, kok! Mbah Kempros nggak usah nesu!
260. Mbah Kempros
Wedus!! Nyatane gitu piye?? Nyatane banjire gedhe, suwe surute, awake dewe terlunta-lunta neng kene! Nggak ada yang nulung, mangan sak pawehe sing digondhol banyu!
261. Alex
(MENGGODA) Mangkanya, kalau ngimpi itu jangan yang aneh-aneh! Sudah kata Sampeyan tahun kebo, kewan-kewan dha mubal, nandani banjir bakale gedhe, malah Sampeyan gawe ngimpi sak geleme! Hehehe,….!
262. Mbah Kempros
(SEMANGAT) Lha kuwi, le! Kalau ingat ngimpiku kuwi, wah jan!! Tenan, le! Mestine aku bisa jadi dukun terkenal! Opo jare wong kota kae? Ehm,… Pa, pa,.. kepa,.. (MIKIR)
263. Alex
Kpalanol, maa…rr!
264. Mbah Kempros
Iyo Kpalanol-mar! Wingi-wingi mesti wis payu disewa caleg-caleg kae! Dipakai tim suksese presiden, malah beres! Wong-wong sak desa da klimpungan! (MEMERANKAN ORANG LAIN) Ternyata Mbah Kempros sekti beneran!?
265. Alex
Lha kok nggak gitu aja, Sampeyan?!
266. Mbah Kempros
Rumangsaku ki, (KAYAK PEJABAT) lebih baik kuabdikan untuk tanah tumpah darahku. Untuk kepentingan wong sak desa lebih dulu. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi!
267. Alex
Elok, Sampeyan Mbah! Eh, lha kemarin-kemarin itu, Sampeyan ngimpi apa tho Mbah?
268. Mbah Kempros
Lho, setiap rapat dan kumpulan pasti kuceritakan dengan gamblang! Apa kamu ra ngerti?
269. Alex
Pas ngomong soal itu, biasanya Sampeyan sudah habis lucune! Saya dan lainnya juga sudah kesel kekel, hehe,.. Jadi, terus dha crita dewe-dewe. Nggak ngrungokne Mbah Kempros! Apalagi setiap cerita tentang ngimpi, Sampeyan terus serius. Meden-medeni, ngomong klenik, angker, kesengker,…
SEPI. ALEX MENUNGGU. MBAH KEMPROS SERIUS. TEGANG. LANTAS ADA PERUBAHAN PADA WAJAHNYA. TIBA-TIBA, MULAI DARI JARI-JARI, TANGAN, LENGAN, KAKI, LEHER HINGGA SELURUH TUBUHNYA GEMETAR. MATANYA MENDELIK. MULUTNYA MENGELUARKAN SUARA ANEH.
270. Mbah Kempros
Herrr. Herrr,… kapatesacariyos taricos,.. cos,.. nerocosss,….!!!
271. Alex
Lho lho lho,…Mbah, eling Mbah, eling!! Kita ini ada di atas wuwungan rumah, Mbah! Sana, sini, situ, semua air! Kita dikepung banjir! Mbah Kempros kecemplung, kojur!
272. Mbah Kempros
Blaketungsiur, surr surososorrr,..sorkali li,..li. Kalisor, sorkalisorrr,… sorrr sorrr sorrr!!
273. Alex
Iya Mbah, iya. Tapi tenang dulu. Kalau nyemplung, Sampeyan kalap lho! Jangan kumat dulu ayane! Aku nggak bisa renang! Nggak ada yang nulung, nanti. Jangan ayan sik!
274. Mbah Kempros
(TERSINGGUNG) Sapi Semper, kirik boleng, wedus adus!! Ini bukan ayan! Jo pati-pati metu, yen durung perlu! Tunggal guru ojo ngganggu, ngelmu dhuwur jo disembur maburr maburrr,… buuurrrr,….. Burrrhan mlaku-mlaku tuku tahu! Tahu,.. tahu,.. tahu,...
275. Alex
Oh, tahu Mbah?! Masih. Kelen dari warungnya Mbok Siyem kemarin. Ni,.. tahu susur!
ALEX MENYODORKAN TAHU SUSUR, USAI MEMBONGKAR PLASTIK- PLASTIK PERBEKALAN. MBAH KEMPROS MAKAN DENGAN LAHAP. BEBERAPA NYANGKUT DI TENGGOROKAN. IA BERKATA-KATA ANEH LAGI.
276. Mbah Kempros
Smeter kalung kangkung,… ki banyumili lagi gila gilo-gilo, jenang kudus, pati rembang nemewu. Wutah banyu,..nyuba,.badhala! Ba!! Ba,.. banyuuu,..nyu,…banyu,.. nyu,..
277. Alex
Oh, minum Mbah? Ngombe, ngombe?? Ni,.. Mbah (MENCOBA MENGAMBIL AIR DENGAN PLASTIK. BOCOR!) Waduh! Ini,.. ini Mbah,… (DENGAN TELAPAK TANGAN. BOCOR!) Waduh! Angel Mbah!! Impossible!!
278. Mbah Kempros
Impossibel! Bellar beller, belllerrren,…renarene,.. nenere wis pada mlayu keterak banyu,.. banyu,.. banyuu, banyuuu suuu!!!
279. Alex
Iya Mbah, iya! Air banyak, tapi nggak ada ciduknya. (MENARIK MBAH KEMPROS MENDEKAT AIR. MENYUAPINYA DENGAN TANGAN) Nih, Mbah! Nuwun sewu,..
LAHAP MBAH KEMPROS MINUM. LALU BERMONOLOG, MEMAINKAN KARAKTERNYA SENDIRI DAN KARAKTER NYI AGENG SILI YANG MENEMUI DI MIMPINYA. SETELAH BINGUNG DAN TAKUT AWALNYA, AKHIRNYA ALEX IKUT MENIMPALI SESEKALI.
280. Nyi Ageng Sili
Kempros,…
281. Mbah Kempros
Dhawuh Nyi,..
282. Alex
(BERBISIK) Siapa Mbah?
283. Mbah Kempros
(AGAK KERAS) Nyi Ageng Sili! Leluhur sing nemoni aku di mimpiku.
284. Nyi Ageng Sili
Sopo kuwi?
285. Mbah Kempros
Eh, e,.. anu Nyi Ageng, kepareng kenalaken,. Ini,… Alex. (MENARIK ALEX)
286. Nyi Ageng Sili
Siapa?
287. Mbah Kempros
Alex.
288. Alex
(KE NYI AGENG) Suparmin. Alex Suparmin! (KE MBAH KEMPROS) Kok, ke sini?
289. Mbah Kempros
Embuh Le! Padahal aku ora ngimpi, lho!
290. Alex
Tidur saja belum!
291. Nyi Ageng Sili
Kenapa dia di sini? Masuk dunia ngimpimu?
ALEX MENCUBIT-CUBIT DAN MENAMPAR PIPINYA SENDIRI. BINGUNG.
292. Mbah Kempros
(BINGUNG) Eh,.. ehm,.. anu Nyi Ageng,…
293. Alex
Ngungsi, Mbah!
294. Mbah Kempros
(KEPADA ALEX, MERALAT) Huss,… Nyi Ageng!
295. Alex
Eh,… Ii,.. Iya Nyi Ageng,.. mengungsi. Kami sama-sama ngungsi!
296. Mbah Kempros
Terdampar Nyi Ageng, maksudnya.
297. Alex
Iya, di wuwungan rumah Kang Sabeni.
298. Nyi Ageng Sili
(KAGET) Lho?! Terdampar gimana, tho?!
299. Mbah Kempros
(KEPADA ALEX) Waduh, gawat iki! (KEPADA NYI AGENG) Banjir, Nyi Ageng. Kami sedesa disapu banjir bandang. Nggak ada yang siap. Saya naik wuwungan ini, Alex datang. Keli, naik jendelanya Ngatmin hingga remuk, mampir di sini. Sudah dua hari.
300. Nyi Ageng Sili
(MARAH) Bukankah sudah kuperingatkan kamu? Berkali-kali aku datang di mimpimu! Kubuat pralambang-pralambang! Belum jelas pesanku? Atau kamu mau membantahku?!
301. Mbah Kempros
Ampun Nyi, nuwun sewu. Semua pralambang Panjenengan saya paham. Saya terawang dengan benar. Mulai dari Panjenengan datang di mimpi pertama; nyangking klething nimba air di jalan lingkar utara. Sampai saat Panjenengan naik kapal pesiar di mimpi terakhir; runtang-runtung dengan capres cawapres. Semua saya tafsir dengan premana.
302. Nyi Ageng
Paham artinya?
303. Mbah Kempros
Dhawuh, Nyi Ageng,..
304. Alex
Opo Mbah?
305. Mbah Kempros
Sst,.. opo apanya?
306. Alex
Artinya?
307. Nyi Ageng
(MENYAHUT) Bakal ada banjir bandang! Kiriman! Meski desa lagi kering kerontang.
308. Alex
(KE NYI AGENG) Oh, nuwun Nyi Ageng. (KE MBAH KEMPROS) Satunya Mbah?
309. Mbah Kempros
Mulo baca primbon! Nggak ada yang nolong kita! Yang lain malah minggat, termasuk para pejabat!!
310. Alex
(SERIUS) Maksudnya? Kita berdua? Atau seluruh korban banjir di desa kita?
311. Mbah Kempros
(RINGAN) Bisa dua-duanya!
312. Alex
(PANIK) Waduh, mati aku! Piye ki Mbah?! Mbah Kempros,…
313. Nyi Ageng
Ngopo bingung?!
314. Alex
Anu Mbah, eh,.. Nyi, tolonglah saya,… Saya belum kawin, pekerjaan lagi bagus di kota,... Motor baru masih di kontrakkan,.. saya masih pengin hidup,..
315. Nyi Ageng
Kamu nggak percaya aku yo Pros?!
316. Mbah Kempros
(TAKUT. GEMETAR) Percaya kok Nyi,… Pitados,…
317. Nyi Ageng
Buktinya, kok nggak kamu kabarkan mimpi-mimpimu itu ke warga lainnya?
318. Mbah Kempros
Sudah kok, Nyi. Sampun,…
318. Nyi Ageng
Kok malah nggak ada yang siap? Malah yang jadi korban tambah banyak?
319. Mbah Kempros
Mereka pada nggak percaya mimpi saya kok, Nyi Ageng.
320. Nyi Ageng
Mereka atau kamu?
321. Mbah Kempros
Mereka Nyi! Mereka! (NGGAK SENGAJA, MENUNJUK KE ARAH ALEX)
322. Nyi Ageng
Iyo, tho le?
323. Alex
(TAKUT DAN BINGUNG) Iya,.. Eh! Ada apa ini Nyi? Apa?
324. Nyi Ageng
Nggak percaya sama aku?
325. Alex
Percaya kok Nyi! Percaya! (BINGUNG. MENAMPAR-NAMPAR WAJAH SENDIRI)
326. Mbah Kempros
Baru saja tadi kamu ngekek, ndengar soal ngimpiku! Sekarang,…
327. Alex
Nggak dhing Nyi?! Tadi guyon, Mbah! Supaya nggak sepi, terhibur dan tetap semangat!
328. Nyi Ageng
Bener?
329. Alex
Bener Nyi! Buktinya, sampai sekarang hanya saya yang nemeni Mbah Kempros di sini!
330. Mbah Kempros
Iyo! Lha wong kamu nggak bisa nglangi! Nggak ada yang nulung untuk pindah atau ngungsi kok! (KEPADA NYI AGENG SILI) Benar Nyi! Saya percaya! Saya juga sudah ngestokaken dhawuh Panjenengan, mengabarkan ke semua warga. Tapi mereka malah menertawakan saya,…
331. Alex
(MENYAHUT) Kecuali Alex Suparmin! Setia hingga akhir!
332. Mbah Kempros
Jadi, Sekarang kami harus bagaimana, Nyi? Alex nggak bisa berenang, ambeien saya kumat, makanan tinggal sisa, mambu sisan! Tolonglah kami Nyi,....
333. Alex
Iya, Nyi,.. helep me,.. please?!
334. Mbah Kempros
Heh! Ngomong opo kuwi?
335. Alex
Bahasa gaul, Mbah!
336. Mbah Kempros
O,.. yo. Apik,.. apik!
337. Alex
Apa dia mudheng, yo Mbah?!
338. Mbah Kempros
Sapi Semper!! Ojo ngentengne! Kesambet kowe! Banjir we ngerti! Ngramal we iso, kok! Ojo maneh mung bahasa gaul! Dia itu ngerti sak durunge winarah! Atase mung arwah!
339. Alex
Malah Sampeyan yang ngentengne gitu, Mbah! Kesambet ngko, ndadi ambeienmu!
340. Mbah Kempros
(AGAK TAKUT KE NYI AGENG) Oh,.. eh,.. anu, Nyi Ageng,.. nuwun sewu, bukan maksud kami begitu Nyi Ageng Sili,..
SEPI. MEREKA CELINGUKAN. MENCARI, MENOLEH KESANA KEMARI.
341. Alex
Nyi,..
342. Mbah Kempros
Nyi Ageng Sili,…
SEPI. HANYA GEMERICIK AIR.
343. Alex
Kami minta maaf atas kelancangan omongan kami Nyi. I am sorry,…
344. Mbah Kempros
Nyadhong duko, nyuwun gunging pangaksama. Sekali lagi, saya mohon petunjuk Nyi,…
SEMAKIN SEPI
345. Alex
Nyi Ageng Sili, saya percaya. Mewakili seluruh penduduk desa, saya percaya,… (SEPI) Minta maaf, kami percaya.
346. Mbah Kempros
(SETENGAH PUTUS ASA. AGAK BERTERIAK) Kami harus bagaimana lagi Nyi? Harus bagaimana kalau sudah begini…?
347. Alex
(PUTUS ASA. LEBIH KERAS BERTERIAK) Tolonglah Nyi? Saya masih ingin hidup. Saya nggak mau mati di sini! Kalau Nyi Ageng nggak mau menolong sendiri, kirimkan bantuan Nyi! Kabarkan pada yang lain bahwa kami terjebak di sini!
348. Mbah Kempros
Nun Injih, Nyi. Sekali ini kula nyuwun tulung. Masuklah ke impian orang-orang yang selamat. Juga impian bapak-bapak pejabat! Kami butuh bantuan, butuh pertolongan…!
349. Alex
Kunjungilah mimpi orang-orang yang nggak percaya padamu. Buat mereka percaya. Agar tidak perlu mendapat pelajaran seperti kami.
350. Mbah Kempros
Kalau itu pun Nyi Ageng nggak mau,… Tolong sampaikan kepada mereka,… agar tak bernasib seperti kami.
351. Alex
Atau, masukilah impian orang-orang, agar membuang makanan, sedekah bumi, sedekah kali. Hingga makanan itu mampir ke sini.
352. Mbah Kempros
Nyuwun tulung Nyi,… Kami nggak tahu harus bagaimana lagi…?!
SEPI. MUSIK IBA. MEREKA BERDUA HISTERIS. SALING BERTANGISAN.
353. Mbah Kempros
Modar le,… awake dewe,… modarrr,…
354. Alex
Oalah, Mbah,.. Mbah… nasib kita kok begini? Apa yang lain-lain juga sama ya, Mbah?
355. Mbah Kempros
Eis, mbuh! Ra weruh. Ra arep nggas wong liya! Malah kelara-lara, ketula-tula!
356. Alex
Bener, Mbah. Yang penting sekarang, kita mikir nasibe dewe. Piye caranya kita bisa terus bertahan hidup. Sampai datang bantuan,…
357. Mbah Kempros
(MENYAHUT) Atau Yamadipati sing teka duluan, nguntal awake dewe! Huuu,…
358. Alex
(MERAUNG) Hua,..Siapa lagi itu Mbah? Yamadipati? Jangan nakut-nakuti, tho Mbah?!
359. Mbah Kempros
Betara sing arep njabut nyawamu… Betarane wong Jawa juga… huaaa,… Kamu kan masih wong Jawa tho, le…?
360. Alex
(BERONTAK) Bukan! Bukan! Aku bukan wong Jawa! Aku nggak kenal Nyi Ageng Sili, Yamadipati, ngelmu titen dan lain-lain nggone wong Jawa! Nggak kenal! Nggak tahu!!
MUSIK DINAMIK.
361. Mbah Kempros
Alex…
362. Alex
Bukan! Aku moh, yen jadi wong Jawa mung dikorbankan, dikalahkan! Jadi sasaran!
363. Mbah Kempros
Lex, sabar Le,… sabar.
364. Mbah Kempros
Emoh, gah! Sampeyan wae sing jadi wong Jawa, yang pasrah, yang nrima,… aku emoh!
365. Mbah Kempros
Alex,… Cah bagus, mau ke mana Le?
367. Alex
Aku mau melawan, Mbah! Aku harus berusaha! Nggak bisa begini terus!
368. Mbah Kempros
Nganggo cara, Le. Eling Le,…eling,.. Kamu nggak bisa renang.
369. Alex
Ben! Yang penting berusaha!
370. Mbah Kempros
Ojo ngawur, Le…
371. Alex
Ngawur yo, ben! Sing penting ora Jawa.
372. Mbah Kempros
Ngawur kuwi dudu watake wong Jawa lho,Le…
373. Alex
Kebeneran! Berarti memang aku harus ngawur, Mbah! Kalau aku ngawur, berarti aku bukan Jawa. Jadi, Nyi Ageng Sili nggak berhak menghukum aku di sini, dengan banjir ini! Yamadipati juga nggak punya hak njabut nyawaku!
374. Mbah Kempros
(MAKIN PANIK) Alex,… Aja yo, Le,.. eling, eling,… (MENDEKAP ALEX ERAT)
375. Alex
Jangan dipegangi, Mbah! Tak antemi dewe lho Mbah! Tak ajar dewe Sampeyan!
ALEX HISTERIS. MENCOBA MELEPAS DEKAPAN MBAH KEMPROS. MBAH KEMPROS KIAN ERAT. TERJADI PERGUMULAN SERU. AKHIRNYA, ALEX BERHASIL MELEPASKAN SETELAH MEMUKULI MBAH KEMPROS. LALU TERJUN KE AIR.
376. Mbah Kempros
(BERTERIAK KERAS) Alex…..!!
SEPI SEJENAK. MUSIK SANGAT SEDIH.
ADEGAN V
MUSIK MENGIRIS.
BEBERAPA PERAHU BERISI PARA PEJABAT TENGAH MENINJAU BANJIR. MEREKA MENUNJUK-NUNJUK KE BAGIAN-BAGIAN TERTENTU. ADA PULA YANG MENGAMBIL GAMBAR DENGAN KAMERA DIGITAL DAN HANDYCAM. BEBERAPA DIANTARANYA BERDISKUSI DENGAN SERIUS DAN SERU. SEMUA DILAKUKAN TANPA SUARA. CAHAYA REMANG-REMANG.
BEBERAPA POTONGAN GAMBAR VISUAL DISOROTKAN KE LAYAR YANG MEMENUHI PANGGUNG BAGIAN BELAKANG. GAMBAR SUASANA BANJIR BERSELANG-SELING DENGAN GAMBAR SUASANA DI PENGUNGSIAN, KALI SAAT KEMARAU DAN HUJAN, PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR, PUPUK YANG DIBAWA TRUK-TRUK, DEMO TOLAK SEMEN, PEGUNUNGAN BERIKUT MATA AIR DAN MAKAM KERAMAT, SUASANA WORKSHOP PENGURANGAN RESIKO BENCANA, PEMETAAN LOKASI, DISKUSI PESERTA WORKSHOP, KOMENTAR WARGA SOAL PENANGGULANGAN BANJIR DLL.
SELESAI.
Sosiawan Leak,
2 Juni 2009, Pelangi Mojosongo, Solo
OVERDOSIS
sinopsis
Pemerintah pusat berencana memberi sumbangan alat deteksi bencana kepada masyarakat Desa Demen Dugem; sebuah desa sangat terpencil yang menjadi pelanggan dari berbagai macam bencana. Walaupun baru taraf penjajagan, rencana itu ditanggapi serius oleh seluruh warga. Ada yang serius mendukung, ada yang serius menolak, ada pula yang serius tidak tahu bagaimana mesti bersikap dan bertindak. Kesungguhan juga nampak dari obrolan warga setiap hari yang dilakukan tanpa henti, tanpa kesakhihan teori dan tanpa akhir yang pasti. Yang pasti, semua konsentrasi & enerji kebacut ditumpahkan, menyamarkan kemerosotan kesejahteraan, menutupi potensi desintegrasi, juga mengaburkan kepentingan pribadi dan golongan. Meski tetap saja ancaman bencana terus datang, diproduksi oleh alam, tuhan juga manusia!
I. DI DUKUH LOR KALI
DUA WARGA LOR KALI TENGAH MEMANCING. SAMBIL SESEKALI MEMBENAHI PERALATAN MANCINGNYA, MEREKA NGOBROL SANTAI.
1. Kang Cahar
Tahu nggak kamu Jo?! Jadi, nurut keterangan Pak Pala, bantuan dari pemerintah pusat itu nantinya tidak hanya berujud alat deteksi bini, thok!
2. Arjo Nyus
Dini!
3. Kang Cahar
Iya, bini! Lha, masih ada bantuan dana untuk biaya pemasangan dan mbangun gerdu tempat mengoprol alat-alat itu.
4. Arjo Nyus
Mengontrol!
5. Kang Cahar
Iya, mengoprol! Lha, masih ada lagi bantuan lain berupa kiriman wong-wong pinter dari kota yang awalnya nanti akan nyetel dan ngawasi dulu alat-alat itu. Kata Pak Pala, wong-wong pinter ini nanti juga akan ngajari kita cara menggunakan alat-alat itu. Mereka akan bikin pelatihan untuk kita, warga Desa Demen Dugem. Caranya, masing-masing pedukuhan di desa kita mengirim satu grup yang terdiri 10 orang untuk latihan. Baik dari Dukuh Sor Pelem, Masa Depan, termasuk dukuh kita Dukuh Lor Kali. Nah, para anggota grup inilah yang akan dilatih langsung oleh wong-wong pinter itu dalam kegiatan yang mereka namakan woksrot!
6. Arjo Nyus
Workshop, Kang! (SAMBIL MENARIK CEPAT PANCINGNYA. IKAN DI MATA KAIL LEPAS) Wedus!
7. Kang Cahar
Yak, woksrot! Lha, kalau 3 grup ini sudah selesai dilatih, sudah lulus, maka masing-masing grup kewajib melatih warga dukuhnya di dalam worksrot yang dilakukan masing-masing dukuh.
8. Arjo Nyus
Wokshop! (MELEMPAR KAIL YANG BARU SAJA DIGANTI UMPAN)
9. Kang Cahar
Edannya, semua kegiatan itu pemerintah pusat yang nanggung biayanya! Nah, kalau seluruh warga Desa Demen Dugem sudah ngerti cara menggunakan alat itu, wong-wong pinter itu akan pulang ke kota dan kita yang menghambel alat-alat itu!
10. Arjo Nyus
Menghandle, Kang Cahar....
11. Kang Cahar
Oke Arjo Nyus,..... menghambel! Nah, setelah itu kita semua bisa tahu bencana apa yang bakal datang, kapan datangnya, hari apa, jam berapa,......
12. Arjo Nyus
Bawa pacar nggak, sangu duit berapa, naik ojek opo naik kebo, kebonya metheng opo nggak, kalau metheng siapa yang ngethengi, kalau nggak apa kita bikin... (MENGHILANG)
13. Kang Cahar
Asu, i..... (HALUS TAPI NYENTIL)
14. Arjo Nyus
Wedus, i...... (MUNCUL, LALU MENGHILANG)
II. DI LAPANGAN DESA
PAK PALA PIDATO BERAPI-API DI DEPAN SELURUH WARGA DESA DEMEN DUGEM. PARA WARGA YANG TERBAKAR SEMANGATNYA, SESEKALI MENGELU-ELUKAN DESA BERIKUT PIMPINANNYA. SEMUA BERPENAMPILAN COMPANG-CAMPING SEBAGAIMANA MASYARAKAT YANG BARU SAJA DILANDA BENCANA. ADA JUGA YANG BERPENAMPILAN PENGUNGSI.
15. Pak Pala
Jadi sedulur-sedulur, sekarang saatnya kita bangun. Saatnya kita buang jauh-jauh rasa putus asa. Meskipun sampai musim tanam kemarin kita gagal panen karena banjir, dan selama bertahun-tahun hidup kita kerap diganggu gempa, gunung meletus, angin topan, puting beliung, semburan lumpur, gas, sampah, tanah longsor, kebakaran hutan dan berbagai macam bencana lainnya, tapi justru itulah yang memperkuat daya tahan kita, warga Desa Demen Dugem!
16. Warga
Hidup Demen Dugem!
Hidup!
Hidup Pak Pala!
Hidup!
17. Pak Pala
Daya hidup kita terbukti luar biasa, melebihi warga negara lain yang hidup di wilayah NKRI; Negara Kesatuan Republik Itaitu. Ini karena kita langsung dididik oleh alam, diuji oleh tuhan. Digembleng habis-habisan, bukan hanya dalam Kawah Condrodimuko tapi bahkan juga dalam cengkeraman tangan Bethara Kala, tanpa jadwal yang pasti kapan datangnya Ratu Adil atau Imam Mahdi.
III. DI DUKUH SOR PELEM
YU PELOK DAN SABROT LAGI SIBUK MENATA DAN MENGATUR HASIL PANENAN MANGGA. YU PELOK LEBIH BANYAK DUDUK MENGHADAPI BEBERAPA KERANJANG TEMPAT IA MENYERBETI, MENYORTIR DAN MEMILAH MANGGA SESUAI DENGAN BESAR KECIL DAN MUTUNYA. SABROT LEBIH SERING HILIR MUDIK SEMBARI SESEKALI MENGUSUNG KERANJANG-KERANJANG BESAR BERISI MANGGA DI PUNGGUNGNYA.
18. Yu Pelok
Sabrot, nurut Pak Pala alat itu ngerti bencana apa yang bakal datang di Desa Demen Dugem ini?
19. Sabrot
Lha ya jelas iyo, tho yu! Pak Pala bilang; Pak Aparat ngomong gitu.
20. Yu Pelok
Pak Aparat?
21. Sabrot
(MELETAKKAN KERANJANG DEKAT YU PELOK ) Priyayi dari pemerintah pusat yang ngurusi soal bantuan alat itu! Malah, kata Pak Aparat yang dikatakan Pak Pala, alat itu juga ngerti kapan bencana mulai, dari mana, ke arah mana, seberapa kekuatannya, seberapa bahayanya, kapan kita harus ngungsi....
22. Yu Pelok
Kok hebat men gitu, Brot? Wah, Mbah Joni kalah no!
23. Sabrot
Dukun Dukuh Sor Pelem ini?! Waa,... ra eneng apa-apane, Yu! Sak pucuk uyuhe we, ora! Apalagi keampuhan Mbah Joni sekarang sudah hilang, badhar! Lha wong bulan lalu disuruh ngusir rombongan gendruwo yang sering ngrontoki kembang manggane wong-wong Dukuh Sor Pelem we, ndak manjur, kok! Sampai manggane wong sak dukuh jeblok! Lha kok, ini mau dibandingkan dengan keampuhan alat dari kota itu. Yu Pelok, ki ngentengke! (MENGAMBIL KERANJANG DI DEPAN YU PELOK YANG TELAH BERISI MANGGA PILIHAN, MENAIKKAN KE PUNDAK)
24. Yu Pelok
Ndak gitu, Brot. Lha itu rak mung alat bikinan orang, tho?! Kok pinter men gitu?!
25. Sabrot
Wo,... lha,.. (URUNG MENGANGKAT. MELETAKKAN KEMBALI KERANJANG ITU) Yu Pelok ki ketinggalan jaman! Katanya, yang mbuat itu juga wong-wong pinter kok, Yu! Katanya, penciuman alat itu sebanding dengan endusan seribu asu, pendengarannya lebih kuat dari sejuta kidang dan pandangannya lebih tajam dari 247 pasang mata elang! Jadi 247 kali dua,.... (SEMBARI MEMPERMAINKAN BEBERAPA MANGGA, SERBET, KERANJANG UNTUK ILUSTRASI)
26. Yu Pelok
Alah,.. sok ngerti kowe Brot!
27. Sabrot
Katanya gitu-ok, Yu! Alat-alat itu mesti kabelnya banyak. Ya, tho? Warnanya macem-macem. Biasanya juga ada bunder-bundernya yang digunakan untuk ndudul-ndudul. Gunanya juga beda-beda, ya tho?! Lha wong dulu, waktu kebun mangga kita panen raya terus aku sempat beli radio aja, puterannya banyak, bentuknya macem-macem. Ada yang kotak, ada yang lonjong, ada yang bunder. Kabelnya ting kleler ada yang merah, kuning hijau. Malah ada yang lorek-lorek kayak ulo welang barang! Waktu bludregku kumat dan radio itu tak tendang sampai ambyar, di dalamnya ada alat kecil-kecil yang bentuknya aneh. Ada yang kayak pohung tapi masing-masing ujungnya berkaki, ada yang mlenthu-mlenthu kayak kentang tapi berekor tiga, terus ada juga yang gepeng kayak irisan tela. Macem-macemlah, Yu. Itu baru radio, yang kerjanya cuma nyanyi-nyanyi, ngomong-ngomong, jrang jreng jong, cangkeman! Ruwetnya sudah minta ampun. (MENGANGKAT KERANJANG DI DEPAN YU PELOK DAN MENJAUH).
28. Yu Pelok
Bener juga Brot. Apalagi alat itu ya?! Yang gunanya lebih penting. Wah, mesti gedhenya tikel tekuk dari radio ya, Brot?!
29. Sabrot
(MELETAKKAN KERANJANG) Iyo, yu. Bisa-bisa sak sapi abuh gedhene!
30. Yu Pelok
Lebih Brot! Lha wong radio aja gedhene sak ndas kebo, kok! Alat itu paling tidak segedhe kandange Deni, kuda lenang kepunyaannya Pak Dukuh Sor Pelem itu. Atau paling ora sak gerobak sapi!
31. Sabrot
(MENDEKAT TANPA KERANJANG) Mungkin juga ya, Yu?!
32. Yu Pelok
Pasti! Dibanding dengan radio ndas kebomu itu, alat ini membutuhkan lebih dari ratusan dudulan, belum bunder-bundernya, kabel-kabelnya, puteran-puterannya,...
IV. DI LAPANGAN DESA
PIDATO PAK PALA DI DEPAN WARGA.
33. Pak Pala
Meskipun kemarin kita kleleran setiap kali datang bencana, keteteran tiap ada musibah, tapi terbukti kita mampu bertahan, berjuang mandiri; dengan kekuatan sendiri, bangkit dari keterpurukan, bangun dari kesengsaraan. Meskipun kemarin pemerintah sering terlambat mengirim bantuan, kadang-kadang tak kompak menolong korban, kita harus memahami bahwa pemerintah tak pernah menginginkan hal itu terjadi. Kita harus yakin bahwa pemerintah pasti tidak sengaja melakukan ini. Pemerintah sebenarnya tidak tega menghadapi kondisi seperti ini. Kali ini buktinya! Sekaranglah saatnya! Keluh kesah kita Warga Desa Demen Dugem selama ini sebenarnya didengarkan.
34. Warga
Hidup Demen Dugem!
Hidup!
Hidup Pak Pala!
Hidup!
35. Pak Pala
Penderitaan kita selama ini ternyata diperhatikan. Kalau selama ini kita kerap merasa sendiri, percayalah sedulur-sedulur, itu tidak benar. Kalau selama ini kita kerap merasa kesepian dalam penderitaan yang bertubi-tubi dan panjang, itu sama sekali tak beralasan. Itu semua hanya penyelesaian yang tertunda.
V. DI DUKUH MASA DEPAN
MBAH KUNCEN TENGAH “KUTUG”; MELAKUKAN RITUAL, MEMBAKAR KEMENYAN, “CAOS DHAHAR” DI KAMARNYA. KECRUK, ASISTENNYA, MELADENI MEMPERSIAPKAN SEJUMLAH PERALATAN RITUAL. ADA PERAPIAN TEMPAT MEMBAKAR KEMENYAN, KEMBANG BERBAGAI RUPA, BAIK DALAM BUNGKUS DAUN PISANG ATAUPUN DALAM BEJANA-BEJANA, PUSAKA-PUSAKA DLL. MULA-MULA MBAH KUNCEN MEMBAKAR KEMENYAN DAN MERAPAL MANTRA, MENYEBAR KEMBANG KE BERBAGAI ARAH, LANTAS MEMBASUH “SIWUR” PUSAKA DENGAN AIR KEMBANG DALAM BEJANA DI DEPANNYA. KEMUDIAN SIWUR ITU DIGUNAKANNYA UNTUK MENGAMBIL AIR BEJANA, MEMBASUH MUKANYA, MEMINUMNYA DAN MENYISAKANNYA UNTUK MEDIA MENERAWANG. IA MENGAWASI TAJAM AIDI DALAM “SIWUR” ITU. WAJAHNYA MENEGANG.
36. Mbah Kuncen
Ancaman ini, Cruk. Bahaya iki. Gawat,...gawat!
37. Kecruk
(TENANG) Kok bisa bahaya, lirnya gimana, Mbah?
38. Mbah Kuncen
Lha kalau alat itu bener punya kekuatan sekti mandraguna, punya guna kawigunan ngungkuli lembu sekilan, nrawang ing alam awang uwung, meramal datangnya kekuatan asing, menebak bebaya yang bakal muncul lama sebelum waktunya, jauh sebelum sampai di desa kita, ini ancaman bagi kita, le! Terutama bagi warga Dukuh Masa Depan.
39. Kecruk
Saya nggak mudheng Mbah?
40. Mbah Kuncen
Kalau sampai alat dari kota sumbangan pemerintah itu mampu meramal bencana, kojur! Artinya, kepercayaan seluruh warga Desa Demen Dugem bakal berpindah ke alat itu. Lalu puja-puji, sesaji, upeti yang selama ini kerap ditujukan untuk makam keramat Kyai Congor Gosong yang ada di dukuh kita, sirna.
41. Kecruk
Lantas, bahayanya bagi warga dukuh kita apa, Mbah?
42. Mbah Kuncen
Kecruk,... Kecruk..... (MENYODORKAN SIWUR KEPADA KECRUK. KECRUK LANGSUNG MENGAMATI) Kehormatan dan kejayaan Cruk, yang mendatangkan derajat dan kesejahteraan. Kalau selama ini dukuh kita cukup dihormati, dijaga, diuri-uri itu karena ada makam keramat Kyai Congor Gosong. Hingga hidup kita berkecukupan karena ada pemasukan bukan hanya dari hasil pertanian, tapi juga dari pajak dan pungutan setiap orang yang mengunjungi makam. Baik dari dukuh lain bahkan dari desa lain. Kalau itu tak terjadi lagi, bisa kere kita le. Apalagi kalau hanya mengandalkan dari bertani saja. (MENARIK “SIWUR”, MEREGUK ISINYA DAN MENYEMBURKANNYA KE BEBERAPA ARAH, TERMASUK KE ARAH KECRUK) Kamu tahu?
43. Kecruk
(SAMBIL MENGUSAP AIR SEMBURAN DI WAJAHNYA) Tidak Mbah!
44. Mbah Kuncen
(BERDIRI, MEMANDANG JAUH. KADANG MELANGKAH) Tanah di pedukuhan kita sebagian besar hanya berupa bukit-bukit kapur, kering dan tandus. Paling hanya singkong yang bisa ditanam. Harganya tidak seberapa. Kadang hasilnya nggak cukup untuk nutup biaya tanam dan pemasarannya. Itulah kenapa selama ini kita sangat tertolong dengan keberadaan makam keramat di puncak bukit itu. Makam yang dipercaya orang sebagai makam Kyai Congor Gosong, cikal bakalnya orang se Desa Demen Dugem. Makam yang dipercaya punya kekuatan untuk membantu menyelesaikan persoalan kehidupan, mulai dari masalah rejeki, jodoh, kesehatan, ketenangan rumah tangga, nasib di masa depan, bahkan sampai tolak bala dan nyingkirne bencana. Ciloko Cruk, ciloko mencit kalau alat itu lebih ampuh dari makam leluhur.
45. Kecruk
Tapi khan belum tentu begitu tho, Mbah?! (BERDIRI) Mbah Kuncen juga belum membuktikan bahwa alat itu lebih ampuh? Wong lihat barangnya saja belum. Itu rak baru katanya, jare? Kenyataannya khan belum dicoba?
46. Mbah Kuncen
(MENOLEH KECRUK) Belum dicoba piye?
47. Kecruk
(MENDEKAT) Dicoba ditandingkan, didu! Kalau kesaktian makam Kyai Congor Gosong khan sudah terbukti? Seluruh warga desa sudah tahu, sudah pernah merasakan bagaimana keinginan-keinginan mereka terkabul berkat doa-doa, sajen dan slametan yang mereka lakukan di makam. Ya,... walaupun ada yang terlambat kesampaian, atau kadang agak sedikit meleset dari harapan, itu khan wajar? Yang penting tetep kesampaian, tho?! Lha kalau alat itu, siapa yang tahu?! Siapa yang berani njamin?! Lagi pula, alat itu katanya hanya khusus meramal masalah bencana, Mbah. Tidak bisa meramal lainnya!
48. Mbah Kuncen
(MENJAUH DARI KECRUK) Iya! Tapi tetap membahayakan makam kita. Wong ndeso kayak kita ini, begitu ada barang, ada orang yang punya kemampuan hebat, ngedhab-edhabi, lantas semua masalah dimintakan jawabannya. Semua kesulitan hidup ditumpleg bleg njaluk dirampungne. Semua orang lantas ngalap berkah, ra peduli sing teka berkah po musibah! Jadi, ada kemungkinan alat itu akan jadi sandaran hidup orang se desa, le!
49. Kecruk
Kalau begitu, gawat ya Mbah?! (GELISAH) Apa anu saja Mbah, kita santet saja orang yang ngurus alat itu?
50. Mbah Kuncen
Maksudmu?
51. Kecruk
(MENDEKAT) Ya, siapa saja yang cawe-cawe dalam mendatangkan alat itu kita santet! Termasuk orang yang bikin Mbah! Sampai tidak ada lagi orang yang ngurusi alat itu.
52. Mbah Kuncen
We.. lha, kabarnya yang bikin alat itu wong bule-bule kok, le. Londho! Pabriknya juga, katanya di luar negeri! Lha, yang ngurus alat itu banyak orang, le! Pirang-pirang! Mulai dari wakil pemerintah pusat yang katanya dilengkapi dengan wong-wong pinter dari kota, sampai Pak Pala, kudengar semua sudah siap ngurusi alat itu, je! Ra kua aku nyantet orang segitu banyak.
53. Kecruk
(MONDAR-MANDIR BERPIKIR) Kalau begitu, apa alat itu saja yang kita tenung, Mbah! Kita kirim jarum pentul sak beruk ke perutnya! Atau anu Mbah, atau sisan pabrike wae yang kita tenung! Saya masih punya persediaan silet karaten sak tekem. Cukup untuk bikin usus mbrodol! Atau linggis! Linggis Mbah! Aku juga masih nyimpen potongan linggis, pacul, arit, atau pangot yang bisa Sampeyan kirim untuk nenung pabrik itu, Mbah! Pripun Mbah?!
54. Mbah Kuncen
Cangkemmu!
55. Kecruk
Cangkemku neng ngopo, Mbah?
56. Mbah Kuncen
Nggambleh!
57. Kecruk
Piye, tho Mbah?!
58. Mbah Kuncen
Pabrik kok, ditenung!
VI. DI BALAI DESA
REMBUG DESA YANG DIHADIRI SELURUH WARGA PERWAKILAN DARI 3 DUKUH DI WILAYAH DESA DEMEN DUGEM. PAK BAYAN MEMIMPIN JALANNYA RAPAT SAMBIL SESEKALI MENCATAT USULAN DAN TANGGAPAN PESERTA. PAK PALA USAI MENYAMPAIKAN SAMBUTAN.
59. Pak Pala
(MENGAKHIRI SAMBUTANNYA) Sekian dan terima kasih. Wassalamu ’alaikum Warrahmatullaahi wabarakatuuh...
60. Peserta Rapat
Wa ‘alaikum salam...
61. Bayan
Terima kasih Pak Pala, atas sambutannya. Jadi sedulur-sedulur, saya tekankan sekali lagi sebagaimana yang disampaikan Pak Pala tadi, bahwa pemerintah pusat sangat serius untuk mengirim bantuan alat deteksi bencana itu. Bahkan sudah sejak seminggu lalu Pak Carik berada di ibukota mewakili Pak Pala mengurus masalah itu. Itulah kenapa, hari ini saya mewakili Pak Carik memimpin rembug desa kali ini. Selanjutnya, kita akan membahas masalah rencana penempatan alat itu berikut pembangunan fasilitasnya.
62. Kepala Dukuh Sor Pelem
(MENGACUNGKAN TANGAN) Usul Pak!
63. Bayan
Silahkan, Pak Kepala Dukuh Sor Pelem!
64. Kepala Dukuh Sor Pelem
Menurut hemat kami, ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam masalah ini. Pertama, penempatan alat itu harus benar-benar tepat. Artinya, diletakkan persis di tengah-tengah wilayah Desa Demen Dugem. Sehingga dengan gampang bisa menangkap tanda-tanda bencana dari alam, kemudian menyebarkan hasilnya ke seluruh wilayah desa dengan cepat. Secara “geogratis”,....
65. Bayan
Maaf, apa tadi Pak? (MENCATAT)
66. Kepala Dukuh Sor Pelem
(KE BAYAN) “Gogratis!” (KE PESERTA RAPAT) Saya ulangi, jadi secara “geogratis”, Dukuh Sor Pelem terletak tepat di tengah Desa Demen Dugem. Jadi tepat untuk meletakkan alat itu. Yang kedua, keberadaan alat itu harus didukung oleh “asfek” keamanan dan perawatan yang benar.
67. Bayan
Apa itu, Pak? (MENCATAT)
68. Kepala Dukuh Sor Pelem
(KE BAYAN) “Asfek!” (KE PESERTA RAPAT) Saya teruskan. Nah, perkebunan mangga yang ada di Dukuh Sor Pelem bisa memenuhi “skandar” keamanan itu.
69. Bayan
(BERTANYA) Standard, Pak?
70. Kepala Dukuh Sor Pelem
(KE BAYAN) Skandar!!!
71. Bayan
(BERGUMAM & MENCATAT) Sekan....darrr....
72. Kepala Dukuh Sor Pelem
(MELANJUTKAN) Jika alat itu ditempatkan di tengah perkebunan mangga kami, maka akan terjadi “kemulpase” yang rapi. (KEPADA BAYAN) Kemulpase!
73. Bayan
(BERGUMAM & MENCATAT) Kem....mul.....passsse.....
74. Kepala Dukuh Sor Pelem
(MELANJUTKAN) Sehingga pihak-pihak yang akan berbuat jahat terhadap alat itu tidak akan menyangka, kalau alat itu ada di sana. Di samping itu, warga masyarakat kami terbukti lebih “intrek”.
75. Bayan
(SETENGAH BERBISIK) Maaf, Pak. Bukannya intelek?
76. Kepala Dukuh Sor Pelem
(CEPAT MEMBANTAH) Lain! Ini intrek! Beda dengan intelek. Intrek! Catat!
Maaf, saya lanjutkan, warga kami terbukti lebih intrek, karena pergaulan kami dengan para pedagang, tengkulak dan cukong buah dari kota, telah membuat kami lebih terbuka dengan berbagai “impormasi” kemajuan kehidupan. “Oklomatis”, kami tahu bagaimana mesti memperlakukan alat “cenggih” itu. (MENOLEH KE BAYAN BERHARAP DITANYA)
77. Bayan
(ASIK MENCATAT, SAMBIL BERGUMAM) Im...por...ma...si..., oklo....matis, ceng...gih!
78. Kepala Dukuh Sor Pelem
Nah, mencermati situasi yang telah saya paparkan tadi, serta mengingat “potensio geogratis” dan masyarakat yang ada di dukuh kami, saya selaku Kepala Dukuh Sor Pelem mengusulkan agar alat itu ditempatkan di wilayah kami. Sekaligus mempercayakan “kooperasi” dan perawatan alat itu kepada kami.
79. Bayan
Baik,... jadi,.. (TERPOTONG)
80. Kepala Dukuh Lor Kali
(MEMOTONG) Tidak setuju, Pak! Apa yang disampaikan Pak,....(TERPOTONG)
81. Pak Pala
Maaf Pak Dukuh Lor Kali, ini rembug desa. Rapat resmi! Semua pembicaraan harap melalui pimpinan rapat; Pak Bayan! Jangan main potong senaknya.
82. Bayan
Maaf Pak Pala, perkenankan saya menengahi, jangan dipotong dulu.
83. Kepala Dukuh Lor Kali
Lha,... Pak Pala malah,... (TERPOTONG)
84. Bayan
Sampeyan juga, Mas! Jangan main potong!
85. Kepala Dukuh Lor Kali
Lha, Pak Pala juga motong!
86. Pak Pala
Saya khan ngingatkan, supaya tertib?!
87. Kepala Dukuh Lor Kali
Tapi khan nggak boleh motong!? Supaya tertib, tho Pak?!
88. Pak Pala
(MARAH, BERANJAK) Pak Dukuh!... (TERPOTONG)
89. Kepala Dukuh Lor Kali
(TAK MAU KALAH, BERANJAK) Pak Pala!... (TERPOTONG)
90. Bayan
(BICARA KERAS, MENENANGKAN) Maaf bapak-bapak, ini rembug desa. Sebaiknya semua pembicaraan dilakukan dengan tertib dan tenang. Kalau tidak, saya mengusulkan supaya rembug desa ini kita bubarkan sampai di sini. Dan tugas yang diberikan kepada saya untuk memimpin rembug desa ini, saya kembalikan kepada Pak Pala. (SEPI)
91. Pak Pala
(MELEMAH) Ya, jangan gitu tho, Dik Bayan. Saya,... (TERPOTONG)
92. Kepala Dukuh Lor Kali
(IKUT MEMBUJUK) Iya, Pak Bayan. Jangan mutung gitu. Saya minta maaf atas kelancangan saya,...(TERPOTONG)
93. Pak Pala
Tadi, saya khilaf. Maaf, ini masalah penting. Menyangkut masa depan seluruh warga desa. Sebaiknya... (TERPOTONG, DONGKOL TERTAHAN)
94. Kepala Dukuh Lor Kali
Kita harus bisa berpikir jernih. Karena,... (TERPOTONG, DONGKOL TERTAHAN)
95. Pak Pala
Kalau ini berlarut-larut, bisa-bisa bantuan itu akan gagal kita,.... (TERPOTONG)
96. Kepala Dukuh Lor Kali
Sebaiknya,... (TERPOTONG)
97. Bayan
(TEGAS) Kita lanjut apa bubar!
98. Pak Pala & Kepala Dukuh Lor Kali
(KAGET) Bubar! Eh, lanjut, lanjut,...
SEPI.
99. Bayan
Kalau begitu, (KE PAK PALA & KEPALA DUKUH LOR KALI) saya minta bapak-bapak bisa mengendalikan diri. (KE PESERTA RAPAT LAINNYA) Juga sedulur-sedulur lainnya, saya harap semua usulan dan pembicaraan dilakukan dengan tertib dan sopan. Setuju?!
100. Semua
Setujuuu...!!!
101. Bayan
Baik sedulur-sedulur. Kita akan lanjutkan. Tapi sebelumnya ijinkan saya, untuk sementara menampung dulu usul yang tadi telah disampaikan Pak Dukuh Sor Pelem. Selanjutnya kita akan mendengar usul dari yang lain. Silahkan!
BERSAMAAN KEPALA DUKUH LOR KALI & KEPALA DUKUH MASA DEPAN MENGACUNGKAN JARI.
102. Bayan
Baik. Saya persilahkan Pak Dukuh Lor Kali lebih dahulu, setelah itu Mbah Kuncen dari Dukuh Masa Depan.
103. Mbah Kuncen
(DEHEM DAN BERBICARA) Ehm,..em! Terima kasih,... (TERPOTONG & MENOLEH KE KEPALA DUKUH LOR KALI)
104. Kepala Dukuh Lor Kali
(SETENGAH BERBISIK) Ssst,... Mbah, saya dulu...
105. Mbah Kuncen
(MENOLEH KE BEBERAPA ARAH. SADAR BUKAN GILIRANNYA, KIKUK) Eh,..oh,... eeee,.... (KE KEPALA DUKUH LOR KALI) O,... kamu dulu, tho?! Yo wis,... kono,...
106. Kepala Dukuh Lor Kali
Sedulur-sedulur yang saya hormati. Saya menolak usul Pak Dukuh Sor Pelem. Selama ini yang sering mengalami penderitaan terparah, kerusakan terhebat setiap bencana datang, adalah dukuh kami; Dukuh Lor Kali. Kami juga sadar bahwa warga Dukuh Sor Pelem lebih pinter, lebih luas pergaulannya dan lebih mampu kehidupannya, dibanding warga kami. Saya usul alat itu ditempatkan di Dukuh Lor Kali. Sebab, kami yakin, alat itu akan membantu mengurangi kebodohan, kemiskinan dan memperluas pergaulan kami. Di samping tentu saja, akan mengurangi tingkat kerusakan dan kesengsaraan kami saat terjadi bencana nanti. Sekian.
107. Kepala Dukuh Sor Pelem
(MENGACUNGKAN TANGAN) Usul Pak Bayan!
108. Mbah Kuncen
(KE KEPALA DUKUH SOR PELEM) Ssst,.....
109. Bayan
Sebentar Pak Dukuh Sor Pelem. Sedulur-sedulur, kita perlu mendengar penjelasan yang lebih jauh dari Kepala Dukuh Lor Kali menyangkut penempatan alat itu secara rinci. (KE KEPALA DUKUH LOR KALI) Bagaimana Pak Dukuh? Seandainya alat itu disetujui ditempatkan di dukuh Sampeyan, dimanakah alat itu akan diletakkan?
110. Kepala Dukuh Lor Kali
(TAK SIAP DENGAN PERTANYAAN ITU, TAPI TETAP TENANG) Kami belum memikirkan masalah itu Mas Bayan. Sekarang, pokoknya kami usul agar alat itu ditempatkan di dukuh kami. Alasannya seperti yang tadi saya katakan. Masalah nanti akan diletakkan di mana, nanti kami pikir lebih lanjut. Sekian.
111. Bayan
Baik. Terima kasih Pak Dukuh Lor Kali. Sedulur-sedulur sudah mendengar sendiri usulan Pak Dukuh. Saya juga sudah mencatat semuanya. Sekarang giliran Mbah Kuncen mewakili warga Dukuh Masa Depan.
112. Mbah Kuncen
Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap langkah harus dipikir dengan waspada. Kanti legawaning ati; ketenangan kalbu. Ojo grusa grusu mundak kesluru. Yen wus mantep maju pantanga wurung, apa maneh mundur karo mlayu. Ning yo kudu ngelingi besuk ing tembe mburi. Dadi,..
113. Bayan
Maaf Mbah, sebaiknya njenengan langsung ke permasalahan.
114. Mbah Kuncen
Lha ini genah sudah langsung ke permasalahan kok, Dik Bayan.
115. Bayan
Maksud saya, langsung ke tanggapan njenengan mewakili warga dukuh mengenai alat bencana itu.
116. Mbah Kuncen
O,... begitu. Begini Dik Bayan,.. (KE BAYAN)
117. Bayan
(MEMPERSILAHKAN) Langsung diutarakan ke peserta rapat saja, Mbah!
118. Mbah Kuncen
O,... begitu. Begini sedulur-sedulur, tadi malam saya bermimpi! (PESERTA RAPAT MENDESAH. ADA YANG BERDECAK JENGKEL, ADA YANG SENYUM-SENYUM, ADA YANG TERGELAK. ADA YANG NYELETUK. MBAH KUNCEN TAK PEDULI). Saya ditemui Mbah Congor Gosong. (SEPI) Saya setengah meyakini bahwa mimpi saya ini adalah wangsit. (BEBERAPA PESERTA RAPAT SALING BERBISIK. KEMUDIAN HENING) Dalam mimpi saya itu Mbah Congor dandan bagus. Surbannya baru, merah menyala bergambar baya ngoyak bajul dalam warna kuning emas. Jaritnya asli Pekalongan bergambar kembang kantil. Kakinya tidak memakai selop kulit seperti biasanya, tapi mengenakan teklek dari kayu cedana. Wanginya ngaudibillah, sedulur-sedulur.
119. Seseorang
Kok Sampeyan bisa bilang wangi, Mbah?!
120. Mbah Kuncen
Aku merasakan kok le! Waktu beliau muncul, mak bedunduk, seperti biasa aku langsung nubruk. Kena kakinya, sungkem! Mak breng!
121. Seseorang
Betul, Mbah?!
122. Mbah Kuncen
Bener! Bau wangi, melebihi segala wangi bau.
123. Yang Lain
Di dalam mimpi?!
124. Mbah Kuncen
Di dalam mimpi!
125. Bayan
(MEMBERI ISYARAT KEPADA YANG LAIN AGAR TAK MEMOTONG PEMBICARAAN. MEMPERSILAHKAN MBAH KUNCEN) Terus, Mbah....?
126. Mbah Kuncen
Mbah Congor pakai kuluk manten! (MENYEMBAH KE LANGIT) Amit-amit, nyuwun sewu, Mbah! (KE PESERTA RAPAT) Waktu tak tanya, kenapa beliau berpakaian nganeh-nganehi, beliau njawab,.... (MEMAINKAN MBAH CONGOR & MBAH KUNCEN BERGANTIAN)
(MBAH CONGOR) Nduk, aku mau kawin lagi.
(MBAH KUNCEN) Dhawuh, Mbah?! Kawin lagi?
(MBAH CONGOR) Ho’o. Kenapa, kaget?
(MBAH KUNCEN) Nggak! Eh, iya Mbah, iya,... kaget!
(MBAH CONGOR) Kenapa kaget? Heran?
(MBAH KUNCEN) Heran! Eh, enggak, Mbah, enggak!
(MBAH CONGOR) Kamu nggak setuju?
(MBAH KUNCEN) Enggak! Eh, oh, e,... anu Mbah, maksud saya setuju! Setuju! Mbah Wedhok gimana, Mbah?
(MBAH CONGOR) Lho,... Mbah Wedhok khan sudah meninggal?!
(MBAH KUNCEN) Belum, Mbah! Belum!
(MBAH CONGOR) Belum??
(MBAH KUNCEN) Di mimpi saya ini, Mbah Wedhok belum meninggal.
(MBAH CONGOR) Belum??? Jadi?
(MBAH KUNCEN) Betul, Mbah! Jadi, maaf,... menurut saya, Njenengan perlu bilang dulu sama Mbah Wedhok, minta ijin. Maaf,.. Mbah,... maaf,...
(MBAH KUNCEN KEPADA PESERTA RAPAT) Lalu, beliau tertawa.
127. Bayan
Siapa?
128. Mbah Kuncen
Mbah Congor, Dik Bayan. Beliau tertawa ngakak, (MENYEMBAH KE LANGIT) maaf, Mbah, maaf.....
(SEBAGAI MBAH CONGOR) Ha,...ha,...ha,.... jangan khawatir, Nduk. Ojo wedhi kangelan. Soalnya, calon Mbah Wedhok barumu ini ora baen-baen! Jangankan Mbah Wedhokmu, wong sak tanah Jawa nggak perlu tak mintai ijin bila aku kawin dengan calon bojoku yang ini,... ha,... ha,... ha,...
(MBAH KUNCEN) Nyuwun sewu, memangnya calon Mbah Wedhok yang baru itu siapa tho, Mbah?!
(MBAH CONGOR) Nyi Roro Kidul!
SEMUA PESERTA RAPAT KAGET, JUGA MBAH KUNCEN. ADA YANG TAK PERCAYA, ADA YANG KETAKUTAN, ADA YANG MENDUKUNG, ADA YANG MEMBANTAH. TAPI SEMUA BERADA DALAM SUASANA MENCEKAM. PEMBICARAAN TAK TERKENDALI. ORANG-ORANG TAK INGAT LAGI BAHWA MEREKA SEDANG RAPAT.
VII. DI DUKUH MASA DEPAN
SEJUMLAH WARGA BERKUMPUL, BERBARIS SEPERTI TENTARA YANG TENGAH LATIHAN. NAMUN PAKAIAN MEREKA TIDAK MIRIP SERAGAM MILITER. JUGA PERALATAN DAN PERLENGKAPAN YANG MEREKA BAWA, LEBIH MENYERUPAI SEROMBONGAN ORANG YANG TENGAH MENGHADAPI BENCANA BANJIR. MBAH KUNCEN SEPERTI KOMANDAN YANG MEMBERI PENGARAHAN.
129. Mbah Kuncen
Sedulur-sedulur, jadwal hari ini kita akan berlatih cara mengatasi banjir bandang. Kemarin kita telah latihan mengendalikan bencana longsoran. Baik longsoran tanah maupun longsoran sampah. Saya harap sedulur-sedulur latihan dengan sungguh-sungguh.
130. Warga I
Tapi, Mbah,.... sebenarnya latihan ini untuk apa, tho Mbah?
131. Mbah Kuncen
Trembelane! Sudah latihan macem-macem seminggu kok, baru tanya untuk apa.
132. Warga I
Habis, sejak kemarin kami langsung diperintah nyari perlengkapan latihan, kok Mbah. Nggak sempat nanya-nanya.
133. Mbah Kuncen
Yo, wis. Gini. Yang lain juga tolong ndengarkan! Kalau kita bisa menunjukkan kepada wong sak deso, kepada pemerintah, bahwa kita mampu menanggulangi bencana tanpa bantuan alat, pasti bantuan pemerintah itu tak jadi dikirim, ya tho? Lebih baik dikirimkan ke desa lain yang membutuhkan, yang warganya tidak siap ngadepi bencana. Ya, tho? Dengan begitu, Makam Keramat Mbah Congor Gosong akan tetap terjaga, karena ndak ada yang nandingi kesaktiannya. Dengan begitu, wong-wong sak deso masih akan terus mengandalkannya. Dengan begitu, wong sak Dukuh Masa Depan akan terus mendapat rejeki dari makam itu. Ngerti?
134. Warga I
Ngerti, Mbah.
135. Mbah Kuncen
(TIBA-TIBA MEMBENTAK) Yang tegas!
136. Warga I
(TEGAS) Siap! Mengerti Mbah!
137. Mbah Kuncen
(KEPADA SEMUA, TEGAS) Semuanya, jelas?!
138. Semua
(TEGAS) Jelaaas....!
139. Mbah Kuncen
Perhatian semuanya! Siaaaap...... grrak!
SEMUA MULAI BERLATIH CARA PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR. SUARA, EKSPRESI DAN GERAK-GERIK MEREKA YANG KENTAL DENGAN NUANSA PEDESAAN, BERCAMPUR DENGAN PENDEKATAN MILITER YANG DIGUNAKAN DALAM METODE LATIHAN. AKHIRNYA, TANDA MEREKA SADARI, MEREKA TELAH MELAKUKAN KOMPOSISI GERAK BERSAMA. MESKI KOMPAK DAN NYARIS SERAGAM, TAPI SUASANA KOMIKAL SESEKALI MUNCUL JUGA DARI TINGKAH MEREKA YANG NAIF; KHAS KELUGUAN ORANG DESA.
VIII. DI DUKUH SOR PELEM
SEJUMLAH IBU-IBU BERKUMPUL. PAKAIAN DAN PENAMPILAN MEREKA MENGARAH KE MODIS, MESKI BERBEKAL PAKAIAN KESEHARIAN ORANG DESA (KAIN JARIK, KEBAYA, SELENDANG, CAPING DLL). ADA YANG MIRIP FOTO MODEL HENDAK LATIHAN PERAGAAN BUSANA, ADA YANG MENYERUPAI ARTIS SINETRON HENDAK SHOOTING, ADA YANG SEPERTI BERSIAP AKAN MODELLING DLL. BERAGAM KESIBUKAN SEPERTI MEMATUT PAKAIAN, MERIAS DIRI, ATAU NGRUMPI MENGAWALI ADEGAN INI. PEMBICARAAN BERTEMA ARISAN DAN KEKAYAN BERBAUR DENGAN GELAK TAWA DAN TINGKAH GENIT MEREKA. DIALEK MEREKA KAGOK; KHAS ORANG DESA YANG MENCOBA BERBICARA DENGAN BAHASA PERGAULAN KOTA.
140. Ibu 1
Jeng, gimana selendangku? Matching enggak dengan capingnya?
141. Ibu 2
Sebenarnya sih, lumayan Mbakyu. But, bahannya kurang bagus.
142. Ibu 1
(MENDEKAT, AGAK BERBISIK) Eh Jeng, “bat” itu apa, sih?
DATANG IBU 3 & 4.
143. Ibu 3
(TANGAN KANAN MENGAYUNKAN CAPING SEBAGAI KIPAS, TANGAN KIRI MENARIK IBU 1) Oalah Mbakyu,.... Mbakyu, “bat” aja kok nggak ngerti! Kurang gaul Sampeyan. Makanya, ikut arisan kita. (KEPADA IBU 4) Ya, Dik?!
144. Ibu 4
(MEMBENAHI MAKE UP) Iyalah yaow. Sip! (MENARIK IBU 1) Kalau Mbakyu joint dengan yang gaul kayak kami ini, bukan hanya “bat” yang Mbakyu tahu. Masih banyak lainnya; what ever, no body els, dont worry be happy, live me alone! Something, anything Mbakyu! Anything! Bahkan no smoking barang, Mbakyu akan tahu artinya! (KE IBU 3) Yes, tho Mbakyu?!
145. Ibu 3
Lha iyes, no! (MENARIK TANGAN IBU 1) Bukan hanya just itu!
146. Ibu 1
Jas?! (MEMPERAGAKAN PAKAIAN JAS)
147. Ibu 3
(TERTAWA BERSAMA IBU 4, LANTAS MELAKUKAN TEPUK TANGAN BERDUA DENGAN UNIK, PERSIS 2 ANAK YANG TENGAH BERMAIN). Pokoknya, verry much! Much banget! (KE IBU 1) Mbakyu, arisan kami ini paling yahud se Dukuh Sor Pelem! Bahkan sudah dapat penghargaan upakarti sebagai kelompok arisan terkomplit kegiatannya se Desa Demen Dugem. Bayangkan Mbakyu, tiap arisan itu ada kegiatan karaoke, dance, kredit barang mewah, bahkan demo!
148. Ibu 1
Demo?! (TANGANNYA MEMBUAT ISYARAT GIGI TONGOH)
149. Ibu 2
Itu bemo! Beda! De.... mo!
150. Ibu 3
Demo masak, demo make up, demo......
DATANG IBU 5 & 6, LANGSUNG MENGHAMPIRI IBU 2 DAN MENARIKNYA KE SATU TEMPAT.
151. Ibu 5
Assalamu ‘alaikum. Gimana, Bu? Jadi, gabung dengan kelompok pengajian kita?
152. Ibu 6
Ini kelompok pengajian paling ekslusif, lho Bu!
153. Ibu 2
Ekslusif??
154. Ibu 5
Khu,... sus! Mewah! Paling mewah se Dukuh Sor Pelem, bahkan paling agamis se Desa Demen Dugem! Dengan fasilitas canggih dan keanggotaan terrr,...batas.
155. Ibu 6
Ruang ber AC, pakai slide proyektor, fasilitas web site gratis, makanan prasmanan,...
156. Ibu 5
Kyainya muda-muda, ganteng dan gaul,...
157. Ibu 6
Iuran bulanan terjangkau, bisa discount sampai 90%, bayar 5 gratis 1...
MUSIK DUGEM. DATANG MISS UNIVERS
158. Miss Univers
Ok, girls...! Lets start!
AGAK MALAS-MALASAN, BEBERAPA IBU SEMPAT MELANJUTKAN PEMBICARAAN, SEMBARI MENEMPATKAN DIRI MEMBENTUK BARISAN.
159. Miss Univers
Ok ibu-ibu! Siap reherseal hari ini?
160. Semua
Siiiaap, Miss Univeeers......!!
161. Miss Univers
Waktu ike study in Nederland, first lesson-nya, pelajaran pertamanya, untuk mengalihkan perhatian lawan bicara adalah dengan tubuh. (MENGAMATI DAN BERJALAN DI SELA IBU-IBU) Penampilan ibu-ibu luar biasa! Not bad! But,... not enought for kamuflation! Tidak cukup untuk mengalihkan perhatian para kriminal, para teroris, yang akan merusak, menyabotase dan mencuri alat deteksi bencana itu. So,..... (TERPOTONG)
162. Semua
So, Miss Univeeers......!!!
163. Miss Univers
Ike akan berusaha berusaha keras, try hard untuk memoles penampilan ibu-ibu sebagai penjaga alat deteksi bencana itu nantinya. So,... (TERPOTONG)
164. Semua
So, Miss Univeeers......!!!
165. Miss Univers
Kepercayaan yang diberikan Bapak Kepala Dukuh dan seluruh warga Sor Pelem kepada saya, tidak sia-sia. Not just ecek-ecek! My opinion, tidak akan rugi mendatangkan saya jauh-jauh dari kota untuk melatih ibu-ibu, all of you! I hope, mudah-mudahan kalau warga dukuh lain melihat persiapan kita, aparat desa dan pemerintah pusat mengetahui kesungguhan kita, percayalah alat itu akan direlakan ditempatkan di sini. This is true! Not impossible! So,... (TERPOTONG)
166. Semua
So, Miss Univeeers......!!!
167. Miss Univers
Lets go to secound lesson!
168. Semua
Lesgo!!
MISS UNIVERS BERANJAK. IBU-IBU DIAM TERPAKU DI POSISINYA. MISS UNIVERS HERAN.
169. Miss Univers
Lets go?!
170. Semua
Lesgo?!
171. Miss Univers
Ok, lets go!
IBU-IBU KEBINGUNGAN, SALING NYELETUK, SALING PANDANG.
172. Ibu 4
Ok!
173. Ibu 3
Lesgo!
174. Ibu 6
Lesgo, tho?!
175. Ibu 5
Lha iya!
176. Ibu 1
(KE IBU 2) Eh Mbakyu, lesgo itu apa, tho?!
MISS UNIVERS MENCOBA MENGUASAI KEADAAN.
177. Miss Univers
My god......... !!
178. Ibu 2
Saya juga nggak mudheng! Apalagi yang barusan; maigaaat..... Opo kuwi?!
179. Miss Univers
(MENGELUARKAN BAHASA KAMPUNGANNYA) Oalah Gustiii,... jadi ibu-ibu ndak mudheng, tho?! Ngomong tho, dari tadi. Ayo, kita mulai latihan!
180. Semua
(LEGA DAN GEMBIRA) Come on, Miss Univeeers......!
181. Miss Univers
(KAGET. SETENGAH BERGUMAM) O,.... wedhuss!! (BERANJAK)
MEREKAPUN MULAI LATIHAN. MULAI DARI ACTING, DANCING, HINGGA BERJALAN BAK PERAGAWATI. HINGGA PUNCAKNYA, MEREKA MERANGKAI GERAKAN-GERAKAN ITU DALAM KOMPOSISI GERAK BERSAMA. DINAMIS, KOMPAK DAN RANCAK. NAMUN TETAP ADA NUANSA KONYOL DAN NAIF, SEBAGAI ORANG DESA YANG DIPAKSA BELAJAR KEPRIBADIAN KOTA.
IX. DI DUKUH LOR KALI
DENGAN TEROPONG ALA KADARNYA BUATAN SENDIRI, PAK DUKUH LOR KALI DIKAWAL KANG CAHAR MENEROPONG DUKUH SOR PELEM DARI SEBERANG KALI. IA JUGA MENEROPONG DUKUH MASA DEPAN, SEMBARI BICARA ALA KOMANDAN TENTARA YANG MENYUSUN STRATEGI PENYERBUAN.
182. Dukuh Lor Kali
Cahar!
183. Kang Cahar
Siap, Ndan!
184. Dukuh Lor Kali
Nantinya kita akan menyerbu Dukuh Sor Pelem dari arah Selatan! Kita pakai jalan memutar lewat wilayah Dukuh Masa Depan sebelah Barat!
185. Kang Cahar
Weh, apa nggak kejauhen Ndan? Rak lebih baik langsung kita serbu dari seberang kali ini ke sana! Penak Ndan, lebih dekat! Lagian, ini pas musim mangga. Nah, kita menyusup pas di kebun mangga, makan sepuas-puasnya, nek perlu dirampali sisan nggo sangu! Perut kenyang, sangu gampang, perang bisa tenang, Ndan!
186. Dukuh Lor Kali
Kamu bodho yang ke 17 hari ini! Kalau kita nyebrang kali ini langsung ke sana, itu memancing perang terbuka. Lagi pula harus kau ingat! Mendekati musim panen begini, kebun mangga itu dijaga ketat! Bukan hanya oleh para warga tapi juga oleh gendruwo, glundung pringis, sundel bolong banaspati yang dikerahkan oleh Mbah Joni, Dukun Sor Pelem itu! Cahar, penyerbuan ini kita lakukan dengan jalan melingkar, agar Dukuh Sor Pelem nggak nyangka bahwa kita; Dukuh Lor Kali yang menyerbu mereka.
187. Kang Cahar
Lha, seragam kita? Mereka khan tahu “uniprom” kita, tho Ndan?!
188. Dukuh Lor Kali
U..ni...from! Kebodohanmu yang ke 18! Kebodohanmu yang ke 19, kamu ndak mikir bahwa kita akan menyamar! Pakai pakaian yang nggak bertanda kesatuan! Kalau perlu, kita pakai seragam hansip bertanda kesatuan Dukuh Masa Depan!
189. Kang Cahar
O,.... (SEOLAH PAHAM) Eh Ndan, kenapa nggak lewat jalan melingkar di sebelah timur wilayah Dukuh Masa Depan, Ndan?
190. Dukuh Lor Kali
Pekok! Ini bodo yang ke 20! Di sana khan bukit tempat Makam Mbah Congor Gosong tho, Har?! Uthegmu ki lho! Kalau tritisan di sana kuwalat kowe! Iso-iso kesambet congormu, gosong ndasmu, modar!!
191. Kang Cahar
Lha Sampeyan kemarin bilang Dukuh Masa Depan juga akan kita serang, sekalian?! Lha apa ndak dideplok sama Mbah Congor Gosong pasukan kita, Ndan?!
192. Dukuh Lor Kali
Ini bodhomu yang ke 21 kali! Mbah Congor Gosong itu bukan hanya milik wong Dukuh Masa Depan! Beliau itu leluhure wong sak Demen Dugem! Jadi, makam itu aset semua warga desa!
193. Kang Cahar
Termasuk “asep” kita juga dhong, Ndan?!
194. Dukuh Lor Kali
22! Aset dhul!! Meskipun makam itu ada di sana, tapi warga dukuh mana yang paling sering sesaji, paling sering ngrumati? Warga dukuh mana yang paling percaya dengan keampuhannya? Ikhlas menjaga tanpa pamrih apa-apa? Warga Dukuh mana?
195. Kang Cahar
Mana, Ndan??
196. Dukuh Lor Kali
(JENGKEL BANGET, NGUMPAT TERTAHAN) 23, nndllaaa,....dhuk! Warga kita, su!
197. Kang Cahar
O, iya-ya.... warga Dukuh Lor Kali, ya?! (SEOLAH PAHAM). Jadi, begitu tho Ndan, “sateginya”?
198. Dukuh Lor Kali
24! Stra...te....gi, su,.....!!
199. Kang Cahar
O,.... jadi,.. (TERPOTONG)
200. Dukuh Lor Kali
Eis embuh raweruh, bol jaranmu abuh! Sekarang kumpulkan seluruh warga Dukuh Lor Kali! Subuh nanti kita latihan pengintaian dan penyerbuan! Sekaligus simulasi merebut alat deteksi bencana itu, seandainya besuk kita gagal meminta alat itu untuk ditempatkan di dukuh kita!
201. Kang Cahar
(SIKAP MILITER, HORMAT) Siap, Ndan! Kerjakan!
202. Dukuh Lor Kali
Kerjakan!
SUARA TEROMPET, GENDERANG, KENTONGAN BERSAHUTAN. SUARA JERITAN, TERIAKAN DI MEDAN PERANG. LETUSAN SENJATA, DENTING TOMBAK, PEDANG BERADU, DERAP SEPATU. LETUSAN GUNUNG GEMURUH AIR BAH, GELEGAR PETIR, DERU TOPAN. MUNCUL PULA SUARA-SUARA DARI PUSAT HIBURAN MALAM. CAMPUR ADUK; PERANG, BENCANA ALAM DAN HIBURAN MALAM.
SEKELOMPOK ORANG BERPERANG.
SEKEKOMPOK ORANG MENGHINDAR DAN MELAKUKAN EVAKUASI BENCANA
SEKELOMPOK LAIN MONOLOG BERSAHUTAN DENGAN TEMA BERBEDA.
203. Pak Aparat
Maaf Pak Carik, selaku aparat saya sudah berusaha keras memperjuangkan bantuan alat itu. Tapi apa boleh buat, sepertinya kita harus merelakan bantuan itu gagal didatangkan tanpa adanya swadaya masyarakat.
204. Mbah Kuncen
Tenan, tho le! Ngimpiku kemarin itu ada benarnya tho?! Meski nggak persis ceples, tapi nyrempetnya banyak!
205. Pak Aparat
Memang, biaya pengadaan alat berikut program penunjangnya sudah dianggarkan pemerintah. Tetapi kenyataan di lapangan khan lain?
206. Mbah Kuncen
Menurut tafsirku, kalau mimpi itu menceritakan yang baik-baik, seneng-seneng, gembira, itu ngalamat bakal datang sebaliknya. Artinya, Mbah Congor sebenarnya sedang kritis, buruk, susah, menderita!
207. Miss Univers
Ok my girls! Perhatian ibu-ibu,...
Satu, dua, tiga,... loncat-tepuk-toleh!
Pantat, pantat, pantat,... naik-turun-goyang!
208. Pak Aparat
Saya harus lembur, harus telpon sana-sini, butuh transportasi, konsumsi, penginapan saat survey dan kunjungan. Pijet dan hiburan jika lelah. Butuh tetirah.
209. Mbah Kuncen
Jadi, keramaian pesta kawin Mbah Congor di mimpiku kuwi pralambang bahwa beliau sangat kesepian. Orang tidak lagi peduli kondisi makamnya. Kuncupnya diuyuhi wedus, kijingnya diisingi asu! Orang tidak lagi menghormati wewaler, tradisi warisannya. Orang tidak lagi percaya kekuatannya, keampuhannya! Mujarabe makame dibadharke awake dewe!
210. Miss Univers
Yap! Good, good, yes,.... slowly, slowly,....
211. Pak Aparat
Belum lagi oleh-oleh untuk anak-anak! Istri saya minta mobil mewah. Istri muda minta dibelikan rumah. Simpenan saya tiap hari nangis, merengek minta pabrik. Kebutuhan saya ini harus dipikir, supaya saya bisa terus berpikir melancarkan program itu.
212. Miss Univers
Satu, dua, tiga, empat.
Leher, pinggang, paha, lutut.
Otot dada dilepas, otot perut ditarik.
Dada dibusungkan, ini dadaku; my dada, where is your dada?
Perut ditarik, disembunyikan dalam lipatan.
213. Mbah Kuncen
Orang ramai-ramai melupakan keberadaannya, terus berpaling ngalap berkah pada kekuatan lain. Sekarang, ia marah, putus asa, merasa sia-sia dan tak berguna. Yo wis, ngaluamah sisan! Bacut tatune arang kranjang, ngaswatama nglandak! Ngamuk sisan, no! Remuk-remukan!
214. Miss Univers
Mata dilempar, lirikan di pasang, senyum jadi jebakan.
Buka,.... buka,.... yes, good, good,...
Lepas,.... lepas,... slowly, slowly,...
Jangan tergoda, jangan terpancing,...
Jangan terprovokasi,...
Dont worri be happy,...
TANPA TERASA SUARA-SUARA MENGARAH KE SUASANA DI PUSAT HIBURAN MALAM. ORANG-ORANG ASIK BERJOGET DAN BERGOYANG, SAMPAI TRANCE. HINGGA AKHIRNYA MENGGELEPAR-GELEPAR TAK TERKONTROL, TAK BERATURAN.
Pelangi, Mojosongo Solo
Desember, 2006
AGEMENGKER
Asu Gedhe Menang Kerahe
PROLOG
Ini kisah di kampung anjing. Kampung di mana tanpa terasa semua anjing dijangkiti penyakit kulit yang aneh. Dengan gejala aneh, penyebab yang aneh dan akibat yang aneh pula. Penyakit itu disebabkan oleh karena kebiasaan mereka kencing sembarangan. Padahal kau tahu anjing memang harus kencing sembarangan. Setiap kali mereka menemukan daerah baru di mana belum ada bau air kencing anjing lain, secara naluriah mereka tergerak untuk kencing, sebagai pelunasan terhadap hasrat berkuasanya.
Namun kini, naluri kencing sembarangan itu tak bisa dengan semena-mena mereka lunaskan. Naluri untuk menandai daerah kekuasaan baru itu, tak bisa dengan seenaknya mereka lakukan.
Adapun tentang penyakit itu; ia cuma penyakit kulit yang menyerang alat kelamin anjing. Anehnya, secara perlahan namun pasti berakibat pada berubahnya bentuk alat kelamin kelamin secara ekstrim. Jika anjing jantan terkena penyakit itu, maka alat kelaminnya secara perlahan akan berubah menjadi vagina. Demikian pula jika ada anjing betina yang terkena penyakit itu, maka perlahan pula kelaminnya berubah menjadi penis.
Konon, perwujudan penyakit itu sama sekali tak menakutkan. Ia cuma seperni penyakit panu di dunia manusia. Kelamin yang terserang memutih secera pelan, menyebar hampir tak terasa dalam waktu yang lama di sekitar areal kelamin. Rasanya cuma segatal digigit nyamuk. Rasa itupun tak selalu muncul. Hanya kadangkala kalau sang empunya penyakit lagi banyak keringatnya.
Nah! Sekarang kita lihat, siapa saaja anjing di kampung anjing yang terkena penyakit itu.
ADEGAN
PERTENGKARAN RUMAH TANGGA
1. BETINA :
Cerai! Pokoknya cerai!
2. JANTAN :
Lho! Sabar dulu tho Bune. Kita ini omah-omah sudah lama lho. Coba, bayangkan; sejak kita ketemu dan kamu manak dari hasil hubungan kita, sekarang anak-anak sudah hampir dewasa. Kita tak pernah bertengkar dan kamu minta cerai.
3. BETINA :
Justru itu! Kita sudah lama bersama, aku tahu sifat kebiasaannmu, kamu tahu sifat kebiasaanku. Kamu tak biasanya bertingkah seperti ini.
4. JANTAN :
Seperti ini bagaimana?
5. BETINA :
Masih mau mungkir juga ya? Dasar anjing!
6. JANTAN :
Bu! Jangan ngomong kasar begitu pada laki-laki, tho!
7. BETINA :
Kasar? Mana yang kasar?
8. JANTAN :
Lha itu, anjing?!
9. BETINA :
Lho, memangnya Sampeyan itu bukan anjing?! Memangnya sampeyan itu apa? Malaekat, Manusia, Jim, setan, iblis? Apa sampeyan itu Ndoro, Raden, Pak Jendral, Presiden, Kyai? Sampeyan itu anjing Pak,.. aku juga!
10. JANTAN :
O,… lha wedhus!
11. BETINA :
Sudahlah! Jangan coba-coba mengalihkan perhatian! Pokoknya aku minta cerai, karena kamu sudah tak mencintaiku lagi.
12. JANTAN :
Sik-sik tho bune,…
13. BETINA :
Wis ora sik-sik sik! Dulu saja janjinya setinggi gunung, merayu sedalam palung; kayak penyair. Wong cuma drajate anjing saja kok bikin puisi untuk merayu mendekati aku. “Karna cinta tlah menjadi penjara yang paling gulita; merahasia dan tak berjawab.” Opo kuwi?! Blass! Ra mudheng aku!
14. JANTAN :
Lha kok kamu ya mau?
15. BETINA :
Siapa yang mau?? Wong aku cuma diam dan mau membuktikan saja apa kamu bisa setia seperti rayuanmu itu. Eee, ternyata gombal! Semuanya gombal amoh modhol-modhol! Omonganmu ginjur-ginjur kaya dhodhol;dicakot alot, diemut modhot, dilepeh mlorot!
16. JANTAN :
Kamu itu ngomong opo, tho Bune?!
17. BETINA :
Masih pura-pura bingung juga?! Ngomongne awakmu, nok! Tidak biasanya kamu bertingkah kayak malam ini. Biasane kalau aku nggloso sebentar saja langsung ditumpaki! Baru nyusui anak-anak saja kamu langsung birahi.
18. JANTAN :
Bune! Saru!
19. BETINA :
Piye? Saru? Ngilo Pakne, bercermin! Kita ini asu! Ngomongan gitu kok malu!
20. JANTAN :
Nanti kalau kedengaran tetangga?! Masalah itu saja dibesar-besarkan!
21. BETINA :
Iya, dhong! Kewan kayak kita ini apa lagi yang akan dibesar-besarkan kecuali kentrik dan makan!
22. JANTAN :
Walah-walah…. Astaghfirullaah…
23. BETINA :
Weh! Anjing kok ngomong gitu?! Digebuki wong sak kampung kamu! Merendahkan derajat ayat!
24. JANTAN :
Sorry,…sorry, kelepasan,… Lha wong jengkel, kok! Nggak tahu apa-apa kok pulang-pulang mau tidur diajak cerai,…
25. BETINA :
Woo,.. dhasar asu bodho! Kamu tidak sadar ya sudah bosen sama aku! Paham? (JANTAN MENGGELENG). Sudah tak mau lagi menyentuh tubuhku! Ngerti? (JANTAN MENGGELENG). Masih belum jelas juga? (JANTAN MENGANGGUK) Kamu sudah tak mau lagi bikin anak denganku! Sudah tak mau kentrik denganku! Jelas? (JANTAN MENGANGGUK).
BETINA MULAI MENANGIS. JANTAN MULAI BINGUNG MENENANGKAN.
26. BETINA :
Oalah, Pakne,… Pakne…! Jelas! Kamu punya simpanan sekarang! Ayo, Asuwedhokan mana yang kau rayu lagi! Anjing betina mana yang akan kau jadikan korban seperti aku?! Dirayu, dibikinkan puisi, ditumpaki, dianaki?! Begitu mbrojol anake ditinggal lari! Ayo! tunjukkan kalau dia bisa lebih dari aku! Tunjukkan kalau barangnya beda dari barangku! Ayo! Dimana bedanya?! Di mana?! Bentuknya sama, namanya sama, rasanya juga sama,… kok,.. tega-teganya kamu mengkhianatiku, tho Pak,…Pak,…
27. JANTAN :
Lho, siapa yang mengkhianatimu?
28. BETINA :
Bola-bali terbukti, sudah sekian kali, hujan-hujan begini enaknya dikeloni; kamu malah cari alasan untuk pergi! Yang ngobrol, yang ronda, yang lembur, wedangan, eis embuh!! Aku nggak tahan lagi! Cerai! Cerai pokoknya!
29. JANTAN :
Tenang dulu, tho bune,… sabar,…. Malu didengar tetangga,…
30. BETINA :
Ben! Asu kok, malu!? Ora umum! Yang malu itu orang!
31. JANTAN :
Sareh dulu, tho,…. Tenang, sabar, istighfar,….
BETINA MULAI MELEMPAR-LEMPARKAN ALAT-ALAT RUMAH TANGGA. BUNYINYA MENGIRINGI PERTENGKARAN ITU.
32. BETINA :
Tenang, sabar,… ora iso!! Nih, sabar! (MELEMPAR) Nih, tenang! (MELEMPAR). Nih, istighfar! (MELEMPAR BANYAK). Opo,… kirik kok dikon istighfar,…. Ngawur! Kalau sudah konangan selingkuh, terus ngawur! Nih, ngawuro sekarang (MELEMPAR BANYAK DAN LAMA SEKALI)
33. JANTAN :
Bune, kamu yang ngawur?! Aku nggak selingkuh. Dan, kamu nggak ada bukti kalau aku selingkuh, tho?!
34. BETINA :
Buktinya, kamu nggak lagi nafsu melihat aku. Kamu nggak pernah mau lagi menyentuhku! Mau bukti apa lagi?
35. JANTAN :
Itu bukan karena selingkuh! Aku,… (TERPOTONG)
36. BETINA :
Apalagi kalau bukan karena Sampeyan punya KIL?!
37. JANTAN :
Apa? KIL??
38. BETINA :
Kirik Idaman Lain! Bodho banget!!
39. JANTAN :
Itu karena aku lagi nggak moot saja.
40. BETINA :
Nggak moot kok sebulan lebih! Masak kuat ngampet sebulan lebih! Bisa ngakik berkilo-kilo!
41. JANTAN :
Huss!! Jangan ngomong trocoh, tho!?
42. BETINA :
Jadi kirik, kok sopan-sopan! Nanggung! Lagian, aku ini kirik yang lagi emosi! Kirik nggak emosi saja nggak mikir sopan kok, apalagi kirik emosi! Wiss, jangan nggrambyang ngalihkan perhatian! Kalau Sampeyan malam ini nggak mau mengentrikku, aku minta cerai! Sampeyan minggat dan anak-anak ikut aku tapi biaya hidup mereka dan biaya hidupku, jadi tanggunganmu sampai mereka dewasa, sampai aku mati! Titik!
43. JANTAN :
Bune, bukan karena aku nggak mau melayanimu.
44. BETINA :
Buktinya?!
45. JANTAN :
Ini karena aku lagi kena penyakit, penyakit,…kelamin (KEBABLASAN)
46. BETINA :
Apa Pakne? (KAGET) Jadi, selama ini kamu gonta-ganti pasangan, tho?! Oalah Pakne-pakne,… (NAIK PITAM DAN MERAUNG-RAUNG).
47. JANTAN :
Bukan begitu maksudku,… e,.. anu,… (KEBINGUNGAN)…
48. BETINA :
Sudah! Nggak perlu banyak alasan! Minggat!
49. JANTAN :
Sabar Bune, kasih aku kesempatan,…
50. BETINA :
Nggak ada lagi kesempatan! Minggat atau tak mutilasi dan kujual ke warung sate jamu dagingmu! Minggaaaat! (MENGGERAM, MERAUNG & MELOLONG PERSIS ANJING ATAU SRIGALA).
BETINA PASANG KUDA-KUDA, PERLAHAN TERUS MERANGSEK SI JANTAN. JANTAN KEBINGUNGAN; MENDEKAT, MENJAUH. BERPUTAR, BERHENTI. AKHIRNYA DENGAN BERAT HATI; MENOLEH DAN BERHENTI BERKALI-KALI DITINGGALKANNYA BETINA.
ADEGAN NGRUMPI
1. KARIR :
Aduh, cilaka Mbakyu!
2. SINGLE :
Lha, kenapa tho Dik?
3. KARIR :
Waktu seminggu lalu kita ketemu di maal; saya cerita sama Mbakyu; khan kalau masih ada sisanya. Bentuk aslinya masih ada, walaupun yang baru juga sudah semakin kentara.
4. SINGLE :
Sekarang khan masih tetap seperti itu, tho Dik?
5. KARIR :
Enggak kok, Mbakyu!
6. SINGLE :
Nggak gimana?
7. KARIR :
Sekarang malah babar blass nggak ada sisanya. Tinggal nloler thok, persis kayak tongkat!
8. SINGLE :
Kamu ini, betina modern, wanita karier kok ya nggak coba periksakan sejak dulu?!
9. KARIR :
Diperiksakan gimana? Lha wong penyakit aneh kayak gitu kok? Malu, khan?! Lagi pula, nggak kurang-kurang usaha saya Mbakyu. Setiap hari saya cari informasi tentang masalah ini. Mulai dari brosur kesehatan, koran, majalah, internet, konsultasi pakar, ngikuti program interaktif soal kesehatan di radio, tv, semua sudah saya telusuri. Tapi nihil, Mbakyu.
10. SINGLE :
Sudah ke dukun?
11. KARIR :
Oalah, Mbakyu! Kita ini sudah masuk post modernisme, era milenium, jaman cybernetik, kok masih percaya takhayul! Masa keemasan dukun dah lewat! Mana bisa dukun menyelesaikan kasus rumit ini?! Mbakyu sendiri, bagaimana kondisinya?
12. SINGLE :
Yaitu… Begitu dengar kamu,… jadi tambah dheg-dhegan! Menunggu saat-saat kehilangan kehormatan. Wong, gejalanya sama persis dengan kamu. Seperti panu yang melingkar segenggaman. Terus cuma gatal kadang-kadang kalau keringatan, terus,… ya persis kamu Dik.
13. KARIR :
Yang kuherankan itu, kok nggak ada tanda-tanda kalau ini penyakit serius ya?!
14. SINGLE :
Iya itu Dik,… Aku juga merasa sehat-sehat saja itu? Makan banyak, minum apa saja, tubuh juga biasa. Panas nggak, dingin nggak. Tidur nyenyak. Lidah juga nggak pahit. Nih! (MENJULURKAN LIDAH KAYAK ANJING).
15. KARIR :
Iya, Mbakyu aku juga normal. Beol, pipis, “gituan”, lancar-lancar saja tuh?!
16. SINGLE :
Iya, ya?! Tahu-tahu tumbuh. Semula kecil, nyentil,…. tanpa terasa ndlondheng!
DATANG DUA ANJING BETINA YANG LARI-LARI KECIL TERGESA. SATU NAMPAK AGAK KETAKUTAN DAN RAGU. SATU LAGI MARAH TAK TERTAHANKAN.
17. MARAH :
Mana? Mana, betina jalang yang kau ceritakan itu?
SI RAGU MENUNJUK TAKUT DAN RAGU-RAGU, HINGGA SI MARAH MENGHAMPIRI BETINA YANG KELIRU; SI SINGLE! SEMENTARA SI RAGU TERUS MENCOBA MERALAT KEKELIRUAN ITU TAPI TAK PERNAH DIGUBRIS SI MARAH.
18. MARAH :
Oh,… ini ya, betina penyebar virus itu?! Betina yang mencoba merusak masa depan sesama kaum hawa…
19. SINGLE :
Eh,….sorry Zus, ini ada apa, ya?!
20. MARAH :
(MENIRUKAN DENGAN SINIS) Ini ada apa,… sorry-sorry! Kamu merasa merusak kaummu nggak?! Para anjing betina! Ha?! Menyebar santet dan guna-guna. Menularkan virus yang memalukan,… Ha?! Apa sih, tujuan utamamu?? Untuk mengurangi saingan antar sesama betina?! Untuk bisa menguasai semua anjing jantan?! Cuuh! (MELUDAH) Guk-guk!! (MENGGONGGONG). Rendah sekali kamu!
21. RAGU :
Mbak,… mbak…. bukan….
22. MARAH :
Tenang saja kamu Jeng! Biar kubuat perhitungan dengan anjing kelas kambing ini!
23. KARIR :
Heh,.. Anda ini sudah keterlaluan! Kami tak kenal siapa Anda!? Datang tak diundang, tiba-tiba marah semaunya tanpa sebab! Kami ini salah apa?! Visrus, santet, tai kucing apa?! Belum pernah belajar etika jadi anjing, ya?! Diendus dulu, dijilat dulu, baru ngibasin ekor atau menggonggong?! Dasar anjing kampung!
24. MARAH :
E,.. e,…e,… ada anjing gedhongan kesepian yang mau membela temannya, ya?! Lumayan galak juga, ya gonggonganmu? Sayangnya fals! Kayak suara DPR di Indonesia! Lebih sayang lagi, aku nggak ada urusan denganmu! Minggir!!
25. RAGU :
Mbak,… ya,… ini,… anu,… Mbak (INGIN MERALAT YANG SEMESTINYA DIHADAPI SI MARAH).
26. MARAH :
Sudahlah, Dik. Tenang! Serahkan semuanya padaku. Kalau perlu, kamu pulang sekarang, tak perlu ikut bertarung nanti. Eman-eman bulu ekormu yang bagus, atau rambut wajahmu yang alus.
27. RAGU :
Tapi Mbak,….
28. MARAH :
(KEPADA RAGU) Alah,…. Uwis tho,… Mundur!
(KEPADA SINGLE) Kamu ya, betina penyebar penyakit itu? Betina karier yang tak laku kawin. Tak ada satupun pejantan yang mau menidurimu. Lalu kau sebarkan penyakit yang merusak semua alat kelamin anjing betina. Lantas tumbuh kelamin anjing jantan sebagai gantinya?! Iya khan?!
29. SINGLE :
Lho! Siapa yang melakukan itu? Saya saja juga mengidap penyakit yang sama?!
30 MARAH :
Jangan kau kira semua anjing betina di sini sama?! Tidak! Akulah buktinya! Kalau selama ini tak ada betina yang protes atas tindakan kriminalmu; itu lantaran tak ada aku. Sekarang aku ada, menjadi bagian dari korban penyakit biadabmu! Kamu anjing yang bernama Silfi itu, khan?!
31. SINGLE :
Lho, keliru ndhes! Kalau mau cari Silfi, nih…. (MENUNJUK KARIR).
32. MARAH :
Gggr,… Gukguk! (MENGGERAM, MENGGONGGONG). Jangan coba-coba menggunakan jurus intelejen lama! Kalian coba saling menyembunyikan yang mana Silfi yang mana bukan, khan?!…. Aku tak terpengaruh! Kamu Silfi! (MENUNJUK SINGLE) Dan kutuntut balas, karena aku telah tertular penyakitmu yang menggerogoti vaginaku dan dari sana tumbuh penis anjing jantan yang besar dan memalukan!
33. KARIR :
Oalah,…. Itu tho masalahnya. Mbak, pertama kenalkan, sayalah Silfi.
34. MARAH :
Bohong! Dialah Silfi, bukan kau!
35. KARIR :
Ya, semaulah! Pokoknya di antara kami berdua salah satunya Silfi. Itu tak penting benar. Sekarang, keliru kalau kamu nunduh aku, eh Silvi sebagai sumber penyebaran penyakit ini. Tuduhanmu ngawur! Alasamu; si Silfi merusak kelamin para betina, agar ia bisa berkuasa para anjing jantan itu juga keliru!
36. MARAH :
Buktinya aku kena, (KE YANG LAIN) dia kena, dia kena, kecuali kamu!
37. KARIR :
Kita semua kena! Aku juga!
38. MARAH :
Bohong!
39. KARIR :
Untuk apa bohong?
40. MARAH :
Untuk menghindar dari pembalasanku, dari balas dendam seluruh betina di sini! Tahu nggak, kamu?! Kami telah menyiapkan cara balas dendam yang enak, nyaman, namun akan membuatmu tersiksa seumur hidup! Aku telah kumpulkan para anjing betina yang vagina mereka telah berubah menjadi penis lantaran penyakit sialanmu itu. Mereka akan bergiliran memperkosa kamu! Tapi sebelumnya, hari ini aku sengaja menemuimu lebih dulu untuk mucuki memperkosamu! Maka, bersiaplah!
41. SINGLE :
Mbak, dia ini kena. Bahkan vaginanya telah hilang dengan sempurna, dan penis besar menempel di bekas alat kelaminnya.
43. MARAH :
Alah gombal!
42. KARIR :
Mau bukti?
43. MARAH :
Tidak perlu! Kecuali, sekarang juga, kau lucuti pakaianmu agar aku bisa “mereyen” baranbg baruku! Ayo!….
KARIR MENARIK MARAH. MARAH MENARIK RAGU. MEREKA MENUJU KE SUATU SUDUT, DIIKUTI SINGLE YANG MELENGGANG SANTAI. SESAMPAI DI SUDUT ITU KARIR MENUNJUKKAN KELAMINNYA. MARAH DAN RAGU KAGET, JIJIK, MUNTAH, DAN LARI MENJAUH! NAMUN MALAH DICEGAT SINGLE YANG JUGA MENGELUARKAN DAN MEMPERLIHATKAN VAGINANYA YANG TUMBUH PENIS. MEREKA KETAKUTAN CAMPUR JIJIK MELIHAT KELAMIN KARIR & SINGLE. SINGLE MENDEKATI MARAH DAN RAGU) BERSAMA KARIR.
44. KARIR :
Bagaimana? Yakin? (MARAH MASIH LEMES DAN SESEKALI MUAL SERTA MAU MUNTAH). Ini belum apa-apa! Pengetahuanmu tentang penyakit ini sempit, cupet! Secupet otak anjing! Tahu nggak kamu, bahwa penyakit ini juga menjangkiti para anjing jantan! Banyak anjing jantan yang kehilangan penisnya, dan dari tempat yang sama tumbuh vagina! Lantas, untuk apa aku melakukan itu, ha?! Dasar! Betina ndesit, kuper, gatek! Cangkeme asal mletek! Njeplak tanpa utheg! Pakai ini, dhong,… (MENUNJUK JIDAT)
MARAH CUMA NGLUMPRUK. PERSIS ANJING YANG KETAKUTAN IA MENGELUARKAN SUARA MEMELAS. RAGU JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA DI SAMPINGNYA. SEMENTARA SINGLE MENGGERAM DI ARAH YANG BERLAWANAN, MENCOBA MENAMBAH KEMARAHAN KARIR.
45. SINGLE :
Jangan dikira cuma kalian yang mengumpulkan para betina yang berpenis di selangkangannya! Kami juga telah menyusun kekuatan dari para korban penyakit ini. Bedanya dengan kalian, kami akan melakukan langkah bersama dengan diam-diam tertib dan sekhitmad-khitmadnya! Kami akan bergerak seperti hantu. Melangkah pasti tanpa kelihatan, untuk menemukan sasaran! Tidak srampangan dan kampungan! Karena itu akan memperkeruh keadaan, menimbulkan kepanikan masa dan berbuntut kerusuhan! Kalau sudah begitu, siapa yang menjamin penyelesaian akan bisa ditemukan?! Ha?!
46. KARIR :
(SETELAH CUMA MENGGERAM SAJA SELAMA SINGLE BICARA) He,.. betina pekok! Kebetulan kau ada di sini! Bilang pada teman-temanmu; kalau sampai kerusuhan terjadi lantaran rombonganmu bertindak ngawur dan anarkhi, kami yang akan menghalangi! Maka aku mintak kamu dan rombonganmu tidak perlu mengambil tindakan apapun. Kalau perlu tak usah repot-repot berpikir, karena terbukti kalian tak memiliki organ tubuh untuk melakukannya!
47. MARAH :
Maksudmu? (MASIH AGAK TAKUT)
SINGLE DAN KARIR TERTAWA
48. SINGLE :
Sudahlah! Bukan levelnya kamu memikirkan masalah ini.
49. KARIR :
Karena kau memang tak punya organ tubuh untuk berpikir!
SINGLE DAN KARIR TERTAWA.
50. KARIR & SINGLE :
(TIBA-TIBA SANGAR) Minggat!!! (MENGGERAM DAN MENGGONGGONG DENGAN RIBUT)
RAGU DAN MARAH MENAMBAH KERIBUTAN. MEREKA LARI TUNGGANG LANGGANG BERPUTAR-PUTAR SAMBIL “KAING-KAING”, SEBELUM AKHIRNYA MENGHILANG BERPENCAR, LANTARAN DIUBER-UBER KARIR DAN SINGLE BERGANTIAN.
ADEGAN
KABAR PANEMBAHAN PUDEL
1. CATAT :
Waduh, gawat Pak!
2. LANTIP :
Sudah tahu gawat kenapa malah ke sini kamu?
3. CATAT :
Lha ya itu, Pak. Saya juga heran, kenapa nggak mencatat tapi malah ke sini?! Tapi memang kok Pak, kalau bingung saya malah lari-lari! Lupa mencatat!
4. LANTIP :
Aku juga tahu kalau kamu stress, depresi, malah cerdas! Hapal semual hal yang mestinya kau catat. Sekarang, cepat ngomong apanya yang gawat? Bukiankah kamu kusuruh konsultasi dengan penasehat spiritualku, Panembahan Pudel?
5. CATAT :
Lha ya itu, Pak. Mbah Pudel bilang, berkali-kali kedatangan wangsit lewat mimpi yang sama.
6. LANTIP :
Wah, kalau sudah ngomong mimpi, benar-benar bahaya ini!
7. CATAT :
Tapi mimpinya itu menyenangkan kok, Pak. Indah dan menentramkan!
8. LANTIP :
Alaah,… tahu apa kamu tentang mimpi?!
9. CATAT :
Tahulah, Pak! Menurut catatan saya, mimpi itu ada beberepa jenis. Ada mimpi biasa yang dibilang wong jawa “kembange turu”, ada mimpi ramalan seperti yang tercatat dalam primbon, ada mimpi karena obsesi dan ada juga mimpi basah. Nah,… ngomong-ngomong mimpi basah, saya paling demen Pak. Soalnya mimpi basah ini,…. (TERPOTONG).
10. LANTIP :
Alah,.. sudah! Malah nggladrah! Apa mimpi Panembahan Pudel?
11. CATAT :
Dia tersesat di taman bunga. Lho, indah tho Pak?!
12. LANTIP :
Asu! Teruskan!Please do not use illegal software...Please do not use illegal software...
13. CATAT :
Terus, dia dikerubuti jutaan kupu-kupu dari berbagai jenis dengan warna yang indah. Kata Panembahan, semua kupu itu berbau harum melebihi bunga. Indah tho, Pak? Wong saya yang dicritani saja ngiler sampai pengin ngimpi, kok! Eh, bapak pengin nggak, ngimpi ngiler begitu?!
14. LANTIP :
Asu! Teruskan!
15. CATAT :
Anehnya, begitu semua kupu-kupu itu hinggap, langsung disantap oleh serombonga belatung dari berbagai jenis dan ukuran. Ada yang segede belatung nagka, ada yang sebesar belatung pisang, ada pula yang ginuk-ginuk menjijikkan; ndlondeng sebesar belatung jati yang tengah digoreng! Indah nggak, Pak?!
16. LANTIP :
Asu! Teruskan!
17. CATAT :
Lha,… begitu belatung-belatung itu kenyang, semlengeren, langsung tertidur. Saat itulah muncul serombongan kupu-kupu lain yang menyantap semua belatung. Rombongan kupu-kupu ini juga lantas kewaregen terus tidur. Saat itu juga datang rombongan belatung lain, dan menyantap kupu-kupu. Begitu terus bergantian; kupu-kupu menyantap belatung, belatung menyantap kupu-kupu, kupu-kupu menyantap belatung, belatung menyantap kupu-kupu,….. (NYINYIR)
18. LANTIP :
(GUSAR, MENGHENTIKAN) Asu! Mingkem!
19. CATAT :
Indah nggak, Pak?!
ADEGAN
DEMO
SEROMBONGAN ANJING DARI BERBAGAI USIA, JENIS KELAMIN DAN LATAR BELAKANG PROFESI BERARAK MENUJU RUMAH DINAS LANTIP. MEREKA MENERIAKKAN YEL-YEL DAN SLOGAN YANG MENGECAM KETIDAKADILAN PENGUASA. MEREKA JUGA MEMBAWA SPANDUK DAN POSTER BERBAGAI UKURAN YANG MENGECAM KETIDAKBECUSAN PEMERINTAH MENGENDALIKAN SITUASI KACAU DARI HARI KE HARI.
1. LANTIP :
Edan! Kalian ini edan! Aku sendiri sampai sekarang masih puyeng mencari siapa aktor intelektualnya, apa motivasinya dan bagaimana penyelesaiannya, kok?!
2. LANDEP :
Sebagai Kepala Kampung, Bapak harus bisa menyelesaikan kasus ini! Bagaimana kita bisa hidup tenang tanpa aturan jelas, di mana batas keadilan dan kesewenangan! Apalagi, kini itikad untuk menegakkan norma hukum mandul! Aparatur lumpuh!
3. LANTIP :
Lha kamu khan juga aparat?! Kamu harusnya membantu menjaga aturan sesuai dengan tugas dan wewenangmu, tho?! Kok sekarang malah menggalang massa untuk memojokkan aku?!
4. LANDEP :
Saya tidak menggalang mereka, Pak! Kami disatukan oleh niat dan itikad yang sama untuk memperbaiki keadaan. Bapak tidak tahu perasaan saya ketika di kantor. Saya merasa terancam, seperti seekor kucing di kampung anjing! Karena itu saya bergabung bersama mereka. Karena saya memang harus berpihak, harus menentukan sikap, demi keadilan yang saya perjuangkan!
5. MANUT :
Betul, Pak! Meskipun bodho, saya jujur! Mas Landep betul, Sampeyan salah!
6. LANTIP :
Danton wedus! Ikut-ikutan?!
7. MANUT :
Danton Satkam Kamjing, Pak!
8. CATAT :
Yang ini dicatat, Mas?
9. MANUT :
Ra ngerti, aku,…
10. LANTIP :
(KAGET) Lho?! Asu! Kamu?!
11. CATAT :
(CUEK) Sorry, Pak! Saya lagi sibuk mencatat!
ADEGAN
PENGGALANGAN MASA
PARA ANJING BETINA BERKUMPUL DAN MENDISKUSIKAN LANGKAH TERAKHIR HENDAK MENURUNKAN PENGUASA, LANTARAN TUNTUTAN MEREKA SEBELUMNYA TAK JUGA DIPENUHI. MEREKA SALING BERDEBAT DAN BERDISKUSI DENGAN BERAPI-API.
1. KARIER :
Sebentar lagi, Mbak Yu. Tak lama lagi impian kita untuk merebut kekuasaan di Kampung Anjing akan menjadi kenyataan.
2. SINGLE :
Tapi Dik, ini khan tidak sesuai dengan tujuan awal kita? Kamu dulu pernah bilang, bahwa people power yang kita galang dari para anjing betina ini akan menempuh jalan damai!
3. KARIER :
Alaah,.. kesel Mbak Yu! Suntuk, aku! Berbulan-bulan kita tempuh jalan diplomatik, demo damai dan simpatik; membagi-bagi bunga, pakaian dalam, petisi dan surat pernyataan. Tapi penguasa malah melancarkan stretegi intelejen; provokasi, intimidasi, teror, penganiayaan serta penculikan. Persis, kayak rejim politik di Indonesia.
4. MARAH :
Lha, kalau ikut-ikutan menggunakan kekerasan, kita khan tak jadi nggak ada beda dengan mereka Dik?! Inilah bedanya people power anjing betina dan people power manusia. Pantang diintimidasi, tidak menyerah dengan teror, tersenyum saat digebuki dan berpuasa ketika diculik! Kita harus tetap setia dengan hakekat dasar perjuangan!
5. KARIER :
pada dasarnya kita tetap setia dengan hakekat perjuangan Mbakyu; menuntut penyelesaian kasus penyakit kelamin ini. Tapi mereka malah latah! Ngaku-ngaku ikut terkena penyakit yang sama! Apa nggak jengkel Mbakyu?! This is crazy! Crazy! You know?
6. RAGU :
Sabar, tho Dik,.. sabar,.. Semeleh,.. nrimo ing pandum,..
7. KARIER :
Waktu kita menghadap Parlemen Kampung Anjing dulu, mereka cuma ngumbar janji mau menampung semua aspirasi. Lantas, ketika kita mau ketemu Lantip. Sdipenguasa tertinggi, eee,….. kita malah disuruh ngadep Danton Satkam Kamjing! Kamu masih ingat tho, apa katanya??
8. MANUT :
kalian tenang dulu. Situasi keamanan, nyaman dan terkendali. Kalau ada masalah, paling-paling dalangnya sudah kuketahui. Saya sudah punya data, kelompok mana yang berpotensi membikin resah warga di sini. Kalau bukan KAF; Kelompok Anjing Fundamentalis, ya RIAK B; Rombongan Ideologi Anjing Kiri Baru!
9. KARIER :
Lantas, buktinya?? Kita menunggu dari seminggu jadi sebulan. Dari sebulan jadi setahun. Setahun jadi sewindu. Sementara secara psikologis, kelainan seksual kita mulai berpengaruh kepada mental, perilaku keseharian dan kekacauan administratif!
10. RAGU :
Lha, kok sampai masalah administrasi segala tho, Mbak?!
11. KARIER :
Di terminal, stasiun, bandara dan public space lainnya, kita jadi bingungwaktu masuk toilet; mau milih ruanganyang men atau women?
12. SINGLE :
Aku juga pernah ngalami begitu, Dik! Waktu “dugem” sebulan lalu, saat ladies night aku nggak dapat fasilitas free charge, gara-gara security-nya bilang:
13. LANTIP :
Belum ada keputusan pemerintah yang jelas dan mengikat; apakah kamu ini anjing jantan atau betina!
14. KARIER :
Fucking blaik, tho?! Itu belum seberapa! Pemilu lalu aku nyalon caleg untuk merebut kesempatan 30 % anggota legislatif betina di gedung parlemen. Saat test jenis kelamin tak ada indikator yang jelas, apakah aku ini termasuk jantan atau betina?! Whatever, kita tempuh jalan chaos saja!
15. RAGU :
Remuk-remukan sisan yo, Dik?!
16. KARIER :
Iya, Mbakyu. Ben mawut pisan, kayak spaghetti campur donat, di blender dengan ice cream,…
17. MARAH :
Disempyok dawet sak cendole,…
18. RAGU :
Campuri lentho karo onde-onde!
18. SINGLE :
Lha,..lha,...lha,… Kok malah nggladrah sampai ke mana-mana! Wis, gen dhang rampung, aku tak melu kowe, Dik!
19. MARAH :
Aku yo melu kowe, Dik!
20. RAGU :
Aku yo idem dito!
21. SINGLE, MARAH & RAGU :
Sekali melu kowe, tetep melu kowe!!!
22. KARIER :
Baik kawan-kawan! Sekarang, kita kumpulkan kawan-kawan seperjuangan!
EPILOG
Kepala Kampung Anjing dihajar pertanyaan-pertanyaan besar yang malih rupa menjadi gelombang massa, mengancam kelanggengan kekuasaannya. Namun tak ada satupun yang membuatnya bergeming, selain demontrasi menuntut penyelesaian wabah penyakit kelamin. Sembari dirambati rasa khawatir kehilangan kelaminnya ia memerintahkan Panembahan Pudel (yang juga tengah khawatir kehilangan penisnya) untuk memburu wangsit, mencari jawabannya.
Sementara sebagian besar pejabat dan aparat Kampung Anjing mulai bergabung dengan kerumunan masa yang menuntut proses penegakan pemerintahan dengan segera. Saking bersemangatnya menjadi motor gerakan masa, untuk sementara mereka lupa kepada penisnya yang telah hilang entah ke mana.
Pada suatu bulan purnama, Panembahan Pudel mendapat bisikan ghaib yang mewartakan bahwa hanya Tuhanlah yang mampu menjawab masalah penyakit kelamin di Kampung Anjing. Ia semakin puyeng memikirkan siapakah Tuhan yang berkuasa atas para anjing? Karena selama ini tak ada rasul atau nabi di dunia anjing. Juga tak ada agama atau kitab suci yang diperuntukkan bagi anjing!
Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, krisis multidimensi di Kampung Anjing tak kunjung usai. Penguasa Kampung Anjing depresi. Padahal kau tahu, kalau stress ia bisa tahan tidak kencing bertahun-tahun.
Para demonstran sibuk menggalang kekuatan dan mengumpulkan strategi demi terpenuhinya berbagai tuntutan. Kini, diantara mereka tumbuh rasa senasib seperjuangan, hingga lupa asal muasal, batas wilayah dan kepentingan, juga soal kekuasaan. Itulah kenapa mereka kini rikuh kencing sembarangan. Semua tempat berpijak menjadi milik bersama, tanpa batas dan tanda kekuasaan.
Pada saat itulah, perlahan kelamin-kelamin tumbuh dan berkembang seperti sedia kala. Para betina memperoleh kembali vaginanya, para jantan ndlondheng kembali penis-penisnya.